Categories: Cerbung

Penerus Trah Prabu Brawijaya-Jaka Tingkir-Part#233

Inspirasi Pagi …….!!
(@SUN-aryo)
(233)
Penerus Trah Prabu Brawijaya.
Jaka Tingkir.

Kanjeng Sultan Trenggono juga mengatakan bahwa pemerintahan akan dipercayakan kepada Pangeran Prawoto.
“Kau nanti harus menghadap Pangeran Prawoto. Dia sudah tahu bahwa lurah prajurit bagian dalam keraton adalah kau……!” Lanjut Kanjeng Sultan.
Kanjeng Sultan juga menyampaikan bahwa besuk pagi seluruh pasukan yang akan melawat ke bang wetan akan berangkat.
Masih beberapa saat Kanjeng Sultan berbincang dengan Jaka Tingkir serta Ki Lurah Wirajaya. Ketika kemudian Nimas Cempaka menyajikan minuman. Ia kemudian mempersilahkannya kepada Jaka Tingkir.
Jaka Tingkir sempat beradu pandang dengan Nimas Cempaka. Namun demikian mereka tak sempat berbincang.
Dalam kesempatan itu, Jaka Tingkir juga menyampaikan niat dua orang teman seperguruannya yakni Mas Manca dan Mas Wila untuk menjadi prajurit pula.
“Kau berhak untuk menerima prajurit untuk keperluan keamanan njeron beteng. Terimalah keduanya, aku percaya kepadamu dan Ki Wirajaya sebagai saksinya…..!” Lanjut Kanjeng Sultan.
Keraton memang sedang memerlukan banyak prajurit setelah sebagian besar akan berangkat ke bang wetan.

Sore itu pula Jaka Tingkir langsung menghadap Pangeran Prawoto di Kasatrian bersama Ki Wirajaya.
Pangeran Prawoto telah banyak tahu cerita tentang Jaka Tingkir sehingga ia pun percaya akan kemampuan dari lurah wira tamtama untuk menjaga keamanan njeron beteng tersebut.
“Paman Wirajaya harus selalu mendampingi dan membimbing Jaka Tingkir……!” Kata Pangeran Prawoto.
“Demikianlah perintah dari Kanjeng Sultan pula…..!” Kata Ki Wirajaya.

Di Kasatrian, Pangeran Prawoto tidak lama menerima kehadiran Jaka Tingkir. Setelah memberikan pesan-pesan, Pangeran Prawoto segera pergi ke barak prajurit untuk mempersiapkan segala sesuatu tentang akan keberangkatan pasukan esok hari.

Mas Manca dan Mas Wila tak mengira bahwa mereka dengan mudah langsung diterima sebagai prajurit. Mereka bergembira karena untuk sementara ditugaskan di dalam benteng untuk membantu Jaka Tingkir. Mereka pun menerima dengan senang hati meskipun harus menjadi anak buah dari saudara seperguruan di padepokan Rawapening. Bahkan Jaka Tingkir yang paling muda. Namun keduanya tahu akan kemampuan dari anak muda itu.
“Kalian datang ke keraton pada saat yang tepat…..!” Kata Ki Ganjur saat itu.
“Tentu semua ini berkat bantuan dari Paman Ganjur pula…..!” Mas Wila yang menanggapi.

Sementara itu, Ki Kebo Kanigara telah berselisih jalan dengan Ki Wuragil. Ki Wuragil langsung kembali ke padepokan Rawapening, sedangkan Ki Kebo Kanigara mampir ke Kedung Srengenge.
Ki Kebo Kanigara lega, karena sarang gerombolan Bahurekso benar-benar telah kosong. Ia telah menjelajahi rumah-rumah dan gua di sarang itu, namun sama sekali tidak ada tanda-tanda bahwa tempat itu ada penghuninya.
Ki Kebo Kanigara kemudian akan langsung ke puncak gunung Merapi untuk bersamadi seperti yang sudah sering ia lakukan.

Pagi hari itu, alun-alun keraton Demak Bintara telah dipenuhi oleh para prajurit dari berbagai kadipaten. Bahkan pasukan dari Banten, Sunda Kelapa dan dari Cirebon ada dalam barisan itu.
Dalam pasukan dari telatah Sunda itu ada salah seorang yang selalu menjadi perhatian siapa pun yang melihat. Ia berbeda dengan para prajurit pada umumnya. Dia adalah seorang berkulit putih dan berhidung mancung. Ia adalah seorang penulis dari Portugis yang diperkenankan untuk ikut dalam rombongan pasukan itu. Ia memang menulis segala sesuatu tentang pasukan itu dan juga tentang negeri Demak Bintara. Terutama tentang Kanjeng Sultan Trenggana yang telah tenar di Portugis.
Meskipun demikian, orang kulit putih itu selalu diawasi agar tidak membocorkan kekuatan pasukan itu kepada pasukan Portugis yang ada di Panarukan.
Orang Portugis yang bernama Fernandez Mendez Pinto itu mampu meyakinkan bahwa yang ia tulis akan menjadi catatan sejarah untuk negeri ini. Ia sungguh kagum dengan banyaknya prajurit yang akan melawat ke bang wetan. Ia pun tahu bahwa yang akan diserbu adalah benteng pasukan Portugis di bang wetan.
…………….
Bersambung………..

Petuah Simbah: “Bahkan sejak zaman Demak Bintara, bangsa kita telah menghargai profesi seorang wartawan.”
(@SUN)

**Kunjungi web kami di Google.
Ketik; stsunaryo.com
Ada yang baru setiap hari.

St. Sunaryo

Pensiunan pegawai PT Telkom Indonesia. Sekarang bertempat tinggal di Kapanewon Kalasan, Kabupaten Sleman, Daerah Istimewa Yogyakarta. Kunjungi website https://stsunaryo.com , ada yang baru setiap hari.

Recent Posts

Penerus Trah Prabu Brawijaya-Part#808

Trah Prabu Brawijaya.(@SUN-aryo)(808)Mataram. Adipati Pragola kemudian menawarkan kepada Pangeran Benawa; "Akan aku tempatkan prajurit sandi…

11 jam ago

Penerus Trah Prabu Brawijaya-Part#807

Trah Prabu Brawijaya.(@SUN-aryo)(807)Mataram. Raden Benawa kemudian melanjutkan perjalanannya. Ia tidak ingin mengabaikan satu hari saja…

1 hari ago

Penerus Trah Prabu Brawijaya-Part#806

Trah Prabu Brawijaya.(@SUN-aryo)(806)Mataram. Guru orang bercambuk itu tahu bahwa Pangeran Pangiri sama sekali tidak ada…

3 hari ago

Penerus Trah Prabu Brawijaya-Part#805

Trah Prabu Brawijaya.(@SUN-aryo)(805)Mataram. Para prajurit sandi itu juga bisa menjadi bagian pasukan tempur jika diperlukan.…

4 hari ago

Chipset A Bionic: Kenapa iPhone Selalu Lebih Cepat?

Di era teknologi yang terus berkembang pesat, kecepatan serta performa perangkat menjadi faktor penting dalam…

5 hari ago

Penerus Trah Prabu Brawijaya-Part#804

Trah Prabu Brawijaya.(@SUN-aryo)(804)Mataram. Senopati Wirosekti mengangguk-angguk kemudian katanya; "Baik Pangeran, saya tidak berkeberatan. Biarlah nanti…

5 hari ago