Inspirasi Pagi …….!!
(@SUN-aryo)
(251)
Penerus Trah Prabu Brawijaya.
Jaka Tingkir.
Seri Arya Penangsang.
Ketiga orang suruhan Adipati Harya Penangsang itu kemudian berembug. Apa yang akan dilakukan kemudian. Rangkong telah memberi keterangan yang cukup rinci. Lorong-lorong yang mesti dilalui pun ia ceritakan, bahkan pohon-pohon yang bisa untuk berlindung pun ia gambarkan.
“Sebaiknya malam nanti, mereka pasti kecapaian setelah menempuh perjalanan dan menurunkan serta menata barang-barang……!” Usul Rangkong.
“Baiklah, nanti malam kau dan aku yang akan memasuki keraton. Kau sebagai penunjuk jalan, biar aku nanti yang masuk ke dalam kamar Sunan. Sedangkan kau Gandos menunggu di sekitar alun-alun saja. Kau nanti yang harus secepatnya memberi kabar ke Jipang Panolan apa yang terjadi di keraton Demak Prawata ini……!” Kata Rungkut.
Mereka masih berbincang beberapa saat untuk mematangkan rencananya. Mereka akan bergerak selewat tengah malam. Pekerjaan seperti itu sudah biasa bagi mereka. Mereka sebelumnya adalah penyamun, perampok dan pencuri. Namun karena pernah dihajar oleh Adipati Harya Penangsang, mereka kemudian mengabdi di Jipang Panolan. Sejak saat itu, mereka tidak lagi melakukan pekerjaannya yang dahulu. Dan kini mereka akan melakukannya lagi seperti seorang pencuri di malam hari. Namun sasarannya kini adalah nyawa Kanjeng Sunan Prawoto.
Mereka sangat bersemangat, karena janji dari Adipati Harya Penangsang adalah pangkat Tumenggung bagi mereka. Bahkan, seandainya nanti Adipati Harya Penangsang sudah menjadi sultan, mereka dijanjikan pangkat sebagai seorang adipati. Ada yang sebagai adipati Demak Bintara, ada yang sebagai adipati Jepara dan ada yang sebagai adipati di Demak Prawata.
“Ha ha ha ha….., aku memilih sebagai adipati di Demak Prawata. Keratonnya masih baru dan bagus. Inangnya juga cantik-cantik…… ha ha ha ha ha…….” Seloroh Rangkong.
“Kalau aku memilih Kadipaten Jepara, tidak besar namun kaya-raya……!” Kata Gandos seakan telah berhasil menjalankan tugas.
“Dapurmu……! Akulah nanti yang akan menentukan…..!” Umpat Rungkut.
Sementara itu, walau di malam hari, Jaka Tingkir tetap melajukan kudanya Mereka telah beberapa kali beristirahat. Namun jalan yang dilalui adalah jalan besar. Dan ia pun telah beberapa kali melewati jalan itu. Berkuda di malam hari bukanlah hal yang aneh di jalan itu.
Ketika melewati Pengging, Jaka Tingkir berhenti beberapa saat. Ia bersedih mengenang ayah kandungnya, Ki Ageng Kebo Kenanga alias Ki Ageng Pengging Anom telah gugur. Akhirnya Jaka Tingkir pun tahu bahwa gugurnya sang ayah adalah pada saat Sunan Kudus beserta para pengiringnya berkunjung ke Pengging. Walau Sunan Kudus selalu mengelak bahwa ia tidak membunuh Ki Ageng Pengging Anom. Tetapi dikatakan bahwa Ki Ageng Pengging Anom bunuh diri karena tidak bersedia diajak menghadap Kanjeng Sultan Trenggana saat itu.
Namun akhirnya Jaka Tingkir meneruskan perjalanan malam itu. Ia tak ingin menginap di perjalanan. Jaka Tingkir akan kembali ke ksatrian di Demak Bintara bukan di Demak Prawata.
Dalam pada itu, Rungkut dan Rangkong serta Gandos telah berada di sekitar alun-alun. Mereka berbaur dengan orang-orang yang berada di sekitar alun-alun itu. Di sekitar alun-alun memang masih ada beberapa warung yang buka.
Penjagaan keraton sepertinya memang tidak terlalu ketat. Para prajurit tidak akan pernah mengira bahwa ancaman terhadap keselamatan sang raja sedang mencintai. Demak Prawata merasa tidak memiliki musuh yang perlu dikhawatirkan.
Namun yang dikhawatirkan itu sungguh nyata.
“Kau berada di sekitar alun-alun ini, cermati apa yang terjadi. Aku akan bersuit dengan jari di mulutku jika perlu bantuanmu……!” Kata Rungkut kepada Gandos.
“Baik…..! Aku akan memanjat pohon beringin di pojok alun-alun itu…..!” Sahut Gandos.
“Ayo kita berangkat, kau di depan dan jangan terlalu dekat…..!” Kata Rungkut kepada Rangkong.
…………..
Bersambung……….
Petuah Simbah: “Selalu bersiagalah karena kita tidak akan pernah tahu kapan pencuri akan datang.”
(@SUN)
**Kunjungi web kami di Google.
Ketik; stsunaryo.com
Ada yang baru setiap hari.