Penerus Trah Prabu Brawijaya-Jaka Tingkir-Part#302

penerus trah prabu brawijaya

Inspirasi Pagi …….!!
(@SUN-aryo)
(302)
Penerus Trah Prabu Brawijaya.
Jaka Tingkir.
Seri Arya Penangsang.

Namun akhirnya Ki Soreng Rana mengatakan pula tentang hadiah yang diterima dari Sultan Pajang.
“Adipati Panjang Hadiwijaya telah melepaskan kami. Dan kami diberi hadiah berupa keris yang berteretes emas dengan ukiran yang indah ini….!” Berkata Ki Soreng Rana sambil memperlihatkan keris hadiah dari Sultan Pajang.
“Lihat…..! Emas palsu atau asli, bilahnya pisau dapur atau memiliki warangan…..!” Permintaan Sultan Harya Penangsang.
Ki Soreng Rana pun menyerahkan keris itu kepada Sultan Harya Penangsang.
“Yang kau bawa juga, Satru…..!” Pinta Sultan Harya Penangsang dengan keras.
Ki Soreng Satru gelagapan, dan kemudian menyerahkan kerisnya pula.
Sultan Harya Penangsang sejenak mengamat-amati warangka atau sarung keris di tangannya. Dalam batin ia mengakui bahwa kedua keris itu sangat indah dan berlapiskan emas murni. Namun bagi Sultan Harya Penangsang ini adalah bentuk penghinaan dari Jaka Tingkir yang sangat merendahkan. Ia lebih senang jika semua utusannya itu tewas di Pajang daripada dipulangkan dengan penghinaan yang tak terkirakan.
Kemarahan Sultan Harya Penangsang sudah tak tertahankan.
“Maju kalian….! Terimalah keris berbilah pisau dapur ini…..!” Berkata Sultan Harya Penangsang.
Ki Soreng Rana dan Ki Soreng Satru maju sambil bersimpuh, mereka tak berani memandang Sultan Harya Penangsang yang sedang marah.
Namun tiba-tiba terdengar hujaman keris ke lambung kedua orang soreng itu. Hujaman yang dilakukan oleh orang yang berilmu tinggi.
“Jleeb… jleeb….!”
“Ouuch….. ouuch….!” Keluhan tertahan Ki Soreng Rana dan Ki Soreng Satru yang tak mampu mengelak.
Keduanya sejenak mengerang menahan sakit yang tak terkirakan.
Namun sesaat kemudian keduanya roboh terlentang dengan bersimbah darah, tewas.
Sultan Harya Penangsang kemudian keluar dan melewati gardu jaga prajurit.
“Urus dua mayat di samping pendapa. Tak perlu ada orang yang tahu….!” Perintah Sultan Harya Penangsang.
Tiga orang prajurit jaga itu saling berpandangan, namun mereka tidak mungkin menolak perintah Sultan.
Para prajurit itu segera mengamankan keadaan agar tidak banyak yang tahu adanya mayat di samping pendapa keraton. Namun para prajurit itu sudah menduga bahwa kedua mayat itu adalah Ki Soreng Rana dan Ki Soreng Satru. Dua orang soreng kepercayaan dari Sultan Harya Penangsang sendiri. Tadi ia mengetahui bahwa keduanya segar bugar ketika menunggu di samping pendapa keraton. Namun mereka berdebar-debar ketika menyaksikan darah segar membasahi pakaian kedua jasad itu. Lantai marmer yang indah pun bergenang darah dengan aroma yang anyir.
Walau keduanya adalah seorang prajurit, namun bergidik pula melihat dua orang yang mereka anggap sakti dan merupakan kepercayaan Sultan, namun kini rebah berkalang tanah bersimbah darah. Mereka yakin, kedua orang itu pasti dibunuh oleh Sultan Harya Penangsang sendiri. Namun para prajurit itu tidak berkata apa-apa.

Sementara itu, Sultan Harya Penangsang kemudian memanggil para punggawa utama keraton Demak Jipang. Demikian pula Sunan Kudus yang kebetulan sedang berada di Demak Jipang pula.
Mereka yang hadir adalah Sunan Kudus, Pangeran Harya Mataram dan Ki Patih Mantaun.
Sultan Harya Penangsang kemudian menceritakan kejadian yang baru saja terjadi di samping pendapa keraton.
“Heeem….., perang terbuka sesungguhnya telah dimulai. Pajang pasti tidak akan tinggal diam…..!” Berkata Sunan Kudus.
“Seandainya harus menyerang Pajang yang kecil itu sekarang juga, pasukan Jipang siap berangkat…..!” Sesumbar Sultan Harya Penangsang.
“Jangan salah menilai Ngger…..! Bukti baru saja terjadi. Dua orang soreng kepercayaan Jipang tak mampu membunuh orang yang sedang terlentang tidur…..!” Sunan Kudus mengingatkan.
“Aku yang salah menilai para soreng, aku kira benar-benar berilmu tinggi, namun ternyata tak ada apa-apanya. Tingkir tidak mungkin mampu bertahan terhadap Keris Setan Kober di tanganku ini, Bapa…..!” Sesumbar Sultan Harya Penangsang.
………….
Bersbumbung………..
(@SUN)

St. Sunaryo

Pensiunan pegawai PT Telkom Indonesia. Sekarang bertempat tinggal di Kapanewon Kalasan, Kabupaten Sleman, Daerah Istimewa Yogyakarta. Kunjungi website https://stsunaryo.com , ada yang baru setiap hari.

Learn More →

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *