Inspirasi Pagi …….!!
(@SUN-aryo)
(246)
Penerus Trah Prabu Brawijaya.
Jaka Tingkir.
Seri Arya Penangsang.
Jaka Tingkir tertegun beberapa saat menyaksikan jasad sang paman yang kering dan hitam kelam. Jaka Tingkir tak akan pangling bahwa itu benar jasad sang paman. Ia masih berpikir, apa yang akan ia lakukan dengan jasad itu. Ia tidak mungkin mengangkat jasad itu untuk dibawa ke padepokan Rawapening di Banyubiru. Walau ia mampu mengangkatnya. Atau mungkin dibawa ke Sela yang lebih dekat.
Setelah beberapa saat Jaka Tingkir merenung, akhirnya ia memilih untuk menyemayamkan jasad itu di dalam pondok batu itu. Namun suatu saat ia ingin memindahkan jasad itu ke Sela atau ke Rawapening.
Dengan caranya, Jaka Tingkir memberi penghormatan kepada sang paman yang telah meninggal itu. Kemudian ia menggali tanah berpasir di dalam pondok. Pasir gunung yang masih terasa hangat ia gali tanpa kesulitan. Untuk beberapa saat Jaka Tingkir tidak segera meninggalkan pondok batu. Ia masih khusyuk berdoa di samping makam.
Namun sebelum matahari bersembunyi di balik cakrawala, Jaka Tingkir sudah turun ke tempat kuda ditambatkan.
Jaka Tingkir tidak mungkin melanjutkan perjalanan di malam yang gelap dengan menunggang kuda. Lereng gunung yang berbatu-batu dan tertutup oleh debu pasir letusan gunung tentu sulit bagi kudanya untuk berjalan di kegelapan. Jaka Tingkir memilih untuk beristirahat di bawah pohon yang sudah tanpa daun itu. Ia pun membuka bekal yang ia bawa sejak dari keraton. Ia lebih senang membawa bekal buah-buahan terutama pisang. Ia juga membawa telur godok yang bisa awet. Bekal untuk kuda juga masih lebih dari cukup.
Bagi Jaka Tingkir sebagai seorang petualang, tidur di manapun tidak masalah.
Di pagi harinya, Jaka Tingkir memilih untuk mampir di Sela. Di sana ia berharap bisa bertemu dengan Ki Juru Martani, Ki Pemanahan dan Ki Panjawi. Dan ia merencanakan untuk memakamkan jasad Ki Kebo Kanigara di Sela.
Namun Jaka Tingkir ternyata kecele. Saudara-saudaranya itu telah mengungsi ke Manahan tempat asal Ki Pemanahan karena hujan abu yang cukup tebal. Jaka Tingkir mendapat keterangan dari warga yang masih bertahan di Sela. Padepokan Sela kosong sama sekali.
Jaka Tingkir kemudian memilih untuk berkunjung ke padepokan Rawapening.
Di sekitar Rawapening, akibat dari abu gunung Merapi tidak begitu terasa. Curah hujan membuat abu gunung Merapi itu cepat larut terbawa air. Tetumbuhan tetap hijau segar.
Ki Wuragil terkejut dengan kedatangan Jaka Tingkir di padepokan. Semoga bukan karena diusir lagi dari istana, batin Ki Wuragil.
Setelah saling berbagi kabar keselamatan, Jaka Tingkir bercerita banyak tentang berbagai hal. Namun kemudian sampai pada tujuan utamanya, yaitu mengabarkan tentang meninggalnya Ki Kebo Kanigara.
“Oooh…, Guru telah mendahului kita…!” Keluh Ki Wuragil. Yang kemudian menunduk menahan tangis dan kesedihan.
Jaka Tingkir mengatakan bahwa, jika suasana sudah tenang akan memindahkan jasad Ki Kebo Kanigara ke Sela.
Sementara itu, Sunan Prawoto telah merencanakan pemindahan pusat pemerintahan dari kotaraja Demak Bintara ke tepi hutan Prawata. Ia pun telah memerintahkan para tukang kayu untuk membuat istana di tempat peristirahatan Sultan Trenggana saat lalu. Istana yang sebagian besar terbuat dari kayu jati pilihan.
Sunan Prawoto wira-wiri dari Demak Bintara ke dan dari tepi hutan Prawata.
Sementara itu, para bupati dari berbagai wilayah mulai kendor hubungannya dengan pusat pemerintahan di Demak Bintara. Para bupati yang kecewa dengan pasukan Demak Bintara ketika kembali dari Panarukan dengan perbuatan yang tidak pantas merasa direndahkan. Lagi pula mereka kurang yakin kepada Sunan Prawoto sebagai seorang sultan di negeri yang besar ini. Menurut yang mereka dengar, Sunan Prawoto kurang mendalami ilmu olah kanuragan dan ilmu jayakasantikan. Mereka juga menganggap bahwa Sunan Prawoto kurang memiliki wibawa sebagai seorang raja.
Surabaya, Gresik dan Kediri mulai mengambil jarak dengan Demak Bintara. Demikian pula Banten dan Sunda Kelapa sudah melepaskan diri dari Demak Bintara sebagai pusat pemerintahan.
…………….
Bersambung…………
Petuah Simbah: “Pimpinan yang kurang berwibawa akan mengurangi kinerja para pegawainya.”
(@SUN)
**Kunjungi web kami di Google.
Ketik; stsunaryo.com
Ada yang baru setiap hari.
Trah Prabu Brawijaya.(@SUN-aryo)(874)Mataram. Adipati Pragola juga mendapat laporan bahwa dua orang murid orang bercambuk juga…
Trah Prabu Brawijaya.(@SUN-aryo)(873)Mataram. Benar juga, dengan gerak cepat saat itu juga Senopati Widarba segera bertindak.…
Trah Prabu Brawijaya.(@SUN-aryo)(872)Mataram. Raden Mas Jolang telah memiliki bekal ilmu yang lebih dari cukup. Ia…
Trah Prabu Brawijaya.(@SUN-aryo)(871)Mataram. Sedangkan Adipati Pragola menganggap bahwa kedudukan Kadipaten Pati itu sejajar dengan Mataram.…
Trah Prabu Brawijaya.(@SUN-aryo)(870)Mataram. Di kademangan, pasukan Mataram disambut dengan suka cita. Walau semuanya serba mendadak,…
Di era digital yang cepat ini, akses terhadap berbagai sumber informasi dan literatur menjadi semakin…