Inspirasi Pagi …….!!
(@SUN-aryo)
Penerus Trah Prabu Brawijaya.
Ki Ageng Pengging.
Senopati yang memimpin tiga bregada prajurit itu kemudian berembug dengan para lurah prajurit. Apa yang bisa mereka lakukan untuk mengurangi jumlah lawan sebelum perang benar-benar terjadi.
“Kesempatan hanya malam ini saja, Gusti Senopati…..! Kita tidak leluasa untuk membuat jabatan…..!” kata seorang lurah prajurit.
“Ya….., memang benar, tetapi kita harus bisa mengurangi jumlah lawan, walau mungkin tidak terlalu banyak….!” kata sang senopati.
“Bagaimana jika kita memasang batu-batu besar di lereng bukit yang akan dilalui oleh pasukan lawan…..?” usul salah seorang lurah prajurit.
“Akan terlalu sulit kita wujudkan karena hanya satu malam ini saja persiapan kita….!” kata senopati prajurit itu.
“Jika kita membendung sungai juga sulit kita lakukan di malam ini…..!” kata lurah prajurit yang lain.
“Kita perlu anak panah yang banyak…..!
Kita hujani saja dengan anak panah di tempat tertentu dan tak terduga……!” kata senopati prajurit itu.
Senopati prajurit itu kemudian menjelaskan rencana.
Ia telah menguasai medan yang akan dilalaui oleh pasukan lawan.
“Di jembatan kayu yang sempit dan agak panjang di Kali Wareng itu tempat yang tepat untuk melancarkan serangan…..!” lanjut senopati prajurit.
Senopati itu kemudian melanjutkan penjelasannya.
Tiga bregada prajurit di bagi tiga tempat untuk melancarkan serangan. Satu bregada dari sisi timur, satu bregada dari sisi barat dan satu bregada lagi dari sisi selatan. Serangan harus dilakukan secara tiba-tiba dan serentak. Setelah itu, secepatnya harus lari meninggalkan arena. Karena jika kemudian harus berhadapan langsung dengan pasukan besar itu, pasukan tiga bregada itu pasti akan dilibas lawan yang jumlahnya jauh lebih banyak.
“Baik……! kami siap menjalankan perintah…..!” kata salah seorang lurah prajurit.
“Dua orang diantara kalian segera kembali ke pasukan induk. Mintalah anak panah secukupnya untuk melancarkan serangan itu. Kita menunggu di tempat sebelum Kali Wareng. Kita atur siasat di sana…..!” perintah senopati prajurit itu.
Namun rombongan pasukan prajurit itu tidak melewati jalan utama agar tidak terpantau oleh prajurit sandi lawan yang tentu telah mendahului.
Mereka semua telah memahami rencana dari senopati prajurit itu. Dua orang telah berpacu kembali ke pasukan induk untuk mengambil anak panah secukupnya, sedangkan yang lain melanjutkan perjalanan.
Malam itu, pasukan Demak Bintara masih bermalam di hutan perbatasan. Baru esok hari akan melanjutkan perjalanan.
Sementara itu, pasukan Majapahit masih melanjutkan perjalanan. Mereka baru akan beristirahat di kademangan Ngancar yang telah jauh dari kota raja. Saat tengah malam kemungkinan pasukan Majapahit itu baru sampai di kademangan Ngancar. Mereka melanjutkan perjalanan malam itu agar arena pertempuran berada jauh dari pemukiman warga. Agar pasukan lawan tidak terlanjur merangsek masuk di wilayah padat penduduk.
Seperti yang direncanakan, pasukan Majapahit tiba di kademangan Ngancar menjelang tengah malam. Namun Ki Demang Ngancar dan perangkatnya serta warga kademangan telah siap menerima kedatangan pasukan yang banyak jumlahnya itu.
Senopati pasukan Majapahit terkejut ketika dua orang prajurit yang telah berangkat terlebih dahulu kembali ke pasukan induk. Namun setelah dua orang prajurit itu menjelaskan rencananya, senopati prajurit itu memahaminya.
“Baik…..! jika demikian akan aku tambah dengan para prajurit pilihan yang mahir bermain panah……!” kata senopati prajurit itu.
“Akan kami lakukan siasat itu di jembatan Kali Wareng, Gusti Senopati…..!” lanjut prajurit utusan itu.
Dua orang prajurit utusan itu segera kembali menyusul pasukan prajurit yang telah lebih dahulu berangkat. Kini mereka bersama dua puluh orang prajurit pilihan yang mahir dalam bermain panah.
Mereka semakin percaya diri dengan rencana yang telah disusun oleh senopati sebelumnya.
………….
Bersambung…………
Petuah Simbah: “Jika segala pekerjaan disiapkan dengan matang, niscaya hasilnya akan optimal. Demikian pula sebaliknya.”
(@SUN)
**Kunjungi web kami di Google.
Ketik; stsunaryo.com
Ada yang baru setiap hari.
Trah Prabu Brawijaya.(@SUN-aryo)(873)Mataram. Benar juga, dengan gerak cepat saat itu juga Senopati Widarba segera bertindak.…
Trah Prabu Brawijaya.(@SUN-aryo)(872)Mataram. Raden Mas Jolang telah memiliki bekal ilmu yang lebih dari cukup. Ia…
Trah Prabu Brawijaya.(@SUN-aryo)(871)Mataram. Sedangkan Adipati Pragola menganggap bahwa kedudukan Kadipaten Pati itu sejajar dengan Mataram.…
Trah Prabu Brawijaya.(@SUN-aryo)(870)Mataram. Di kademangan, pasukan Mataram disambut dengan suka cita. Walau semuanya serba mendadak,…
Di era digital yang cepat ini, akses terhadap berbagai sumber informasi dan literatur menjadi semakin…
Trah Prabu Brawijaya.(@SUN-aryo)(869)Mataram. Bagaimana pun juga, Kanjeng Adipati Rangga Jumena harus menerima kenyataan. Madiun kini…