Categories: Cerbung

Penerus Trah Prabu Brawijaya-Jaka Tingkir-Part#226

Inspirasi Pagi …….!!
(@SUN-aryo)
(226)
Penerus Trah Prabu Brawijaya.
Jaka Tingkir.

Ki Sura Kebo kemudian menyadari bahwa memang harus demikianlah nasib dari kerbau kelangenannya. Ia telah bersahabat baik dengan Ki Kebo Kanigara sejak lama, tak mungkin ia akan marah kepadanya. Namun demikian, Ki Kebo Kanigara tentu tahu diri. Ia kemudian menyerahkan pendok keris yang berlapiskan emas berlian yang tentu sangat berharga. Mungkin sekali pendok keris itu jauh lebih berharga dari kebo bule Kebondanu.
“Jangan kau tolak pemberianku ini Kakang. Pengorbananmu sungguh besar kepada Tingkir keponakanku…..!” Kata Ki Kebo Kanigara.
“Sesungguhnya aku rela tanpa ganti apapun, namun demikian keris ini tentu sangat berharga bagiku. Terimakasih Adi Kebo Kanigara…..!” Kata Ki Sura Kebo.
Jaka Tingkir tak ketinggalan seperti halnya pamannya. Ia kemudian menyerahkan batangan emas yang ia simpan di bengkung kulit ikat pinggangnya.
“Ini pun jangan kau tolak Paman, ini adalah bagian dari warisan yang aku terima dari nenek buyutku…..!” Kata Jaka Tingkir.
Ki Sura Kebo terpana melihat batangan emas yang diulurkan oleh Jaka Tingkir itu. Ia pun tak kuasa menolaknya.
“Terimakasih, terimakasih semuanya, ini sangat berharga bagiku…..!” Kata Ki Sura Kebo.
“Persaudaraan kita jangan sampai putus oleh kerena kematian kebo bule – Kebondanu milikmu itu Kakang……!” Kata Ki Kebo Kanigara.
“Tentu saja tidak, Adi….!” Jawab Ki Sura Kebo.
“Malam ini kami akan bermalam di sini, besuk pagi Tingkir akan langsung ke Demak Bintara bersama Manca dan Wila. Sedangkan Ki Wuragil biar kembali ke padepokan di Banyubiru. Sedangkan aku akan bersamadi di puncak Merapi……!” Kata Ki Kebo Kanigara.
Ki Sura Kebo dengan senang hati menerima para tamunya untuk bermalam di rumahnya. Istri Ki Sura Kebo pun menerima dengan senang hati pula. Sebagai seorang pedagang kerbau, Ki Sura Kebo ada beberapa orang yang membantunya. Merekalah yang menyiapkan segala sesuatunya.

Malam itu Mas Manca yang banyak bercerita sejak perjalanan dari Rawapening sampai ketika bertemu dengan Bahurekso dan Jalumampang beserta anak buahnya di Kedung Srengenge.
“Syukurlah jika gerombolan Kedung Srengenge telah bertobat. Aku selama ini sering dimintai ‘pajek’ oleh mereka. Aku tak berani menolak permintaan mereka karena jika datang lebih dari sepuluh orang…..!” Kata Ki Sura Kebo.
“Kami yakin bahwa mereka benar-benar telah bertobat dan tidak akan kembali menyamun lagi…..!” Kata Mas Manca.
“Aku akan lewat Kedung Srengenge sebelum ke puncak Merapi. Akan aku yakinkan bahwa tempat itu telah kosong……!” Kata Ki Kebo Kanigara.

Malam itu mereka berbincang sampai menjelang tengah malam. Namun akhirnya mereka dipersilahkan untuk beristirahat karena esok pagi akan menempuh jalannya masing-masing.

Sementara itu, malam itu juga di pasanggrahan, para prajurit tak bosan-bosannya berbincang tentang kejadian siang tadi. Tentang kehebatan Jaka Tingkir yang mampu memukul kebo bule yang tinggi besar, sekali pukul, hancur kepala kerbau itu.
“Ya pantas saja jika Dadung Awuk yang konon juga sakti mandraguna tewas dipukul oleh Jaka Tingkir……!” Kata salah seorang prajurit.
“Kabarnya, Jaka Tingkir masih mengekang diri untuk tidak membunuh Dadung Awuk. Jika dengan puncak ilmunya, tentu Dadung Awuk pun kepalanya akan hancur seperti kebo bule itu………!” Sahut prajurit yang lain.
“Yaaa…., kita harus jujur mengakui bahwa Jaka Tingkir memang sakti Mandraguna…..!” Kata prajurit yang lain lagi.
“Aku masih kagum, bagaimana ia dengan lincahnya berloncatan di atas punggung kerbau……!” Sahut prajurit yang lain lagi.
“Dengan entengnya pula ia berayun di dahan pohon……!” Kata prajurit sebelumnya.
“Dengan berkelit sedikit ia mampu menghindari serudukan kebo bule…..!” Sahut kawannya.
“Serudukan kebo bule itu sungguh dahsyat, pohon manggis yang besar pun bergoyang hingga berjatuhan buahnya yang telah masak…..!” Kawannya menyahut seakan hanya ia sendiri yang melihat.
……………….
Bersambung………..

Petuah Simbah: “Orang yang tahu diri tak akan melupakan jasa orang lain.”
(@SUN)

**Kunjungi web kami di Google.
Ketik; stsunaryo.com
Ada yang baru setiap hari.

St. Sunaryo

Pensiunan pegawai PT Telkom Indonesia. Sekarang bertempat tinggal di Kapanewon Kalasan, Kabupaten Sleman, Daerah Istimewa Yogyakarta. Kunjungi website https://stsunaryo.com , ada yang baru setiap hari.

Recent Posts

Penerus Trah Prabu Brawijaya-Part#873

Trah Prabu Brawijaya.(@SUN-aryo)(873)Mataram. Benar juga, dengan gerak cepat saat itu juga Senopati Widarba segera bertindak.…

11 jam ago

Penerus Trah Prabu Brawijaya-Part#872

Trah Prabu Brawijaya.(@SUN-aryo)(872)Mataram. Raden Mas Jolang telah memiliki bekal ilmu yang lebih dari cukup. Ia…

2 hari ago

Penerus Trah Prabu Brawijaya-Part#871

Trah Prabu Brawijaya.(@SUN-aryo)(871)Mataram. Sedangkan Adipati Pragola menganggap bahwa kedudukan Kadipaten Pati itu sejajar dengan Mataram.…

3 hari ago

Penerus Trah Prabu Brawijaya-Part#870

Trah Prabu Brawijaya.(@SUN-aryo)(870)Mataram. Di kademangan, pasukan Mataram disambut dengan suka cita. Walau semuanya serba mendadak,…

4 hari ago

Dilema Library Genesis dalam Dunia yang Haus Ilmu

Di era digital yang cepat ini, akses terhadap berbagai sumber informasi dan literatur menjadi semakin…

4 hari ago

Penerus Trah Prabu Brawijaya-Part#869

Trah Prabu Brawijaya.(@SUN-aryo)(869)Mataram. Bagaimana pun juga, Kanjeng Adipati Rangga Jumena harus menerima kenyataan. Madiun kini…

5 hari ago