Categories: Cerbung

Penerus Trah Prabu Brawijaya-Jaka Tingkir-Part#266

Inspirasi Pagi …….!!
(@SUN-aryo)
(266)
Penerus Trah Prabu Brawijaya.
Jaka Tingkir.
Seri Arya Penangsang.

Tiba-tiba terdengar keluhan tertahan;
“Ouuch…..!” Pimpinan pencegat meloncat mundur.
Lengan kiri pimpinan prajurit Demak Jipang itu mengucurkan darah. Tebasan pedang Pangeran Hadliri menggores tipis tetapi memanjang. Namun Pangeran Hadliri tidak sempat memburu karena dua orang prajurit Demak Jipang segera melindungi pimpinannya.
Kini Pangeran Hadliri harus melawan empat orang pengeroyok. Sedangkan pimpinan prajurit Demak Jipang itu sibuk membebat luka di lengannya yang dibantu oleh seorang prajurit.

Di arena yang lain, senopati pengawal dari Jepara dengan gigih melawan tiga orang pengeroyok. Tidak mudah bagi para pengeroyok itu untuk melukai lawannya yang bersenjatakan pedang rangkap itu. Namun bagi senopati itu juga tidak mudah untuk segera melumpuhkan lawan-lawannya. Tetapi beberapa kali pedang senopati itu bisa menggetarkan pedang lawan jika berbenturan. Ketika senopati itu menghentak kekuatannya, pedang lawan benar-benar terlepas. Ia segera memburu lawannya itu. Sebuah goresan menyilang di punggung lawannya. Saat itu lawannya sedikit membelakangi senopati pasukan Jepara. Namun dua orang prajurit Demak Jipang segera melindungi kawannya. Kini senopati pasukan pengawal Kanjeng Ratu Kalinyamat itu juga harus melawan empat orang pengeroyok.

Yang kerepotan adalah para prajurit Jepara. Karena jumlah prajurit lawan lebih banyak, mereka masing-masing harus melawan dua orang pengeroyok. Walaupun para prajurit Jepara adalah para prajurit pilihan sebagai pengawal Kanjeng Ratu, namun jumlah yang lebih sedikit tentu sangat memberatkan. Setelah pertempuran berlangsung beberapa saat, jumlah prajurit ikut menentukan hasil dalam pertempuran itu. Seorang prajurit Jepara terkapar terkenal tusukan tombak lawan. Ia dikeroyok oleh dua orang prajurit Demak Jipang, yang seorang bersenjatakan tombak, yang seorang lagi bersenjatakan pedang. Tombak lawan tak mampu dihindari atau pun ditangkis karena ia sibuk melayani serbuan lawan yang bersenjatakan pedang. Tusukan tombak yang cukup dalam itu membuatnya tersungkur dan tak mampu bangkit lagi. Celakanya, lawan yang bersenjatakan pedang tetap membabatkan pedang ke lawan yang sudah tak berdaya itu.
“Mampuuus kau……!” Teriak prajurit Demak Jipang.
Tewasnya prajurit Jepara itu semakin memberatkan pasukan pengawal Kanjeng Ratu. Dua orang yang telah kehilangan lawan itu segera bergabung dengan kawan-kawannya yang sedang mengeroyok seorang lawan. Akibatnya bisa ditebak, seorang lawan itu segera pula terkapar berkalang tanah. Darah mengucur dari beberapa bagian tubuhnya. Hujaman beberapa pedang dan tombak membuatnya pakaiannya basah oleh darah merah.

Pangeran Hadliri mengamuk sekuat tenaga. Ia berhasil membabat seorang lawan sehingga tersungkur di tanah. Sekejap kemudian ia berhasil menusuk lawan lainnya. Namun sesaat kemudian, beberapa prajurit lawan segera berdatangan mengeroyok Pangeran Jepara tersebut. Prajurit lawan memang sudah banyak tidak mendapat musuh.
Pangeran Hadliri sungguh sangat marah ketika melihat kenyataan, hampir seluruh prajurit pengawalnya telah tersungkur di tanah. Bahkan senopati pengawalnya pun harus melawan lebih dari lima orang pengeroyok. Beberapa goresan luka juga sudah membasahi pakaiannya. Demikian pula Pangeran Hadliri pun tak luput dari goresan-goresan yang silang menyilang di tubuhnya.
Senopati pengawal itu tak memiliki pilihan lain. Ia segera memberi tanda kepada Pangeran Hadliri untuk lari menyelamatkan diri. Terlalu berat bagi mereka untuk bertahan. Mungkin hutan yang tak terlalu pepat itu bisa menjadi tempat yang aman. Mereka berdua memiliki ilmu meringankan tubuh yang lebih baik dari para pengeroyoknya.
Senopati dan Pangeran Hadliri segera mengerahkan ilmunya untuk menyerang lawan. Namun sekejap kemudian, keduanya langsung meloncat meninggalkan medan pertempuran.
“Heei…. jangan lari……!” Teriak para prajurit Demak Jipang.
……………….
Bersambung…………

Petuah Simbah: “Lari menyelamatkan diri lebih terpuji dari pada bunuh diri.”
(@SUN)

**Kunjungi web kami di Google.
Ketik; stsunaryo.com
Ada yang baru setiap hari.

St. Sunaryo

Pensiunan pegawai PT Telkom Indonesia. Sekarang bertempat tinggal di Kapanewon Kalasan, Kabupaten Sleman, Daerah Istimewa Yogyakarta. Kunjungi website https://stsunaryo.com , ada yang baru setiap hari.

Recent Posts

Penerus Trah Prabu Brawijaya-Part#873

Trah Prabu Brawijaya.(@SUN-aryo)(873)Mataram. Benar juga, dengan gerak cepat saat itu juga Senopati Widarba segera bertindak.…

12 jam ago

Penerus Trah Prabu Brawijaya-Part#872

Trah Prabu Brawijaya.(@SUN-aryo)(872)Mataram. Raden Mas Jolang telah memiliki bekal ilmu yang lebih dari cukup. Ia…

2 hari ago

Penerus Trah Prabu Brawijaya-Part#871

Trah Prabu Brawijaya.(@SUN-aryo)(871)Mataram. Sedangkan Adipati Pragola menganggap bahwa kedudukan Kadipaten Pati itu sejajar dengan Mataram.…

3 hari ago

Penerus Trah Prabu Brawijaya-Part#870

Trah Prabu Brawijaya.(@SUN-aryo)(870)Mataram. Di kademangan, pasukan Mataram disambut dengan suka cita. Walau semuanya serba mendadak,…

4 hari ago

Dilema Library Genesis dalam Dunia yang Haus Ilmu

Di era digital yang cepat ini, akses terhadap berbagai sumber informasi dan literatur menjadi semakin…

4 hari ago

Penerus Trah Prabu Brawijaya-Part#869

Trah Prabu Brawijaya.(@SUN-aryo)(869)Mataram. Bagaimana pun juga, Kanjeng Adipati Rangga Jumena harus menerima kenyataan. Madiun kini…

5 hari ago