Inspirasi Pagi …….!!
(@SUN-aryo)
(248)
Penerus Trah Prabu Brawijaya.
Jaka Tingkir.
Seri Arya Penangsang.
Rangkong telah mendapat banyak keterangan dari Rebon. Namun demikian, ia masih beberapa saat di taman menemani Rebon yang sedang bekerja. Bahkan kadang ia juga membantu Rebon mengangkat kayu potong yang berat. Rebon pun senang ditemani oleh Rangkong, apalagi Rangkong ringan membantu. Kesempatan itu dimanfaatkan oleh Rangkong untuk mengamati keadaan di sekitar keraton.
“Kanjeng Sunan apakah juga ada di keraton saat ini…..?” Bertanya Rangkong.
“Ooh….., Kanjeng Sunan sekarang sedang di Demak Bintara. Aku tidak tahu kapan kembali…..!” Jawab Rebon.
Ketika hari telah sore, Rangkong minta pamit, namun besuk akan datang lagi untuk membantu pekerjaan Rebon.
Rebon pun senang menerima sahabat barunya itu tanpa prasangka.
Sementara itu, di Demak Bintara, Sunan Prawoto telah bertemu dengan Jaka Tingkir dan Nimas Cempaka. Sunan Prawoto telah berubah pikiran, yang semula telah mengakat Jaka Tingkir sebagai senopati di dalam keraton. Kini akan mengangkat Jaka Tingkir atas nama Nimas Cempaka sebagai seorang Adipati. Untuk memperkuat kedudukan Sunan Prawoto di keraton Demak Prawata, ia menempatkan Jaka Tingkir di sisi selatan bagian tengah pulau ini, yakni sebagai Adipati Pajang. Wilayah kekuasaan Adipati Pajang meliputi hampir seluruh sisi selatan gunung Merapi dan sisi timurnya.
“Apakah anugerah ini tidak terlalu besar bagi kami, Kangmas Sunan…..?” Bertanya Jaka Tingkir.
“Sudah sepantasnya, Yayi…..! Kau pasti mampu mengemban tugas ini…..!” Berkata Sunan Kudus.
“Besuk kalian sudah boleh berkunjung ke Pajang. Aku sudah mengirim utusan hal ini kepada nayaka praja di Pajang…..!” Lanjut Sunan Prawoto.
“Terimakasih Kangmas Sunan atas anugerah ini…..!” Berkata Jaka Tingkir.
Di hari berikutnya, Jaka Tingkir ingin ke Pajang seorang diri, tanpa di temani oleh Nimas Cempaka. Maksud Jaka Tingkir ingin mempersiapkan segala sesuatu agar semuanya lancar.
“Aku ingin mampir ke Sela untuk bertemu dengan Kakang Juru Martani dan Kakang Pemanah serta Kakang Penjawi. Atau mungkin beliau-beliau masih di Manahan. Aku ingin mereka mendampingi aku dalam pemerintahan di Pajang nantinya…..!” Berkata Jaka Tingkir.
“Terserah Kangmas saja, mana yang terbaik…..!” Berkata Nimas Cempaka.
Di pagi berikutnya, Jaka Tingkir benar-benar telah meninggalkan Demak Bintara untuk menuju ke Sela. Ia berkuda seperti biasanya.
Keadaan di Sela sudah tidak sesepi ketika ia mengunjungi setelah hujan abu. Sebagian besar abu telah larut terbawa air hujan. Ia berharap bisa bertemu dengan saudara-saudaranya seperguruan. Ia beberapa kali harus berhenti untuk bertegur sapa dengan warga yang berpapasan. Ia memang telah mengenal hampir semua warga Sela. Namun Jaka Tingkir kecewa karena hampir semua mengatakan bahwa mereka belum melihat Ki Juru Martani, Ki Pemanahan dan Ki Panjawi. Tetapi Jaka Tingkir terus melangkah menuju padepokan.
Benar apa yang dikatakan oleh beberapa orang yang berpapasan. Saudara-saudara seperguruannya belum ada yang kembali. Ia hanya bertemu dengan dua orang cantrik yang sedang membersihkan padepokan yang penuh debu.
“Kapan mereka akan kembali, Kang….?” Bertanya Jaka Tingkir.
“Kami belum tahu, Denmas…..!” Jawab cantrik tersebut yang telah mendengar bahwa Jaka Tingkir telah menjadi seorang lurah prajurit.
“Baiklah, jika demikian aku akan langsung ke Manahan…..!” Berkata Jaka Tingkir.
Jaka Tingkir segera memacu kudanya menuju Manahan. Ia berharap tidak berselisih jalan dengan saudara-saudaranya itu jika mereka kembali ke Sela.
Ia sudah sering ke Sela tempat tinggal Ki Pemanahan. Di sana tinggal Nyi Pemanahan dan anaknya yang masih remaja, Mas Danang.
Betapa gembiranya Jaka Tingkir ketika bertemu dengan saudara-saudaranya yang telah bersiap untuk kembali ke Sela.
Setelah saling berkabar keselamatan mereka berbincang tentang banyak hal.
“Yang aku dengar, Yayi Tingkir telah diangkat menjadi seorang senopati…..!” Berkata Ki Panjawi.
“Itulah yang akan aku katakan, Kakang.
Kemarin lusa, Kakamas Sunan Prawoto telah meminta kepadaku untuk menjadi Adipati di Pajang…..!” Berkata Jaka Tingkir.
“Heee….!” Hampir berbareng mereka berseru karena terkejut dan heran.
“Ini sebuah anugerah yang besar, Yayi. Kau harus tanpa ragu menerimanya…..!” Berkata Ki Juru Martani.
“Ya….! Telah aku terima. Dan yang terpenting dari kedatanganku ini adalah; aku ingin didampingi oleh kakang semua dalam pemerintahan di Pajang……!” Berkata Jaka Tingkir.
………….
Bersambung……….
Petuah Simbah: “Anugerah harus disyukuri dengan tanggungjawab yang besar.”
(@SUN)
**Kunjungi web kami di Google.
Ketik; stsunaryo.com
Ada yang baru setiap hari.
Trah Prabu Brawijaya.(@SUN-aryo)(873)Mataram. Benar juga, dengan gerak cepat saat itu juga Senopati Widarba segera bertindak.…
Trah Prabu Brawijaya.(@SUN-aryo)(872)Mataram. Raden Mas Jolang telah memiliki bekal ilmu yang lebih dari cukup. Ia…
Trah Prabu Brawijaya.(@SUN-aryo)(871)Mataram. Sedangkan Adipati Pragola menganggap bahwa kedudukan Kadipaten Pati itu sejajar dengan Mataram.…
Trah Prabu Brawijaya.(@SUN-aryo)(870)Mataram. Di kademangan, pasukan Mataram disambut dengan suka cita. Walau semuanya serba mendadak,…
Di era digital yang cepat ini, akses terhadap berbagai sumber informasi dan literatur menjadi semakin…
Trah Prabu Brawijaya.(@SUN-aryo)(869)Mataram. Bagaimana pun juga, Kanjeng Adipati Rangga Jumena harus menerima kenyataan. Madiun kini…