Inspirasi Pagi …….!!
(@SUN-aryo)
(234)
Penerus Trah Prabu Brawijaya.
Jaka Tingkir.
Seri Arya Penangsang.
Namun sang penulis itu tidak akan memihak kemana-mana. Ia hanya ingin membuat laporan berupa tulisan apa adanya. Ia memang telah menulis banyak tentang negeri-negeri di tanah Jawa ini.
Alun-alun Demak Bintara telah penuh dengan para prajurit yang akan berangkat ke telatah timur. Namun sebagian juga para prajurit yang akan tetap tinggal di keraton Demak Bintara. Pangeran Prawoto didampingi para senopati dan para lurah prajurit akan memberikan penghormatan pelepasan pasukan. Salah satu di antaranya adalah Jaka Tingkir, sedangkan Mas Manca dan Mas Wila tidak ikut serta karena masih merupakan prajurit baru.
Jaka Tingkir pun tergetar menyaksikan prajurit yang sekian banyaknya.
Kanjeng Sultan sedang mberikan sesorah panjang lebar, baik untuk pasukan yang akan berangkat ke bang wetan maupun pasukan dan pemerintahan yang tetap tinggal di keraton.
“Aku percayakan negeri ini kepada putraku Pangeran Prawoto selama aku belum kembali……!” Kata Kanjeng Sultan menegaskan.
Pasukan yang besar telah mulai meninggalkan alun-alun. Pasukan yang pasti menggetarkan setiap musuh yang menyaksikan. Masing-masing bregada prajurit dengan seragam kebanggaan masing-masing. Mereka masing-masing menenteng senjata andalannya.
Tepuk tangan dan sorak sorai semakin riuh ketika yang lewat adalah bregada prajurit wanita. Mereka adalah pasukan panah yang telah terlatih. Namun juga ada bregada prajurit wanita yang akan bertugas di baris belakang sebagai juru masak.
Di sepanjang perjalanan, mereka dielu-elukan oleh kawula yang berjejer di tepi jalan. Mereka bersorak-sorai dan melambaikan tangan sebagai salam perpisahan. Mereka yakin bahwa pasukan itu akan berhasil menundukkan lawan seperti sebelum-sebelumnya. Pasukan yang dipimpin langsung oleh Kanjeng Sultan Trenggana, selama ini selalu berhasil menundukkan lawan. Berbeda dengan pada zaman Dipati Unus yang gagal dalam dua kali penyerbuan ke semenanjung Malaka.
Namun kali ini adalah perjalanan darat yang cukup panjang. Mereka akan melewati sisi utara dari pulau ini.
Akhirnya ujung belakang dari pasukan besar itu telah meninggal alun-alun. Di barisan belakang adalah kereta-kereta dengan membawa berbagai perlengkapan. Bahkan gerobak sapi pun ada dalam iring-iringan itu.
Pangeran Prawoto kemudian mengumpulkan para senopati dan para lurah prajurit untuk membicarakan pemerintahan setelah ditinggal oleh Kanjeng Sultan.
Pangeran Prawoto pada kesempatan itu juga menyampaikan bahwa ia tidak ingin disebut sebagai Sultan, tetapi memilih dengan gelar Sunan.
Mulai saat itu, Pangeran Prawoto disebut sebagai Sunan Prawoto.
Alkisah, kisah negeri Demak Bintara ini akan kilas balik jauh ke belakang agar alur cerita bisa saling terkait.
Ketika itu, Sultan Patah juga mempunyai seorang putra, bahkan putra tertua yang sesungguhnya memiliki hak sebagai pewaris tahta kerajaan Demak Bintara. Putra Sultan Patah tersebut adalah Raden Kikin atau Pangeran Sekar yang juga disebut Pangeran Surawiyata. Namun saat itu, ia telah dipercaya sebagai Adipati di Lasem. Ia memiliki dua orang putra yang masih remaja. Mereka adalah Raden Arya Penangsang dan Raden Harya Mataram.
Sedangkan pemerintahan Demak Bintara diserahkan kepada Adipati Unus yang berada di Demak Bintara.
Dalam kisah yang lalu, dikisahkan bahwa Adipati Unus dua kali menyerbu ke semenanjung Malaka. Dan dalam penyerbuan yang kedua, Adipati Unus gugur yang kemudian mendapat gelar Pangeran Sabrang Lor karena gugur ketika menyerbu ke laut utara.
Saat itu, Pangeran Prawoto yang masih muda telah mendengar pula gugurnya sang paman, Adipati Unus. Sedangkan Adipati Unus tidak berputra. Pangeran muda itu telah memiliki perhitungannya sendiri. Waris takhta akan jatuh ke tangan pamannya yang lain, Raden Kikin yang juga disebut Pangeran Sekar dan lebih dikenal sebagai Pangeran Surawiyata. Pangeran Surawiyata saat itu sebagai Adipati di Lasem.
Bersama dengan beberapa pengawalnya, Pangeran Prawoto saat itu berkunjung ke Lasem untuk menghadap sang Paman, Pangeran Surawiyata. Namun Pangeran Prawoto memiliki maksud tersendiri.
…………..
Bersambung…………
Petuah Simbah: “Perebutan kekuasaan di antara keluarga merupakan awal keruntuhan sebuah negeri.”
(@SUN)
**Kunjungi web kami di Google.
Ketik; stsunaryo.com
Ada yang baru setiap hari.