Inspirasi Pagi …….!!
(@SUN-aryo)
(231)
Penerus Trah Prabu Brawijaya.
Jaka Tingkir.
Saat itu, Jaka Tingkir tidak merasa sama sekali bahwa ia sedang menjadi bahan perbincangan di hampir seluruh negeri. Bagi Jaka Tingkir, peristiwa di hutan Prawata itu tak lebih dari sarana untuk kembali diterima sebagai prajurit. Lakon yang dirancang oleh pamannya, Ki Kebo Kanigara berjalan sesuai dengan yang direncanakan. Pertarungannya dengan kebo bule juga merupakan perkelahian yang biasa saja karena ia pernah bertarung melawan singa barong tanpa dilihat oleh siapa pun. Singa itu tentu lebih berbahaya dari kebo bule yang ia lawan itu. Bahkan, ia pernah pula menangkap ular sawa kembang sepanjang sepuluh depa seorang diri. Namun ular itu kemudian ia lepaskan kembali. Pertarungan-pertarungan selama pengembaraan juga lebih berbahaya daripada ketika ia melawan kebo bule itu. Bahkan, para prajurit pengawal raja bersama senopatinya, jika tidak ciut nyali pasti bisa melumpuhkan kebo bule.
Namun demikian, itulah kenyataannya. Pertarungan Jaka Tingkir melawan Kebondanu sunguh mengangkat nama Jaka Tingkir. Bahkan di hadapan Kanjeng Sultan sendiri.
Siang itu, sebelum matahari di puncak cakrawala, Jaka Tingkir telah bersiap diri untuk menghadap Kanjeng Sultan. Karena utusan dari keraton telah memberitahukan bahwa Kanjeng Sultan berkenan menerima kehadiran Jaka Tingkir setelah matahari condong ke barat.
Jaka Tingkir telah mematut diri, ia berharap nanti bisa bersua dengan Nimas Cempaka di keraton. Bahkan, seandainya ia hanya berkesempatan untuk sekedar melihatpun sudah puas.
“Aku percaya bahwa Angger akan selalu bisa membawa diri di hadapan Kanjeng Sultan……!” Kata Ki Ganjur ketika Jaka Tingkir mohon diri.
“Restu dari Paman Ganjur yang Tingkir harapkan……!” Kata Jaka Tingkir.
Sementara itu, Kanjeng Sultan sedang meninjau kesiapan para prajurit dari berbagai kadipaten di barak-barak prajurit. Menurut laporan dari para senopati, seluruh pasukan telah berkumpul. Kini tinggal menunggu titah Sultan untuk segera berangkat ke bang wetan.
Yang tidak diduga oleh Kanjeng Sultan adalah bahwa Kanjeng Sunan Gunung Jati telah berkenan mengirim pasukan dari Banten, Sunda Kelapa dan Cirebon sebanyak tujuh ribu prajurit. Sebelumnya, Kanjeng Sultan tidak terlalu berharap kehadiran pasukan dari bang kulon itu karena jaraknya yang terlalu jauh. Namun atas saran dari Kanjeng Sunan Gunung Jati dikirimlah pasukan gabungan itu. Para pimpinan dari negeri bang kulon itu ingat akan peran pasukan dari Demak Bintara ketika mengusir pasukan Portugis. Dan pasukan itu pun telah tiba pula di Demak Bintara.
Kanjeng Sultan berbesar hati akan mampu mengusir pasukan Portugis seperti yang pernah terjadi di Sunda Kelapa.
Kanjeng Sultan Trenggono akan memimpin sendiri pasukan gabungan yang besar itu untuk melawat ke bang wetan.
Siang itu pula Kanjeng Sultan telah menerima Kanjeng Sunan Kudus. Kanjeng Sunan Kudus telah menyampaikan kabar tentang tewasnya Ki Ageng Pengging yang juga disebut Ki Kebo Kenanga. Namun Kanjeng Sunan Kudus telah berpesan agar berita ini tidak disebarluaskan. Agar pasukan besar yang telah berkumpul itu tidak terpengaruh. Kanjeng Sunan Kudus menduga bahwa masih ada para prajurit yang masih condong akan kebesaran Majapahit. Jika mereka tahu bahwa Ki Ageng Pengging dibunuh oleh utusan Kanjeng Sultan tentu akan berpengaruh.
Sedangkan Kanjeng Sunan Kudus untuk kali ini tidak akan ikut melawat ke bang wetan. Bahkan Kanjeng Sunan Kudus selama Kanjeng Sultan melawat ke bang wetan akan menggembleng salah satu muridnya yang bertempat tinggal di Jipang Panolan, Harya Penangsang.
“Kami serahkan kepada kebijaksanaan Bapa Sunan…..!” Kata Kanjeng Sultan Trenggono.
“Pemerintahan Demak Bintara untuk sementara akan aku serahkan kepada Prawoto, Bapa Sunan…..!” Lanjut Kanjeng Sultan Trenggono.
Pangeran Prawoto adalah putra sulung dari Kanjeng Sultan Trenggono. Bahkan ketika Pasukan Demak Bintara menyerang pasukan Portugis ke Sunda Kelapa, saat itu Pangeran Prawoto juga telah diserahi pemerintahan Demak Bintara.
…………….
Bersambung……….
Petuah Simbah: “Mempercayakan kepada generasi muda untuk menyiapkan estafet kepemimpinan.”
(@SUN).
**Kunjungi web kami di Google.
Ketik; stsunaryo.com
Ada yang baru setiap hari.
Trah Prabu Brawijaya.(@SUN-aryo)(873)Mataram. Benar juga, dengan gerak cepat saat itu juga Senopati Widarba segera bertindak.…
Trah Prabu Brawijaya.(@SUN-aryo)(872)Mataram. Raden Mas Jolang telah memiliki bekal ilmu yang lebih dari cukup. Ia…
Trah Prabu Brawijaya.(@SUN-aryo)(871)Mataram. Sedangkan Adipati Pragola menganggap bahwa kedudukan Kadipaten Pati itu sejajar dengan Mataram.…
Trah Prabu Brawijaya.(@SUN-aryo)(870)Mataram. Di kademangan, pasukan Mataram disambut dengan suka cita. Walau semuanya serba mendadak,…
Di era digital yang cepat ini, akses terhadap berbagai sumber informasi dan literatur menjadi semakin…
Trah Prabu Brawijaya.(@SUN-aryo)(869)Mataram. Bagaimana pun juga, Kanjeng Adipati Rangga Jumena harus menerima kenyataan. Madiun kini…