Inspirasi Pagi …….!!
(@SUN-aryo)
(227)
Penerus Trah Prabu Brawijaya.
Jaka Tingkir.
Sambil berkelakar kawannya menyahut; “Kau yang senang, tinggal munguti manggis mateng he he he he……!”
“Tapi sayang, kebo bulenya harus dikubur. Mestinya hari ini bisa pesta sate kebo bule…..!” Sahut kawannya yang lain lagi.
“Lhaah kau tidak ikut ngangkat kerbau sebesar itu…..!” Kata prajurit yang lain.
Perbincangan mereka seakan tidak ada habisnya ketika membicarakan Jaka Tingkir. Namun mereka harus beristirahat, karena esok hari akan kembali ke kotaraja. Mereka pun mulai berkemas barang-barang milik pribadi sehingga besuk tidak ribet.
Malam itu Nimas Cempaka tidur dengan tersenyum, bahkan bermimpi indah. Sebelum tidur ia selalu teringat akan ketampanan seorang anak muda yang mengagumkan, Jaka Tingkir. Beruntung ia bisa menyaksikan pertunjukan yang mendebarkan namun juga mengagumkan. Pertarungan seorang anak muda melawan seekor kerbau bule yang tidak mungkin akan disaksikan lagi. Bagi Nimas Cempaka, peristiwa itu sungguh amat berkesan di dalam hati. Yang paling membuatnya bergembira ialah bahwa ayahandanya, Kanjeng Sultan telah mengangkat kembali anak muda itu sebagai lurah prajurit wira tamtama yang akan bertugas di dalam beteng keraton – njeron beteng. Dengan demikian ia berharap dapat lebih mengenal anak muda itu.
Pagi itu, sebelum matahari terbit. Jaka Tingkir telah menghadap untuk melapor bahwa ia akan langsung ke kotaraja dan akan singgah di pondok Ki Ganjur. Jaka Tingkir tidak akan bersama rombongan para prajurit karena bersama Mas Manca dan Mas Wila yang juga berhasrat untuk menjadi prajurit Demak Bintara.
Nimas Cempaka sedikit kecewa setelah mengetahui bahwa anak muda yang berhasil membunuh kerbau bule itu tidak bersama rombongan ayahandanya. Namun hatinya sedikit terhibur bahwa ia akan singgah di pondok Ki Ganjur di lingkup keraton.
Sementara itu, di barak-barak prajurit di sekitar keraton Demak telah banyak berkumpul pasukan prajurit dari berbagai kadipaten. Mereka akan berangkat ke bang wetan untuk mengusir pasukan kulit putih yang mempengaruhi beberapa kadipaten di bang wetan untuk tidak setia kepada pemerintah Kanjeng Sultan di Demak Bintara. Kali ini memang tidak menyertakan pasukan dari bang kulon yang dari Banten maupun tanah Pasundan dan Cirebon. Namun demikian, pasukan yang telah berkumpul lebih besar dari pada ketika meluruk ke bang wetan sebelumnya.
Mereka masih menunggu kedatangan Kanjeng Sultan yang masih di pasanggrahan di hutan Prawata. Namun mereka telah mendengar bahwa hari ini Kanjeng Sultan akan tiba di keraton.
Sebelum Kanjeng Sultan dan para prajurit tiba di keraton, Jaka Tingkir beserta dia orang sahabatnya telah tiba di pondok Ki Ganjur.
“Oooh….., Angger Karebet…..! Bagaimana mungkin Angger berani masuk ke kotaraja, bahkan ke pondok ini…..? Apakah nanti tidak akan mendapat murka dari Kanjeng Sultan…..?” Bertanya Ki Ganjur yang khawatir kedatangan Jaka Tingkir diketahui oleh prajurit Demak Bintara. Ki Ganjur tahu bahwa Jaka Tingkir mendapat hukuman usir dari telatah Demak Bintara.
“Maaf Paman…..! Semua ini karena palilah – seijin Kanjeng Sultan sendiri……!” Kata Jaka Tingkir.
“Bagaimana mungkin hal itu terjadi…..?” Bertanya Ki Ganjur lagi.
“Apakah kami boleh masuk sehingga kami bisa bercerita panjang lebar, Paman……?” Kata Jaka Tingkir.
“Oooh….., mari masuk, juga kisanak sekalian…..! Bukankah kalian adalah siswa padepokan Rawapening…..? Di manakah Ki Kebo Kanigara dan Ki Wiragil……?” Kata Ki Ganjur yang sudah beberapa kali berkunjung ke padepokan Rawapening dan bersahabat erat dengan Ki Kebo Kanigara. Ki Ganjur pun bersahabat erat pula dengan Ki Ageng Sela yang pasti sudah semakin sepuh.
Jaka Tingkir kemudian menghaturkan salam bakti kepada Ki Ganjurdan saling berkabar keselamatan.
“Apakah Angger telah bertemu dengan Kanjeng Sultan…..? Bukankah Kanjeng Sultan sedang di pasanggrahan di hutan Prawata…..?” Bertanya Ki Ganjur.
“Ceritanya panjang, Paman…..!” Kata Jaka Tingkir kemudian.
…………….
Bersambung………….
Petuah Simbah: “Seorang yang bersalah karena ketidaksengajaan tentu berbeda dengan tindak kejahatan atau kriminal.”
(@SUN)
**Kunjungi web kami di Google.
Ketik; stsunaryo.com
Ada yang baru setiap hari.
Trah Prabu Brawijaya.(@SUN-aryo)(873)Mataram. Benar juga, dengan gerak cepat saat itu juga Senopati Widarba segera bertindak.…
Trah Prabu Brawijaya.(@SUN-aryo)(872)Mataram. Raden Mas Jolang telah memiliki bekal ilmu yang lebih dari cukup. Ia…
Trah Prabu Brawijaya.(@SUN-aryo)(871)Mataram. Sedangkan Adipati Pragola menganggap bahwa kedudukan Kadipaten Pati itu sejajar dengan Mataram.…
Trah Prabu Brawijaya.(@SUN-aryo)(870)Mataram. Di kademangan, pasukan Mataram disambut dengan suka cita. Walau semuanya serba mendadak,…
Di era digital yang cepat ini, akses terhadap berbagai sumber informasi dan literatur menjadi semakin…
Trah Prabu Brawijaya.(@SUN-aryo)(869)Mataram. Bagaimana pun juga, Kanjeng Adipati Rangga Jumena harus menerima kenyataan. Madiun kini…
View Comments
Yaaaah sayang srkali ceriranya kurang panjang..hrs sabaar nunggu bsk lagi..
Tks pak Sunaryo..
Semoga bpk sehat dan bahagia selalu
Salam sehat dan sukses dari Sukabumi