Inspirasi Pagi …….!!
(@SUN-aryo)
(255)
Penerus Trah Prabu Brawijaya.
Jaka Tingkir.
Seri Arya Penangsang.
Jaka Tingkir segera minum minuman hangat yang disajikan oleh sang istri. Badan menjadi segar kembali setelah melakukan perjalanan panjang di malam hari.
“Berbersih diri dahulu, sudah disediakan air hangat. Ceritanya nanti saja…..!” Kata Nimas Cempaka.
Jaka Tingkir menuruti saran sang istri.
Ia pun kemudian berganti pakaian untuk di rumah.
Dalam pada itu, dua orang prajurit dari Demak Prawata setelah memacu kudanya ke Demak Bintara. Setelah kuda diterima oleh pekatik, ia berlari-lari kecil untuk segera bertemu dengan Senopati Jaka Tingkir yang sesungguhnya telah diangkat sebagai adipati Pajang. Ia diantar oleh seorang prajurit jaga.
“Gustiii Putri…..! Ada utusan dari Demak Prawata yang sepertinya sangat penting……!” Kata prajurit jaga di ksatrian.
“Ya benar, sangat penting dan segera, Gusti Putri……!” Imbuh prajurit utusan dari Demak Prawata.
“Ooh….., ada apa…..? Tunggu sebentar, aku kabarkan kepada Kangmas Jaka Tingkir……!” Berkata Nimas Cempaka.
Sejenak kemudian, Jaka Tingkir telah menemui mereka.
Mereka tak lupa saling berkabar keselamatan.
“Kami berdua selamat, te…te…tapi….., ada hal yang sangat penting…..!” Berkata prajurit utusan.
“Katakan segera……!” Jaka Tingkir pun tidak sabar.
“Maaf Gusti Senopati……! Terjadi rajapati di Demak Prawata. Dan… dan korbannya adalah…., adalah….. Kanjeng Sunan Prawoto dan… dan Gusti permaisuri…..!” Dengan terbata-bata prajurit utusan mengabarkan.
“Apa….?” Pertanyaan Jaka Tingkir yang tak yakin dengan pendengarannya.
“Ooooh….. Kangmas Sunaaan……!” Jerit Nimas Cempaka yang kemudian pingsan. Ia telah yakin bahwa kabar tentang rajapati itu benar.
Para inang pun berlarian mendekat setelah mendengar jeritan Nimas Cempaka.
Mereka segera menolong Nimas Cempaka dan dipapah ke bangsal.
Sesungguhnya, Jaka Tingkir pun tak mungkin untuk tidak percaya dengan kabar itu.
“Apa yang terjadi, prajurit…..?” Bertanya Jaka Tingkir setelah bisa menguasai perasaannya.
Prajurit itu kemudian bercerita secara singkat apa yang ia ketahui tentang kejadian malam tadi.
“Apakah pembunuh itu telah diketahui siapa dan dari mana…..?” Bertanya Jaka Tingkir.
“Ketika kami segera berangkat ke Demak Bintara ini, belum diketahui…..!” Jawab prajurit itu.
“Apakah Kangmbok Ratu Kalinyamat juga sudah ada yang mengabari……?” Bertanya Jaka Tingkir.
“Sudah ada, namun pasti belum sampai di Jepara…..!” Berkata prajurit itu.
“Baiklah…..! Siapkan kereta…..! Aku segera berangkat bersama Nimas, meskipun belum siuman. Kau segera kembali untuk melaporkan kepada keluarga di Demak Prawata…..!” Berkata Jaka Tingkir.
Kereta yang membawa Jaka Tingkir tidak bisa melaju dengan cepat. Di dalam kereta, Nimas Cempaka belum siuman. Dua orang inang ikut menyertainya.
Jaka Tingkir belum bisa menduga siapakah yang telah membunuh Sunan Prawoto dan permaisuri. Ia berharap agar jasad orang yang tidak dikenal tersebut nantinya bisa dikenali.
Sementara itu, di Jepara, Kanjeng Ratu Kalinyamat dan Pangeran Hadliri sangat terkejut setelah menerima kabar tetang gugurnya Sunan Prawoto dan sang permaisuri karena pembunuhan. Namun Kanjeng Ratu Kalinyamat tidak sampai pingsan seperti halnya Nimas Cempaka. Walau demikian, ia menahan rasa sedih yang tak terkira. Ayahanda mereka belum lama gugur di bang wetan, dan kini putra sulung telah gugur pula, bahkan bersama sang permaisuri.
Menurut perhitungan Kanjeng Ratu Kalinyamat, Sunan Prawoto baru genap satu tahun lebih sedikit dalam memerintah Demak setelah dikukuhkan.
“Kita harus segera berangkat……!” Berkata Pangeran Hadliri.
“Bagaimana dengan putra kita, Pangeran Pangiri…..?” Bertanya Kanjeng Ratu Kalinyamat.
“Kita ajak serta Kingkin dan Semangkin agar menjaga Tole Pangiri. Kita juga akan bersama para sentana kadipaten dan para prajurit kadipaten…..!” Berkata Pangeran Hadliri.
…………….
Bersambung…………
Petuah Simbah: “Balas dendam saling bunuh seakan tiada akhirnya.”
(@SUN-aryo)
**Kunjungi web kami di Google.
Ketik; stsunaryo.com
Ada yang baru setiap hari.