Categories: Cerbung

Penerus Trah Prabu Brawijaya-Ki Ageng Pengging Anom-Part#152

Inspirasi Pagi …….!!
(@SUN-aryo)

Penerus Trah Prabu Brawijaya.
Ki Ageng Pengging Anom

Ki Ageng Tingkir sungguh sangat menjiwai setiap peran dalam lakon wayang tersebut. Bahkan ketika harus memerankan sebagai seorang putri seperti Dewi Wara Srikandi yang gandes kenes kemudian beralih sebagai seorang Dewi Wara Sumbadra yang lemah lembut.
Ketika memerankan peperangan, penonton dibuatnya larut seakan ikut menjadi bagian dari peperangan itu sendiri. Ketika memerankan kisah asmara, penonton seakan benar-benar menyaksikan kejadian nyata seperti yang dilakonkan. Namun ketika menampilkan para punakawan yang bercandaria guyon parikena, penonton pun terbahak dibuatnya.

Para penonton dibuatnya geram kepada Raden Aswatama yang berhasil membunuh banyak orang dari pihak Pandawa yang sedang tertidur pulas.
Alkisah, dikisahkan oleh Ki Ageng Tingkir; Raden Aswatama ketika di pertengahan perang Baratayudha melarikan diri ke tengah hutan karena kecewa dengan diangkatnya Prabu Salya sebagai senopati agung. Dengan cara licik Raden Aswatama berhasil masuk pakuwon para Pandawa setelah perang Baratayudha usai. Dengan ajian sirep, Raden Aswatama berhasil membuat para penghuni pakuwon tertidur lelap. Ia berhasil membunuh Raden Pancawala putra mahkota negeri Amarta. Raden Aswatama berturut-turut membunuh tanpa perlawanan Raden Trustajumena sang pembunuh Pendeta Durna, ayah dari Raden Aswatama. Kemudian ia membunuh Dewi Larasati, menyiksa Dewi Wara Srikandi dan juga Dewi Banowati istri Prabu Duryudana yang dibumbui dengan adegan pelecehan.
Begitu piwainya Ki Dalang memerankan kisah teramat keji itu sehingga banyak dari para penonton yang meneteskan air mata.
Penonton dibuatnya teramat tegang ketika Raden Aswatama mendekati bayi Parikesit yang tanpa seorang pun yang berjaga. Dengan pedang terhunus Raden Aswatama beteriak; “Mampus kau Parikesit…..!”
Namun yang terjadi, bayi Parikesit yang terkejut menendang keris Pulanggeni yang berada di dekat kakinya. Keris pun meluncur menusuk dada Raden Aswatama. Raden Aswatama kemudian tewas seketika.

Sorak sorai penonton membahana menggetarkan pendapa kadipaten Pengging. Sorak sorai itu seakan didengar pula oleh bayi yang ada dalam kandungan Nyi Ageng Pengging Anom yang sedang mengandung tua. Sekejap kemudian terdengar tangis bayi yang sesungguhnya.
Mbok Dukun dan para wanita yang membantu persalinan itu pun bersuka ria karena kelahiran seorang bayi lelaki yang putih bersih dan terlihat kuat. Bayi yang masih berari-ari itu pun seakan tersenyum menyambut senyuman para embok yang menolongnya.
Nyi Ageng Pengging pun tersenyum gembira setelah berjuang menahan sakit yang luar biasa dalam persalinan.

Ki Ageng Pengging Anom sangat senang atas kelahiran putranya yang bersamaan dengan pentas wayang kulit tersebut. Ia kemudian membisikkan sebuah nama kepada Ki Dalang Ki Ageng Tingkir untuk disebutkan dalam pentas wayang tersebut.
Ki Dalang, di akhir pementasan menampilkan sosok Prabu Sri Batara Kresna yang seakan menyampaikan wara-wara; “Di hari ini, kawula Pengging pantas bersyukur karena kelahiran seorang calon raja seperti Raden Parikesit. Dia adalah putra Ki Ageng Pengging dan Nyi Ageng Pengging…..!”
Ki Dalang berhenti sejenak, sedangkan para penonton diam hening, menunggu kelanjutan kata-kata yang akan disampaikan oleh Prabu Sri Batara Kresna.
Kecrek dan kotak wayang dipukul keras oleh Ki Dalang yang mengejutkan seluruh penonton. Dan kemudian Prabu Sri Batara Kresna melanjutkan; “Ki Ageng Pengging berkenan memberi nama jabang bayi dengan nama…., Mas…..Ka…re…bet…..!” Kecrek pun dihentakan dan kotak wayang dipukul keras beriama.
Penonton pun menyambut dengan sorak sorai dan tepuk tangan riuh.
Banyak dari para penonton yang kemudian bergumam menyebut nama yang baru saja disampaikan oleh Prabu Sri Batara Kresna.
“Mas Karebet….. Mas Karebet…… Mas Karebet…..!” bergeremang di segala sudut pendapa kadipaten Pengging. Sebuah nama yang belum pernah terdengar dipakai oleh orang manapun.
………….
Bersambung………..

Petuah Simbah: “Sambutlah dengan suka cita setiap kelahiran seorang bayi, karena dia adalah anugerah kehidupan dari-Nya.”
(@SUN)

**Kunjungi web kami di Google.
Ketik; stsunaryo.com
Ada yang baru setiap hari.

St. Sunaryo

Pensiunan pegawai PT Telkom Indonesia. Sekarang bertempat tinggal di Kapanewon Kalasan, Kabupaten Sleman, Daerah Istimewa Yogyakarta. Kunjungi website https://stsunaryo.com , ada yang baru setiap hari.

Recent Posts

Penerus Trah Prabu Brawijaya-Part#873

Trah Prabu Brawijaya.(@SUN-aryo)(873)Mataram. Benar juga, dengan gerak cepat saat itu juga Senopati Widarba segera bertindak.…

10 jam ago

Penerus Trah Prabu Brawijaya-Part#872

Trah Prabu Brawijaya.(@SUN-aryo)(872)Mataram. Raden Mas Jolang telah memiliki bekal ilmu yang lebih dari cukup. Ia…

1 hari ago

Penerus Trah Prabu Brawijaya-Part#871

Trah Prabu Brawijaya.(@SUN-aryo)(871)Mataram. Sedangkan Adipati Pragola menganggap bahwa kedudukan Kadipaten Pati itu sejajar dengan Mataram.…

3 hari ago

Penerus Trah Prabu Brawijaya-Part#870

Trah Prabu Brawijaya.(@SUN-aryo)(870)Mataram. Di kademangan, pasukan Mataram disambut dengan suka cita. Walau semuanya serba mendadak,…

4 hari ago

Dilema Library Genesis dalam Dunia yang Haus Ilmu

Di era digital yang cepat ini, akses terhadap berbagai sumber informasi dan literatur menjadi semakin…

4 hari ago

Penerus Trah Prabu Brawijaya-Part#869

Trah Prabu Brawijaya.(@SUN-aryo)(869)Mataram. Bagaimana pun juga, Kanjeng Adipati Rangga Jumena harus menerima kenyataan. Madiun kini…

5 hari ago