Categories: Cerbung

Penerus Trah Prabu Brawijaya-Jaka Tingkir-Part#284

Inspirasi Pagi …….!!
(@SUN-aryo)
(284)
Penerus Trah Prabu Brawijaya.
Jaka Tingkir.
Seri Arya Penangsang.

Mereka dengan penuh keyakinan, bahkan akan dengan mudah memenggal kepala Jaka Tingkir yang telah menyatakan diri sebagai Sultan Pajang. Mereka, para soreng itu merasa telah tuntas menuntut ilmu kanuragan maupun ilmu jayakasantikan. Mereka berempat tak akan kesulitan meringkus Jaka Tingkir. Bahkan seperti sesumbar Soreng Rana, jika berhadapan satu lawan satu pun ia akan mampu mengalahkan Jaka Tingkir Sultan Hadiwijaya tersebut. Semua soreng itu bersenjatakan keris pusaka pemberian guru mereka. Keris pusaka yang ia yakini akan mampu membunuh siapapun yang dikehendaki oleh pemiliknya. Belum lagi Soreng Satru yang menguasai ilmu sirep yang sangat tajam. Seseorang yang berilmu tinggi pun akan terlelap tidur jika terkena pengaruh ilmu sirep yang dilontarkan oleh Soreng Satru. Tak terkecuali Jaka Tingkir Sultan Pajang.

Malam itu, para soreng dan seorang prajurit sandi telah tiba di tempat tinggal saudara dari prajurit sandi di luar kotaraja Pajang. Tempat itu memang dipakai untuk singgah para prajurit sandi Demak Jipang sebelumnya. Yang punya rumah itu juga berasal dari Jipang Panolan, walau ia bukan seorang prajurit, namun ia hampir semua kenal dengan prajurit sandi yang bertugas di Pajang dan sekitarnya. Ia adalah seorang belantik kuda sehingga wawasannya cukup luas, karena ia hampir telah menjelajahi pasar-pasar di Pajang dan sekitarnya.
Prajurit sandi itu kemudian memperkenalkan para soreng kepada pemilik rumah.
“Ki Soreng Pati dan Ki Soreng Rana adalah dua orang senopati Demak Jipang, sedangkan Ki Soreng Satru dan Ki Soreng Singaparna adalah saudara seperguruannya…..!” Berkata prajurit sandi.
“Selamat datang di rompok kami yang sederhana ini, gusti Senopati dan Kisanak sekalian……!” Berkata si empunya rumah berbasa-basi.
“Ha ha ha ha……, seorang juragan kuda pasti rumahnya bagus seperti ini……!” Ki Soreng Rana yang menjawab. Soreng Rana yang beralis dan berkumis tebal.
Prajurit sandi itu kemudian menceritakan rencananya. Ia percaya sepenuhnya kepada belantik kuda saudaranya itu.
Si belantik kuda itu tentu senang jika Pajang menjadi negeri taklukkan Demak Jipang.
“Apakah kau tahu perkembangan keadaan di keraton Pajang, Kakang….?” Bertanya prajurit sandi.
“Kebetulan, sebentar lagi seorang prajurit sandi akan singgah di rumah ini. Kemarin aku bertemu di pasar hewan….!” Jawab si belantik kuda.
Yang diharapkan datang akhirnya tiba juga. Prajurit sandi yang telah berjanji akan datang.
Setelah saling berkabar keselamatan dan saling memperkenalkan diri, prajurit sandi dari Demak Jipang yang telah mengenal sejawatnya itu menceritakan tentang rencana yang diperintahkan langsung oleh Sultan Harya Penangsang, yakni membunuh Jaka Tingkir Sultan Hadiwijaya.
“Apa yang kau ketahui tentang Pajang, terutama keadaan di dalam keraton saat ini……?” Bertanya prajurit sandi yang datang bersama para soreng kepada sejawatnya.
“Yang aku ketahui, sekarang di Pajang ada tiga orang kuat yang mendampingi Sultan Pajang itu…..!” Berkata prajurit sandi yang datang belakangan.
“Maksudmu……?” Bertanya prajurit sandi yang datang bersama para soreng.
“Mereka adalah saudara seperguruan dari Jaka Tingkir Hadiwijaya, yaitu Ki Juru Martani, Ki Pemanahan dan Ki Penjawi. Yang aku dengar, mereka berilmu tinggi seperti halnya Jaka Tingkir Hadiwijaya sendiri. Bahkan ada pula senopati dari Demak Bintara yang bergabung dengan Pajang. Mereka adalah Mas Manca dan Mas Wila…..!” Berkata prajurit sandi sejawatnya.

Mereka yang berada di rumah belantik kuda itu segera berembuk. Bagaimana caranya untuk bisa membunuh Jaka Tingkir Hadiwijaya tanpa melibatkan orang-orang yang disebutkan oleh prajurit sandi tersebut. Prajurit itu menambahkan bahwa ketiga orang itu tidak tinggal di dalam lingkungan keraton, tetapi tinggalnya tidak jauh dari Pasar Gede.
Mereka kemudian bersepakat untuk merunduk di malam hari.
“Pastikan bahwa pada saat kita bergerak, ketiga orang itu tidak berada di keraton…….!” Berkata prajurit sandi yang datang bersama para soreng kepada sejawatnya.
……………
Bersambung………..

Petuah Simbah: “Selalu ada saja orang yang bermufakat jahat untuk mencelakakan orang lain.”
(@SUN)

St. Sunaryo

Pensiunan pegawai PT Telkom Indonesia. Sekarang bertempat tinggal di Kapanewon Kalasan, Kabupaten Sleman, Daerah Istimewa Yogyakarta. Kunjungi website https://stsunaryo.com , ada yang baru setiap hari.

Recent Posts

Penerus Trah Prabu Brawijaya-Part#806

Trah Prabu Brawijaya.(@SUN-aryo)(806)Mataram. Guru orang bercambuk itu tahu bahwa Pangeran Pangiri sama sekali tidak ada…

17 jam ago

Penerus Trah Prabu Brawijaya-Part#805

Trah Prabu Brawijaya.(@SUN-aryo)(805)Mataram. Para prajurit sandi itu juga bisa menjadi bagian pasukan tempur jika diperlukan.…

2 hari ago

Chipset A Bionic: Kenapa iPhone Selalu Lebih Cepat?

Di era teknologi yang terus berkembang pesat, kecepatan serta performa perangkat menjadi faktor penting dalam…

3 hari ago

Penerus Trah Prabu Brawijaya-Part#804

Trah Prabu Brawijaya.(@SUN-aryo)(804)Mataram. Senopati Wirosekti mengangguk-angguk kemudian katanya; "Baik Pangeran, saya tidak berkeberatan. Biarlah nanti…

3 hari ago

Penerus Trah Prabu Brawijaya-Part#803

Trah Prabu Brawijaya.(@SUN-aryo)(803)Mataram. Di barak prajurit di Jatinom, Pangeran Benawa tidak lama. Yang paling utama…

4 hari ago

Penerus Trah Prabu Brawijaya-Part#802

Trah Prabu Brawijaya.(@SUN-aryo)(802)Mataram. Pangeran Benawa dan Senopati barak prajurit itu kemudian berbincang berdua saja. Pangeran…

5 hari ago