Inspirasi Pagi …….!!
(@SUN-aryo)
(229)
Penerus Trah Prabu Brawijaya.
Jaka Tingkir.
Sementara itu, rombongan Kanjeng Sultan telah sampai pula di keraton.
Ternyata cerita tentang kerbau bule ngamuk telah lebih dahulu sampai di keraton. Prajurit yang telah lebih dahulu tiba untuk mengabarkan kedatangan Kanjeng Sultan beserta pasukan pengawal raja telah bercerita dengan penuh semangat. Karena kejadian itu kejadian langka, maka cerita itu dengan cepat menyebar. Mula-mula di kalangan para prajurit, kemudian di kalangan dalam keraton dan kemudian di keluarga mereka. Mereka saling bercerita yang kadang dibumbui dengan cerita yang lebih dari kenyataan yang sesungguhnya. Yang tidak melihat pun seakan mereka menyaksikan kejadian itu sendiri.
Namun tetap saja yang menjadi tokoh dalam kisah itu adalah Jaka Tingkir dan kebo bule.
Di gerdu-gerdu ronda maupun di setiap ada orang berkumpul, yang diceritakan adalah kebo bule dan Jaka Tingkir.
“Wuooo….., katanya kebo bule itu besar buanget……!” Cerita seseorang yang tidak melihatnya sendiri.
“Perkemahan prajurit pun diobrak-abrik sampai luluh lantak……!” Sahut yang lain.
“Katanya, kebo bule itu mempunyai nama lho…! Namanya Kebondalem…..!” Sahut seseorang yang kurang jelas ceritanya.
“Ngawur……! Namanya Kebotanu……!” Sela yang lain yang merasa lebih tahu.
“Hee….! Kaupun salah…..! Namanya Kebondanu……!” Kata orang yang langsung mendengar dari saudaranya yang seorang prajurit.
“Kebo bule itu kebal terhadap segala macam senjata lho……!” Timpal yang lain penuh semangat.
“Dikepung oleh seluruh prajurit pengawal raja yang semuanya sakti, namun kebo bule itu tidak mampu ditundukkan…..!” Kata yang lain penuh semangat.
“Mengapa tidak dijerat saja, mereka kan terbiasa berburu…..?” Tanya seseorang yang mencoba dengan nalar.
“Wuooo….., kebo bule itu pasti pintar. Ia pasti tahu kalau dijebak…..!” Kata seseorang yang seakan ia sebagai kerbaunya.
“Namun ternyata, kebo bule yang sakti itu hanya dibuat permainan oleh Jaka Tingkir……!” Sahut yang lain seakan ia melihat sendiri.
“Katanya Jaka Tingkir itu bisa berdiri di tanduk kebo bule dan dilempar oleh kebo itu sehingga terbuncang tinggi sekali……!” Kata yang lain yang berlebihan.
“Hebatnya lagi….., kebo bule itu sekali pukul oleh Jaka Tingkir, hancur kepalanya……!” Sahut temannya tak mau kalah.
“Itu pasti kerbau keramat atau kerbau jadi-jadian, soalnya kebo bule itu tidak boleh dimasak. Kebo bule itu dikubur layaknya manusia……!” Kata yang lain yang telah dipengaruhi oleh angannya sendiri.
“Ayo suatu saat kita datang ke tempat pekuburan kebo bule itu…..!” Ajak yang lain.
“Huust….., sebaiknya kita tidak sembarangan menyebut kebo bule, mesti dengan namanya, Kiai Kebondanu……!” Kata orang yang sebelumnya mengatakan kerbau itu jadi-jadian.
“Yaaa….., aku setuju sebut namanya; Kiai Kebondanu……!”
“Kiai Kebondanu……!” Mereka hampir berbareng menyebut nama itu.
“Dengan demikian, Anak muda yang bernama Jaka Tingkir itu pastilah seorang yang sakti mandraguna…..!” Kata yang lain.
“Ya pastilah…..! Kanjeng Sultan sendiri telah tahu, sehingga beliau memerintah untuk menangkap Kiai Kebondanu itu….!” Kata yang lain lagi.
“Katanya Jaka Tingkir itulah yang dahulu membunuh Dadung Awuk, berandalan yang sakti mandraguna namun sombong dan menantang Jaka Tingkir saat itu…..!” Kata seseorang yang pernah mendengar kisah Jaka Tingkir dengan Dadung Awuk sebelumnya.
“Aku kira di Demak Bintara ini hanya ada satu nama Jaka Tingkir…..!” Sela yang lainnya.
“Heee…..! Jaka Tingkir itu bukan nama yang sebenarnya lho…..! Namanya itu Mas Karebet….!” Kata orang yang merasa lebih tahu.
“Nama yang bagus…..!” Sahut yang lain.
“Tingkir itu nama kademangan….! Mas Karebet itu seorang perjaka dari kademangan Tingkir yang kemudian disebut Jaka Tingkir……!” Kata orang yang saudaranya adalah seorang prajurit.
Para peronda itu sampai malam tidak ada habisnya untuk memperbincangkan kisah Kebondanu dan Jaka Tingkir.
…………..
Bersambung………
Petuah Simbah: “Cerita yang berkembang di masyarakat, sering lebih seru daripada kejadian yang sesungguhnya.”
(@SUN).
**Kunjungi web kami di Google.
Ketik; stsunaryo.com
Ada yang baru setiap hari.