Categories: Cerbung

Penerus Trah Prabu Brawijaya-Jaka Tingkir-Part#287

Inspirasi Pagi …….!!
(@SUN-aryo)
(287)
Penerus Trah Prabu Brawijaya.
Jaka Tingkir.
Seri Arya Penangsang.

Menjelang petang, salah seorang prajurit sandi Demak Jipang telah berada di sekitar Pasar Gede. Ia akan mengamati Ki Juru Martani, Ki Penjawi dan Ki Pemanahan agar ia yakin bahwa ketiga orang tersebut tetap di tempat tinggalnya malam nanti. Pasar Gede itu kalau sore dan malam tetap ramai. Jadi ia tidak akan ada yang mencurigai kalau berada di sekitar pasar.
Warung-warung makanan memang banyak yang berjualan sampai tengah malam. Prajurit sandi itu dengan sengaja jajan makanan ringan dengan minuman kopi tubruk yang panas. Harapannya ia bisa berlama-lama di warung itu. Warung yang tak jauh dari pintu gerbang Ndalem Ngabehi Loring Pasar, tempat tinggal Raden Mas Danang Sutawijaya.
“Wuoooo….., membawa apa lagi Denmas Danang itu……?” Seru seseorang di depan warung.
“Mas Danang….., apa buruannya kali ini…..?” Bertanya seseorang yang telah akrab dengan Raden Ngabehi Loring Pasar tersebut.
Raden Mas Danang Sutawijaya berhenti di depan pintu gerbang, kemudian katanya; “Lihatlah…..! Apa ini…..!”
Beberapa orang berlarian mendekat ke tempat Raden Mas Danang Sutawijaya berhenti.
“Heee….., singa jantan….., singa jantan……!” Seru beberapa orang.
Banyak orang yang kemudian datang menghampiri pintu gerbang. Mereka takjub, bagaimana seekor singa jantan yang besar itu bisa ditangkap oleh Raden Mas Danang Sutawijaya yang belum dewasa sepenuhnya itu.
Prajurit sandi Demak Jipang itupun juga ikut mendekat untuk melihat hasil buruan putra angkat Sultan Pajang itu.
Dalam hati ia pun kagum kepada anak muda itu. Namun ia masih meragukan bahwa anak muda itu sudah memiliki ilmu yang tinggi. Mungkin sekali singa jantan itu dijebak, bukan sebuah pertarungan antara anak muda itu melawan singa.
Mereka yang menyaksikan singa jantan yang masih di punggung kuda itu bergeremang mengagumi Raden Mas Ngabehi Loring Pasar. Dari jarak dekat, anak muda itu memang terlihat kokoh kuat dan tampan. Kokoh kuat menandakan bahwa ia pasti tekun berlatih olah kanuragan.
Prajurit sandi dari Demak Jipang itu sempat begitu dekat dengan putra angkat Sultan Pajang itu. Bahkan ia sempat berbincang beberapa saat. Prajurit sandi itu sempat berpikir, jika ia mau, sekali tusuk dengan pisau belati yang terselip di pinggangnya, anak muda itu pasti akan tewas. Namun hal itu tidak ia lakukan. Jika ia paksakan, rencana besar yang telah disusun bisa ambyar berantakan.
“Aku hanya butuh kulitnya, untuk dagingnya nanti biar dibagikan kepada kalian…..!” Berkata Raden Mas Danang Sutawijaya.
“Haa…..! Kita akan menikmati sate singa….!” Celetuk seseorang.
“Aku senang kalau ditongseng, tongseng singa…..! Ini adalah kesempatan langka…..! Walau hanya satu iris, aku ingin mencicipi…!” Seloroh yang lain.
“Ya sudah….., biar diurus oleh juru masak ksatrian…..!”
Raden Mas Danang Sutawijaya segera membawa masuk singa jantan itu. Orang-orang masih berbincang di depan pasar. Mereka semakin mengagumi putra angkat Sultan Pajang tersebut.
Beberapa saat kemudian, prajurit sandi Demak Jipang tertegun. Ia melihat tiga orang yang ia awasi berjalan menuju keraton. Ia segera menyelinap mendahului tiga orang tersebut untuk menemui sejawatnya yang berada di sekitar alun-alun.
“Hee…., jangan tidur…..! Mereka akan menuju keraton sepertinya. Awasi……!” Pesan prajurit sandi itu setelah bertemu kawannya.
Mereka sejenak berbincang, terutama tentang rencana para soreng untuk melaksanakan tugas pada tengah malam nanti.
“Pastikan bahwa tiga orang itu nanti sudah meninggalkan keraton….!” Berkata prajurit sandi yang tadi bertugas di depan Pasar Gede.
Beberapa saat kemudian, mereka melihat tiga orang yang mereka awasi telah masuk ke keraton. Mereka pasti akan menemui Sultan Hadiwijaya.
“Apakah para soreng takut menghadapi mereka bertiga……?” Bertanya prajurit sandi yang bertugas di sekitar alun-alun.
“Mereka pasti mampu mengatasi tiga orang itu, namun Ki Soreng Satru pasti terganggu dalam melontarkan ajian sirepnya. Jika terjadi demikian, yang dihadapi adalah seluruh prajurit Pajang…..!” Dalih prajurit sandi sahabatnya.
…………….
Bersambung…………

Petuah Simbah: “Di zaman sekarang, petugas ‘intel’ itu tidak kelihatan, namun ikut menentukan.”
(@SUN)

St. Sunaryo

Pensiunan pegawai PT Telkom Indonesia. Sekarang bertempat tinggal di Kapanewon Kalasan, Kabupaten Sleman, Daerah Istimewa Yogyakarta. Kunjungi website https://stsunaryo.com , ada yang baru setiap hari.

Recent Posts

Penerus Trah Prabu Brawijaya-Part#872

Trah Prabu Brawijaya.(@SUN-aryo)(872)Mataram. Raden Mas Jolang telah memiliki bekal ilmu yang lebih dari cukup. Ia…

8 jam ago

Penerus Trah Prabu Brawijaya-Part#871

Trah Prabu Brawijaya.(@SUN-aryo)(871)Mataram. Sedangkan Adipati Pragola menganggap bahwa kedudukan Kadipaten Pati itu sejajar dengan Mataram.…

2 hari ago

Penerus Trah Prabu Brawijaya-Part#870

Trah Prabu Brawijaya.(@SUN-aryo)(870)Mataram. Di kademangan, pasukan Mataram disambut dengan suka cita. Walau semuanya serba mendadak,…

2 hari ago

Dilema Library Genesis dalam Dunia yang Haus Ilmu

Di era digital yang cepat ini, akses terhadap berbagai sumber informasi dan literatur menjadi semakin…

3 hari ago

Penerus Trah Prabu Brawijaya-Part#869

Trah Prabu Brawijaya.(@SUN-aryo)(869)Mataram. Bagaimana pun juga, Kanjeng Adipati Rangga Jumena harus menerima kenyataan. Madiun kini…

4 hari ago

Penerus Trah Prabu Brawijaya-Part#868

Trah Prabu Brawijaya.(@SUN-aryo)(868)Mataram. Senopati Retna Dumilah yang sebelumnya dengan pongah ingin menundukkan Panembahan Senopati dengan…

4 hari ago