Categories: Cerbung

Penerus Trah Prabu Brawijaya-Jaka Tingkir-Part#270

Inspirasi Pagi …….!!
(@SUN-aryo)
(270)
Penerus Trah Prabu Brawijaya.
Jaka Tingkir.
Seri Arya Penangsang.

Sampai di tempat itu, mereka yang mencari ke arah barat belum kembali. Yang ke arah barat diharapkan adalah arah pelarian Pangeran Hadliri. Karena Pangeran Hadliri tidak menjadi tawanan para prajurit Demak Jipang.
Senopati itu mendapati para prajurit yang merawat jasad telah selesai. Dua orang yang terluka parah telah siuman.
Ia memperkirakan sudah tidak ada bahaya lagi karena hampir semua lawan yakni para prajurit Demak Jipang telah dilumpuhkan, bahkan banyak yang tewas.
Ia segera memerintahkan dua orang prajuritnya untuk segera kembali ke Jepara agar segera kembali lagi dengan paling tidak lima atau enam kereta.
“Cepat…..! Piiihlah kuda yang paling tegar…..!” Perintah senopati itu.

Sementara itu, para prajurit yang melacak ke arah barat terus mengikuti tetesan darah dan rumput-rumput yang tersibak. Mereka telah jauh masuk hutan.
Dalam pada itu, senopati yang bersama Pangeran Hadliri sangat mencemaskan keselamatan junjungannya itu. Pangeran Hadliri memang semakin pucat pasi karena darah yang banyak terkuras. Dan sepertinya Pangeran Hadliri menahan sakit yang teramat sangat. Beberapa kali Pangeran Hadliri hanya mampu mendesis dan mengerang dengan memejamkan mata.

Senopati yang bersama Pangeran Hadliri itu segera bersiaga dengan pedang di tangan. Ia mendengar orang berbincang dan gemerisiknya orang menyibak rerumputan dan dedaunan kering. Ia segera bersembunyi di balik pohon sambil melihat mereka yang datang sebelum yang datang itu mengetahui dirinya dan Pangeran Hadliri. Ia yakin yang datang adalah para prajurit Demak Jipang. Ia tak ingin melarikan diri, justru karena keadaan Pangeran Hadliri. Ia pun siap bela pati, tetapi ia juga harus bisa membunuh lawan pula.
Namun senopati itu terkejut ketika ia perhatikan yang datang adalah para prajurit yang ia kenal. Para prajurit Jepara yang masih segar.
“Hee prajurit……! Aku di sini……!” Teriak senopati itu.
“Oooh….. senopati…..!” Balas para prajurit yang baru datang.
Mereka pun berlarian ke tempat senopati itu berada.
Namun betapa terkejutnya mereka ketika menyaksikan Pangeran Hadliri lemah tak berdaya dengan wajah yang pucat pasi. Lebih membuat mereka merinding adalah ketika melihat pakaian Pangeran Hadliri basah oleh darah merah.
“Oooh Pangeran……!” Seru beberapa prajurit.
Pangeran Hadliri hanya bisa membuka mata sekejap dan kemudian mendesis sepertinya kesakitan.
Dari sekian bregada prajurit memang ada yang selalu membawa obat dan perlengkapannya yang diperlukan di dalam sebuah pertempuran. Ia segera meminumkan obat penahan rasa sakit dan pamampat darah kepada Pangeran Hadliri.
“Segera buatkan tandu dengan bambu atau kayu yang ada di sekitar kita……!” Perintah senopati itu.
Mereka segera melaksanakan perintah senopatinya. Pangeran Hadliri memang harus ditandu untuk kembali ke tepi hutan tempat pertempuran sebelumnya.
Mereka tidak mengalami kesulitan untuk membuat tandu. Bahkan tandu itu kemudian didasari dengan dedaunan dan kemudian baru digelar kain. Tandu itu bisa nyaman untuk berbaring Pangeran Hadliri. Tandu bisa dipanggul empat orang bergantian.
“Beristirahatlah Pangeran…..! Kita akan kembali……!” Berbisik senopati pengiringnya.
Dua orang prajurit diminta mendahului mereka untuk mengabarkan kepada para prajurit yang menunggu.

Yang di tempat bekas pertempuran di tepi hutan masih menunggu dengan gelisah. Terutama tentang keberadaan Pangeran Hadliri.
Beberapa saat kemudian, dua prajurit berlari-lari dari arah hutan sebelah barat. Mereka adalah dua orang prajurit yang mendahului rombongan yang bersama Pangeran Hadliri.
“Bagaimana dengan Pangeran Hadliri, apakah sudah diketemukan…..?” Bertanya senopati Jepara tidak sabar.
“Sudah gusti senopati, namun keadaan Pangeran Hadliri terluka parah. Sekarang sedang ditandu untuk kembali ke tempat ini…..!” Jawab prajurit itu.
“Baiklah, kita tunggu…..!” Berkata senopati itu.
……………
Bersambung…………
Petuah Simbah: “Dalam situasi genting, koordinasi adalah sangat penting.”
(@SUN-aryo)

**Kunjungi web kami di Google.
Ketik; stsunaryo.com
Ada yang baru setiap hari.

St. Sunaryo

Pensiunan pegawai PT Telkom Indonesia. Sekarang bertempat tinggal di Kapanewon Kalasan, Kabupaten Sleman, Daerah Istimewa Yogyakarta. Kunjungi website https://stsunaryo.com , ada yang baru setiap hari.

Recent Posts

Penerus Trah Prabu Brawijaya-Part#873

Trah Prabu Brawijaya.(@SUN-aryo)(873)Mataram. Benar juga, dengan gerak cepat saat itu juga Senopati Widarba segera bertindak.…

9 jam ago

Penerus Trah Prabu Brawijaya-Part#872

Trah Prabu Brawijaya.(@SUN-aryo)(872)Mataram. Raden Mas Jolang telah memiliki bekal ilmu yang lebih dari cukup. Ia…

1 hari ago

Penerus Trah Prabu Brawijaya-Part#871

Trah Prabu Brawijaya.(@SUN-aryo)(871)Mataram. Sedangkan Adipati Pragola menganggap bahwa kedudukan Kadipaten Pati itu sejajar dengan Mataram.…

3 hari ago

Penerus Trah Prabu Brawijaya-Part#870

Trah Prabu Brawijaya.(@SUN-aryo)(870)Mataram. Di kademangan, pasukan Mataram disambut dengan suka cita. Walau semuanya serba mendadak,…

4 hari ago

Dilema Library Genesis dalam Dunia yang Haus Ilmu

Di era digital yang cepat ini, akses terhadap berbagai sumber informasi dan literatur menjadi semakin…

4 hari ago

Penerus Trah Prabu Brawijaya-Part#869

Trah Prabu Brawijaya.(@SUN-aryo)(869)Mataram. Bagaimana pun juga, Kanjeng Adipati Rangga Jumena harus menerima kenyataan. Madiun kini…

5 hari ago