Categories: Cerbung

Penerus Trah Prabu Brawijaya-Ki Ageng Pengging Anom-Part#154

Inspirasi Pagi …….!!
(@SUN-aryo)

Penerus Trah Prabu Brawijaya.
Ki Ageng Pengging Anom.

Seperti biasanya, jika Ki Ageng Tingkir sehabis pentas tentu akan tidur sampai siang. Dan Nyi Tingkir juga tidak pernah mengganggu kepulasan sang suami agar ketika bangun telah segar kembali. Mungkin sekali malam nanti atau besuk malam akan pentas di lain tempat.
Biasanya menjelang tengah hari Ki Ageng Tingkir sudah terbangun untuk berbersih diri kemudian makan dan minum. Setelah itu berbincang-bincang dengan sang istri dan kemudian melakukan kegiatan pekerjaan rumah yang biasa ia lakukan. Namun siang itu, ketika matahari hampir di atas ubun-ubun Ki Ageng Tingkir belum juga terbangun.
“Tumben Kiaine kok tidur pulas sekali, sampai tengah hari belum bangun…..!” batin Nyi Tingkir.
Nyi Tingkir kemudian mendekati sang suami untuk membangunkan, jika masih mengantuk, biarlah nanti tidur lagi.
“Ki….., Kiaine….., Ki……! Bangun Ki…..!” kata Nyi Tingkir yang kemudian menggoyang-goyang kaki Ki Ageng Tingkir.
“Ki….., Ki….. bangun Ki……! Kiiiii……!” jerit Nyi Tingkir setelah tahu sang suami tidak bergerak sama sekali.
“Kiii…….! Ki Ageeeng……! jangan tinggalkan aku, Kiiii……!” tangis Nyi Tingkir.
Jeritan dan tangisan Nyi Tingkir mengundang pembantu dan para tetangga yang terdekat. Mereka pun berlarian mendatangi sumber jeritan dan tangisan.
Mereka terkejut ketika mendapatkan Nyi Tingkir tergeletak di lantai sedangkan Ki Ageng Tingkir tertidur di amben bambu yang bertikar daun pandan yang putih bersih.
“Oooh….. Ki Ageng telah seda – telah mangkat, lihat Nyi Tingkir…..!” kata salah seorang tetangga.
“Nyi Tingkir pingsan…..!” kata salah seorang embok setengah baya.

Berita tentang meninggalnya Ki Ageng Tingkir segera tersebar luas. Ki Ageng Tingkir adalah seorang yang terpandang, tidak saja di Tingkir, namun sampai jauh di luar kademangan. Beberapa ada yang tahu bahwa Ki Ageng Tingkir bersaudara seperguruan dengan Ki Ageng Pengging. Dan beberapa ada yang tahu pula bahwa malam tadi baru saja pentas dalang di pendapa Kadipaten Pengging. Bahkan ada pula yang menonton semalam suntuk di pendapa Pengging.
“Dua orang segera mengabari Ki Ageng Pengging tentang meninggalnya Ki Ageng Tingkir ini…..!” perintah Ki Bekel.

Betapa terkejutnya Ki Ageng Pengging dan Nyi Ageng Pengging setelah menerima kabar meninggalnya Ki Ageng Tingkir. Terbersit penyesalan di benak Ki Ageng Pengging, mengapa tidak menahan Ki Ageng Tingkir untuk beristirahat di Kadipaten Pengging. Atau mengapa tidak meminjamkan kuda kepada Ki Ageng Tingkir agar tidak kelelahan di jalan. Namun sesungguhnya sudah terbiasa bagi Ki Ageng Tingkir menempuh perjalanan panjang dengan berjalan kaki. Jadi Ki Ageng Pengging tidak terlalu mengkhawatirkan keselamatan Ki Ageng Pengging.
Kemeriahan semalam seakan masih menggema di pendapa itu, namun kini berganti duka lara.
Nyi Ageng Pengging dan para kerabat ikut berduka yang mendalam atas meninggalnya Ki Ageng Tingkir. Namun saat itu Ki Kebo Kanigara, adik Ki Ageng Pengging alias Ki Kebo Kenanga sedang tidak berada di kadipaten. Ia memang gemar mengembara dan suka bertapa mesu diri.
Ki Ageng Pengging segera mengajak para perangkat kadipaten untuk pergi melayat ke Tingkir saat itu juga.
Di kadipaten Pengging, meninggalnya Ki Ageng Tingkir segera tersebar luas. Mereka ikut berduka cita dengan meninggalnya Ki Ageng Tingkir yang semalam mereka kagumi atas piwainya memainkan wayang. Masih terngiang bagaimana Ki Ageng Tingkir memerankan tokoh-tokoh dalam wayang itu sungguh hidup. Adegan peperangan sangat seru yang kadang membuat tepuk tangan riuh para penonton jika jagoannya unggul. Kadang ada adegan konyol yang membuat gelak tawa para penonton.
Selingan candaria para punakawan pun membuat para penonton terpingkal-pingkal. Para punakawan kadang diajak guyon parikena dengan pesinden yang cantik-cantik.
Suara Ki Dalang pun merdu dan mantap ketika melantunkan tembang yang diperagakan dalam punakawan Petruk.
Namun Ki Dalang yang dikagumi banyak orang itu kini telah tiada.
………………
Bersambung………….

Petuah Simbah: “Tidak ada yang tahu kapan kita dipanggil menghadap-Nya.”
(@SUN)

**Kunjungi web kami di Google.
Ketik; stsunaryo.com
Ada yang baru setiap hari.

St. Sunaryo

Pensiunan pegawai PT Telkom Indonesia. Sekarang bertempat tinggal di Kapanewon Kalasan, Kabupaten Sleman, Daerah Istimewa Yogyakarta. Kunjungi website https://stsunaryo.com , ada yang baru setiap hari.

Recent Posts

Penerus Trah Prabu Brawijaya-Part#873

Trah Prabu Brawijaya.(@SUN-aryo)(873)Mataram. Benar juga, dengan gerak cepat saat itu juga Senopati Widarba segera bertindak.…

16 jam ago

Penerus Trah Prabu Brawijaya-Part#872

Trah Prabu Brawijaya.(@SUN-aryo)(872)Mataram. Raden Mas Jolang telah memiliki bekal ilmu yang lebih dari cukup. Ia…

2 hari ago

Penerus Trah Prabu Brawijaya-Part#871

Trah Prabu Brawijaya.(@SUN-aryo)(871)Mataram. Sedangkan Adipati Pragola menganggap bahwa kedudukan Kadipaten Pati itu sejajar dengan Mataram.…

3 hari ago

Penerus Trah Prabu Brawijaya-Part#870

Trah Prabu Brawijaya.(@SUN-aryo)(870)Mataram. Di kademangan, pasukan Mataram disambut dengan suka cita. Walau semuanya serba mendadak,…

4 hari ago

Dilema Library Genesis dalam Dunia yang Haus Ilmu

Di era digital yang cepat ini, akses terhadap berbagai sumber informasi dan literatur menjadi semakin…

5 hari ago

Penerus Trah Prabu Brawijaya-Part#869

Trah Prabu Brawijaya.(@SUN-aryo)(869)Mataram. Bagaimana pun juga, Kanjeng Adipati Rangga Jumena harus menerima kenyataan. Madiun kini…

5 hari ago