Categories: Cerbung

Penerus Trah Prabu Brawijaya-Jaka Tingkir-Part#223

Inspirasi Pagi …….!!
(@SUN-aryo)
(223)
Penerus Trah Prabu Brawijaya.
Jaka Tingkir.

Sementara itu, Ki Kebo Kanigara beserta ketiga muridnya juga mengintip sepak terjang Jaka Tingkir dari dahan pohon yang terlindung.
Mereka masih melihat Jaka Tingkir berayun di dahan pohon yang tidak terlalu tinggi. Sementara kebo bule seperti kebingungan mencari sasaran.
Tiba-tiba kebo bule itu mengarahkan matanya ke tempat Kanjeng Sultan berada.
Jaka Tingkir tidak ingin terlambat sehingga kebo bule itu menerjang Kanjeng Sultan. Maka ia segera meluncur dan kemudian menangkap ekor kerbau itu dan ditariknya. Kerbau itu kemudian melenguh keras. Dan kebo bule itu kemudian berbalik menyerang Jaka Tingkir kembali.
Sesungguhnya, Jaka Tingkir bisa saja langsung membunuh kebo bule itu ketika ekornya di tarik. Namun itu tidak dilakukan oleh Jaka Tingkir. Sifat usilnya kambuh. Ia ingin bermain-main dahulu dengan kebo bule itu.
Tiba-tiba Jaka Tingkir melepas ikat kepalanya yang memiliki warna dasar merah tua. Jaka Tingkir Tahu bahwa kerbau yang marah akan tertarik dengan warna merah.
Jaka Tingkir kemudian mengibaskan ikat kepala itu.
Benar saja, kebo bule itu langsung menubruk ikat kepala yang berwarna merah itu.
Jaka Tingkir dengan gerakan sangat sederhana mampu menghindari serudukan kebo bule. Kebo bule memang berhasil menubruk ikat kepala, namun hanya angin di belakangnya.
Tak di sadari, para prajurit pun tertawa tertahan.
Gerakan serupa diulangi oleh Jaka Tingkir. Seperti kejadian sebelumnya, kebo bule hanya menubruk ikat kepala kosong. Para prajurit kembali bertepuk tangan menyaksikan pertunjukan yang menarik.
Nimas Cempaka kini berani membuka jendela lebar-lebar sehingga bisa menyaksikan pertunjukan dengan leluasa.
“Jangan terlalu lebar Diajeng, akan berbahaya. Bagaimana jika kebo bule itu lari ke tempat kita…..?” Gusti Retno Kencono mengingatkan.
“Tidak apa-apa Kangmbok, kan di sana ada Jaka Tingkir yang akan menarik ekornya seperti tadi…..!” Dalih Nimas Cempaka.
Gusti Retno Kencono tidak menanggapi, namun justru ia sendiri ikut menyaksikan dari jendela yang telah dibuka lebar itu bersama Pangeran Timur.

Para prajurit tiba-tiba terperangah ketika menyaksikan Jaka Tingkir berdiri di kepala kerbau di antara tanduknya. Kebo bule yang marah itu kemudian melemparkan Jaka Tingkir ke udara. Semua yang menyaksikan terkesiap. Jaka Tingkir pasti akan jatuh terlentang dan akan berpatahan tulang-tulangnya. Namun Jaka Tingkir adalah murid Ki Ageng Sela dan telah digembleng oleh pamannya, Ki Kebo Kanigara.
Jaka Tingkir jatuh berdiri dengan enteng di belakang kebo bule. Para prajurit pun bertepuk tangan penuh kekaguman kepada Jaka Tingkir.
Tiba-tiba terdengar tepung tangan pula dari arah jendela pesanggrahan.
Jaka Tingkir sempat melirik ke arah jendela. Tak salah lagi, yang bertepuk tangan adalah seorang gadis yang pernah menggetarkan hatinya, Nimas Cempaka. Jaka Tingkir tersenyum, dan Nimas Cempaka pun membalas senyuman anak muda yang pernah ia suguhi hidangan ketika dahulu sedang menghadap ayahandanya, Kanjeng Sultan Trenggono.
Jaka Tingkir semakin bersemangat untuk tidak segera melumpuhkan kebo bule. Ia ingin memberi hiburan kepada Nimas Cempaka.
Kini Jaka Tingkir justru meloncat di punggung kerbau yang sedang marah itu.
Kerbau itu kemudian melonjak-lonjak ingin melemparkan penunggangnya dari punggungnya. Namun Jaka Tingkir masih mampu bertahan di punggung kerbau. Bahkan kini Jaka Tingkir berdiri di punggung kuda sambil meloncat-loncat.
Tepuk tangan pun semakin riuh menyaksikan pertunjukan yang mengasyikkan. Demikian pula Nimas Cempaka bertepuk tangan dengan kegirangan. Jaka Tingkir pun semakin senang melihat Nimas Cempaka bertepuk tangan dengan riangnya.
Bahkan Kanjeng Sultan pun ikut tersenyum pula. Kanjeng Sultan tahu bahwa Jaka Tingkir memang sengaja bermain-main. Jika Jaka Tingkir mau, tentu sudah sejak tadi melumpuhkan kerbau itu. Namun Kanjeng Sultan tidak berkeberatan, karena yakin bahwa Jaka Tingkir pada saatnya akan bisa melumpuhkan kerbau itu.
………………
Bersambung……….

Petuah Simbah: “Kadang, sebuah peristiwa yang mendebarkan bisa menjadi sebuah hiburan.”
(@SUN)

**Kunjungi web kami di Google.
Ketik; stsunaryo.com
Ada yang baru setiap hari.

St. Sunaryo

Pensiunan pegawai PT Telkom Indonesia. Sekarang bertempat tinggal di Kapanewon Kalasan, Kabupaten Sleman, Daerah Istimewa Yogyakarta. Kunjungi website https://stsunaryo.com , ada yang baru setiap hari.

Recent Posts

Penerus Trah Prabu Brawijaya-Part#806

Trah Prabu Brawijaya.(@SUN-aryo)(806)Mataram. Guru orang bercambuk itu tahu bahwa Pangeran Pangiri sama sekali tidak ada…

18 jam ago

Penerus Trah Prabu Brawijaya-Part#805

Trah Prabu Brawijaya.(@SUN-aryo)(805)Mataram. Para prajurit sandi itu juga bisa menjadi bagian pasukan tempur jika diperlukan.…

2 hari ago

Chipset A Bionic: Kenapa iPhone Selalu Lebih Cepat?

Di era teknologi yang terus berkembang pesat, kecepatan serta performa perangkat menjadi faktor penting dalam…

3 hari ago

Penerus Trah Prabu Brawijaya-Part#804

Trah Prabu Brawijaya.(@SUN-aryo)(804)Mataram. Senopati Wirosekti mengangguk-angguk kemudian katanya; "Baik Pangeran, saya tidak berkeberatan. Biarlah nanti…

3 hari ago

Penerus Trah Prabu Brawijaya-Part#803

Trah Prabu Brawijaya.(@SUN-aryo)(803)Mataram. Di barak prajurit di Jatinom, Pangeran Benawa tidak lama. Yang paling utama…

4 hari ago

Penerus Trah Prabu Brawijaya-Part#802

Trah Prabu Brawijaya.(@SUN-aryo)(802)Mataram. Pangeran Benawa dan Senopati barak prajurit itu kemudian berbincang berdua saja. Pangeran…

5 hari ago