Inspirasi Pagi …….!!
(@SUN-aryo)
Penerus Trah Prabu Brawijaya.
Ki Ageng Pengging Anom.
Ki Ageng Pengging Anom atau Kebo Kenanga adalah seorang yang bersahaja dan berbudi luhur. Ia lebih tertarik dengan ilmu agama yang diajarkan oleh Kanjeng Syekh Sitijenar dari pada menekuni ilmu kanuragan dan ilmu jayakawijayan. Ia juga lebih senang mengembangkan perdagangan, pertanian, perikanan dan perkebunan dari pada memperkuat pertahanan kadipatennya. Ia pun tidak tertarik untuk membentuk sepasukan prajurit kadipaten yang kuat dan tangguh. Sebaliknya dengan Kebo Kanigara, ia belum bersedia untuk mengikuti ajaran yang disampaikan oleh Kanjeng Syekh Sitijenar. Ia lebih senang mendalami ilmu kanuragan dan ilmu jayakawijayan. Sejak muda ia senang mengembara dan menjalani laku tapa brata.
Sementara itu, perjalanan Sunan Ngudung telah melewati tlatah Majapahit sisi barat. Namun bukan jalan yang dahulu dilewati ketika menuju ke kadipaten Kediri. Jalan yang akan dilalui oleh rombongan Sunan Ngudung itu adalah satu-satunya jalan untuk kembali ke tempat keberadaan pasukan Demak Bintara selain jalan yang dilalui ketika berangkat. Hal itu bisa diperhitungkan oleh prajurit sandi Majapahit yang mengawasi rombongan Sunan Ngudung tersebut.
“Secepatnya kita laporkan kepada senopati, akan kemungkinan itu. Kita laporkan pula kekuatan rombongan itu…….!” kata prajurit sandi yang dahulu melihat pertempuran Ki Ageng Pengging melawan rombongan itu.
“Sebaiknya kau saja yang melaporkan kepada senopati, aku akan mengajak teman untuk membuntuti rombongan itu…..!” kata prajurit sandi yang lain.
Prajurit sandi yang dahulu melihat pertempuran Ki Ageng Pengging itu pun segera memacu kudanya lewat jalan pintas agar segera sampai di tempat pasukan Majapahit bersiaga.
Adipati Girindhawardana tak ingin membuang kesempatan untuk menghadang rombongan Sunan Ngudung. Ia telah mengetahui gambaran kekuatan rombongan itu.
“Siapkan sepasukan prajurit pilihan untuk menghadang mereka. Ajak pula para prajurit panah yang handal…..!” kata Adipati Girindhawardana walau pasukannya sedang bersiap untuk mengahadapi pasukan Demak Bintara yang sudah di depan mata.
Sepasukan prajurit pun telah berderap dengan kuda-kuda mereka yang kuat untuk menghadang rombongan Sunan Ngudung. Sepasukan prajurit yang kuat terdiri dari para senopati dan lurah prajurit yang berilmu tinggi.
“Kita tuntut balas atas gugurnya Ki Ageng Pengging…..!” kata senopati yang memimpin pasukan itu.
Sementara itu, Sunan Ngudung sama sekali tidak memperhitungkan akan adanya bahaya yang menghadang. Ia juga tidak menyadari bahwa pertempurannya dengan Ki Ageng Pengging dahulu ada yang melihatnya. Ia pun tidak memperhitungkan kemungkinan adanya penghadangan oleh pasukan Majapahit, karena ia tahu pasukan Majapahit sedang bersiap untuk menghadapi pasukan Demak yang besar dan kuat.
Namun yang tidak diperhitungkan itu terjadilah. Di sebuah jalanan yang sempit dan menanjak, tiba-tiba dua orang pengikutnya mengaduh tertahan. Bahkan salah seorang dari mereka kemudian jatuh terjungkal dari punggung kuda. Dua buah anak panah menancap di punggung salah seorang prajurit yang terjungkal tadi. Sedangkan prajurit yang seorang mengerang kesakitan karena lambung sampingnya tertembus anak panah pula. Rombongan Sunan Ngudung yang tinggal enam orang itu kini telah berkurang dua orang lagi. Sunan Ngudung beserta tiga orang senopati yang lainnya segera berloncatan dari punggung kuda mereka.
“Gila…..! Licik…..! Ini pasti ulah prajurit Majapahit……!” umpat salah seorang pengikut Sunan Ngudung.
Namun mereka tidak sempat untuk berbicara banyak, sepasukan prajurit telah mengepung mereka. Bahkan tanpa basa-basi empat orang pemanah handal kembali melepaskan anak panah kepada empat orang yang telah terkepung itu. Bidikan mereka terutama diarahkan ke Sunan Ngudung yang berpakaian berbeda dengan para pengikutnya. Sunan Ngudung sempat menangkis dengan sebilah keris anak panah yang meluncur ke arahnya.
…………….
Bersambung…………..
Petuah Simbah: “Roda kehidupan itu memang berputar, kadang di atas, kadang di bawah.”
(@SUN)
**Kunjungi web kami di Google.
Ketik; stsunaryo.com
Ada yang baru setiap hari.
Trah Prabu Brawijaya.(@SUN-aryo)(873)Mataram. Benar juga, dengan gerak cepat saat itu juga Senopati Widarba segera bertindak.…
Trah Prabu Brawijaya.(@SUN-aryo)(872)Mataram. Raden Mas Jolang telah memiliki bekal ilmu yang lebih dari cukup. Ia…
Trah Prabu Brawijaya.(@SUN-aryo)(871)Mataram. Sedangkan Adipati Pragola menganggap bahwa kedudukan Kadipaten Pati itu sejajar dengan Mataram.…
Trah Prabu Brawijaya.(@SUN-aryo)(870)Mataram. Di kademangan, pasukan Mataram disambut dengan suka cita. Walau semuanya serba mendadak,…
Di era digital yang cepat ini, akses terhadap berbagai sumber informasi dan literatur menjadi semakin…
Trah Prabu Brawijaya.(@SUN-aryo)(869)Mataram. Bagaimana pun juga, Kanjeng Adipati Rangga Jumena harus menerima kenyataan. Madiun kini…