Categories: Cerbung

Penerus Trah Prabu Brawijaya-Ki Ageng Pengging Anom-Part#148

Inspirasi Pagi …….!!
(@SUN-aryo)

Penerus Trah Prabu Brawijaya.
Ki Ageng Pengging Anom.

Canggah senopati Adipati Lasem berputaran seperti baling-baling, namun sekejap kemudian mematuk bagai ular cobra. Senopati Glagah Curing terpaksa meloncat mundur jika tak ingin ujung canggah menusuk dirinya. Ia tak mau menangkis dengan pisau belatinya, karena jika terkait oleh canggah lawan bisa terlepas.
Kedua senopati sama-sama lincah dan trengginas berloncatan dengan ringannya. Senopati Adipati Lasem berusaha untuk mengait pisau belati lawannya. Namun senopati Glagah Curing tak ingin meladeni beradu senjata dengan lawannya. Keduanya telah mengetrapkan ilmu kebal masing-masing. Namun mereka tak mau gegabah dengan membiarkan senjata lawan mengenainya. Mereka masing-masing tahu bahwa lawannya juga melambari dengan ilmu tenaga dalamnya. Jika senjata lawan mengenainya, bisa jadi akan melukainya. Namun sesekali senjata berdentang ketika senopati Glagah Curing menghantam tangkai canggah lawannya. Namun senopati Adipati Lasem tak tergetar oleh hantaman pisau belati lawannya.
Dalam pada itu, para prajurit pasukan sayap di bawah pimpinan kedua senopati itu telah bertempur dengan sengitnya. Masing-masing mengerahkan segala kemampuan untuk mempertahankan nyawa mereka.
Di sayap itu, pasukan senopati Glagah Curing sedikit lebih banyak prajuritnya daripada pasukan senopati Adipati Lasem. Ada beberapa lingkaran pertempuran dua orang prajurit Demak Bintara harus melayani tiga orang prajurit Majapahit. Bahkan tak sedikit seorang prajurit Demak Bintara yang harus melayani dua orang prajurit lawan. Namun prajurit Demak Bintara adalah para prajurit pilihan dari berbagai kadipaten. Mereka masing-masing terbiasa berlatih dikerubut oleh dua atau tiga prajurit biasa. Dengan demikian pasukan Majapahit tak bisa segera mendesak lawannya.

Sementara itu, di induk pasukan, senopati agung Adipati Bagelen telah berhasil merangsek dan mendesak mundur pasukan Majapahit. Senopati agung Adipati Bagelen memang didampingi oleh para senopati yang tangguh tanggon dari kadipaten-kadipaten bang kolon. Mereka dari Banten, dari Sunda Kelapa, dari Cirebon, dari Indramayu juga dari Pekalongan dan para senopati pilihan dari Demak Bintara sendiri.
Adipati Girindhawardana harus mengerahkan seluruh kekuatan untuk menahan laju penyerbuan pasukan Demak Bintara. Ia mencoba mengerahkan pasukan panah yang membidik dari balik pohon-pohon besar. Untuk beberapa saat laju pasukan Demak Bintara di ujung gelar terhenti.

Sementara itu, di sayap gelar yang lain,
senopati Lembu Sena beberapa kali berhasil mendesak lawannya. Namun demikian ia belum bisa melukai lawannya. Tetapi beberapa kali pedang panjang dan besar miliknya berhasil menggetarkan pedang lawannya. Hampir saja pedang Lo Bandang terlepas dan kemudian ia meloncat mundur. Berbarengan dengan itu seorang senopati pengapit segera menyerang senopati Lembu Sena.
“Silahkan kalian berdua atau bertiga, akan aku layani……!” kata senopati Lembu Sena.
Senopati Lo Bandang tidak menjawab namun membiarkan seorang senopati pengapitnya bergabung untuk melawan senopati Lembu Sena.
Dalam pada itu, pasukan senopati Lo Bandang berhasil mendesak lawannya. Pasukan yang dipimpin oleh senopati Lo Bandang itu memang sedikit lebih banyak dari pasukan lawan. Disamping itu, para prajuritnya juga lebih tangguh dan kuat dibanding pasukan Majapahit.
Para prajurit Majapahit bergerak mundur untuk menyelamatkan diri. Namun tak sedikit yang berkalang tanah terkena sabetan atau tusukan senjata lawan.
Pasukan Majapahit semakin terdesak mundur, bahkan banyak yang kemudian menyelinap masuk ke dalam hutan. Pasukan Demak Bintara tidak mengejarnya, mereka khawatir terkena jebakan lagi seperti sebelumnya.
Dalam pada itu, senopati Lembu Sena masih bertahan menghadapi senopati Lo Bandang dan seorang prajuritnya. Namun sulit bagi senopati Lembu Sena untuk melukai salah seorang lawannya. Bahkan kini arena pertempuran itu telah dikepung oleh para prajurit Demak Bintara yang telah kehilangan lawan.
…………
Bersambung………….

Petuah Simbah: “Kwantitas dan kwalitas akan menentukan keunggulan.”
(@SUN-aryo)

St. Sunaryo

Pensiunan pegawai PT Telkom Indonesia. Sekarang bertempat tinggal di Kapanewon Kalasan, Kabupaten Sleman, Daerah Istimewa Yogyakarta. Kunjungi website https://stsunaryo.com , ada yang baru setiap hari.

View Comments

Recent Posts

Penerus Trah Prabu Brawijaya-Part#873

Trah Prabu Brawijaya.(@SUN-aryo)(873)Mataram. Benar juga, dengan gerak cepat saat itu juga Senopati Widarba segera bertindak.…

1 jam ago

Penerus Trah Prabu Brawijaya-Part#872

Trah Prabu Brawijaya.(@SUN-aryo)(872)Mataram. Raden Mas Jolang telah memiliki bekal ilmu yang lebih dari cukup. Ia…

1 hari ago

Penerus Trah Prabu Brawijaya-Part#871

Trah Prabu Brawijaya.(@SUN-aryo)(871)Mataram. Sedangkan Adipati Pragola menganggap bahwa kedudukan Kadipaten Pati itu sejajar dengan Mataram.…

2 hari ago

Penerus Trah Prabu Brawijaya-Part#870

Trah Prabu Brawijaya.(@SUN-aryo)(870)Mataram. Di kademangan, pasukan Mataram disambut dengan suka cita. Walau semuanya serba mendadak,…

3 hari ago

Dilema Library Genesis dalam Dunia yang Haus Ilmu

Di era digital yang cepat ini, akses terhadap berbagai sumber informasi dan literatur menjadi semakin…

4 hari ago

Penerus Trah Prabu Brawijaya-Part#869

Trah Prabu Brawijaya.(@SUN-aryo)(869)Mataram. Bagaimana pun juga, Kanjeng Adipati Rangga Jumena harus menerima kenyataan. Madiun kini…

4 hari ago