Inspirasi Pagi …….!!
(@SUN-aryo)
(267)
Penerus Trah Prabu Brawijaya.
Jaka Tingkir.
Seri Arya Penangsang.
Namun Pangeran Hadliri dan seorang senopati pengawalnya terus berlari kencang dengan sisa tenaganya.
Para prajurit pencegat tak mampu mengejar mereka. Kebetulan pula pimpinan prajurit pencegat sudah terluka sehingga tidak mampu ikut mengejar.
Hutan yang jarang dirambah oleh warga membuat para pengejar kesulitan untuk mengejar Pangeran Hadliri dan seorang senopatinya.
Pangeran Hadliri dan senopatinya telah masuk jauh ke hutan yang kemungkinan aman dari kejaran musuh.
Sementara itu, prajurit pengawal Kanjeng Ratu Kalinyamat telah menghimpun para prajurit untuk menyusul Pangeran Hadliri yang sedang berjuang di tepi hutan. Lebih dari satu bregada prajurit berkuda yang bergegas melaju ke tepi hutan. Mereka mengkhawatirkan keselamatan Pangeran Hadliri dan para pengiringnya karena jumlah pencegat jauh lebih banyak.
Jarak yang tidak dekat membuat mereka tidak segera sampai di tempat yang dituju.
Sementara itu, para pencegat mengurungkan niat untuk mengejar Pangeran Hadliri. Mereka kembali ke tempat pertempuran. Hampir semua prajurit Jepara tewas di tempat, namun mungkin juga masih ada yang pingsan tak sadarkan diri. Sedangkan dari prajurit utusan Sultan Harya Penangsang ada tiga orang yang tewas dan beberapa yang terluka. Yang terluka termasuk pimpinan prajurit.
Ketika para prajurit Demak Jipang sedang merawat rekannya yang terluka dan yang tewas, terdengar derap banyak kaki kuda yang cepat.
Pimpinan prajurit yang terluka itu memilih untuk menyingkir. Perhitungan pimpinan prajurit itu, yang datang sepertinya banyak, sedangkan prajuritnya telah berkurang dan lelah setelah pertempuran.
“Kita menyingkir……! Cepat ke arah kuda-kuda kita di tambatkan…..!” Perintah pimpinan prajurit itu.
Mereka pun bergegas untuk segera menyingkir dari tempat itu. Yang tewas disembunyikan di balik perdu, sedangkan yang terluka dipapah sebisa mungkin. Pimpinan prajurit pun juga harus dipapah karena pahanya yang luka menganga kena sabetan pedang Pangeran Hadliri.
Mereka sempat menyelinap di dalam hutan yang berseberangan dengan larinya Pangeran Hadliri ketika para penunggang kuda telah berdatangan.
Para prajurit Jepara segera berloncatan turun dari kuda ketika telah sampai di tempat pertempuran.
“Uooohc……! Kawan-kawan kita semua bergelimpangan……!” Seru prajurit yang sebelumnya mengawal Kanjeng Ratu Kalinyamat.
“Apakah semua gugur……?” Bertanya senopati yang ikut menyertainya.
“Ini ada yang jantungnya masih berdetak……!” Berkata seorang prajurit yang ikut memeriksa.
“Ditolong semampu mungkin……!” Perintah senopati itu.
“Di mana Pangeran Hadliri…..? Di mana senopati pengawal……?” Teriak prajurit pengawal Kanjeng Ratu Kalinyamat.
Mereka pun sibuk mencari Pangeran Hadliri dan senopati pengawal.
“Semoga beliau berdua selamat…..!” Berkata senopati yang menyertainya.
“Ayo kita cari di sekitar ini……!” Pinta prajurit pengawal Kanjeng Ratu Kalinyamat.
Mereka pun sibuk mencari di sekitar pertempuran itu.
“Heeii…. di sini ada tiga jasad. Tetapi sepertinya bukan prajurit Jepara……!” Berteriak prajurit Jepara yang menemukan jasad.
“Ada ceceran darah menuju ke hutan..!” Teriak yang lain.
“Awas…..! Kita harus berhati-hati……!” Seru senopati Jepara.
“Heeiii…., ke arah ini juga ada bekas untuk lewat beberapa orang…..! Ada ceceran darah pula…..!” Teriak prajurit dari seberang jalan yang lain.
Ada delapan orang prajurit Jepara yang gugur, sedangkan yang terluka parah ada dua orang yang belum siuman. Sementara Pangeran Hadliri dan senopati pengiring tidak diketemukan jejaknya.
“Kita sudah dapat memastikan bahwa para pencegat ini adalah prajurit dari Demak Jipang. Sekilas dalam teriakan mereka, menunjukkan bahwa mereka adalah prajurit Demak Jipang…..!” Berkata prajurit yang mengawal Kanjeng Ratu Kalinyamat.
“Mereka pasti sudah memata-matai sejak di kediaman Kanjeng Sunan Kudus…..!” Berkata senopati Jepara.
“Mungkin justru sejak berangkat dari Jepara ke Pajang…..!” Berkata prajurit pengawal Kanjeng Ratu Kalinyamat.
…………
Bersambung…………
Petuah Simbah: “Yang diutamakan adalah menyelamatkan nyawa yang terluka.”
(@SUN).
**Kunjungi web kami di Google.
Ketik; stsunaryo.com
Ada yang baru setiap hari.
Trah Prabu Brawijaya.(@SUN-aryo)(872)Mataram. Raden Mas Jolang telah memiliki bekal ilmu yang lebih dari cukup. Ia…
Trah Prabu Brawijaya.(@SUN-aryo)(871)Mataram. Sedangkan Adipati Pragola menganggap bahwa kedudukan Kadipaten Pati itu sejajar dengan Mataram.…
Trah Prabu Brawijaya.(@SUN-aryo)(870)Mataram. Di kademangan, pasukan Mataram disambut dengan suka cita. Walau semuanya serba mendadak,…
Di era digital yang cepat ini, akses terhadap berbagai sumber informasi dan literatur menjadi semakin…
Trah Prabu Brawijaya.(@SUN-aryo)(869)Mataram. Bagaimana pun juga, Kanjeng Adipati Rangga Jumena harus menerima kenyataan. Madiun kini…
Trah Prabu Brawijaya.(@SUN-aryo)(868)Mataram. Senopati Retna Dumilah yang sebelumnya dengan pongah ingin menundukkan Panembahan Senopati dengan…