Penerus Trah Prabu Brawijaya.
(@SUN-aryo)
(511)
Mataram.
Seri Danang Sutawijaya.
Namun suara serap kaki-kaki kuda itu memang masih jauh. Dan sepertinya mereka melaju tidak terlalu kencang, bahkan terkesan lambat.
Sementara itu, gerobak ke enam telah sampai di atas, di jalan yang landai seperti gerobak-gerobak sebelumnya.
Mereka pun kembali bertepuk tangan riuh. Bahkan, mereka yang menyaksikan ikut bertepuk tangan. Mereka sebelumnya ikut menahan nafas seakan mereka ikut mendorong. Beberapa orang mulai menyadari bahwa orang muda yang mendorong di tengah itu memiliki tenaga yang luar biasa.
Tiba-tiba penjual batu bata yang telah menerima pembayaran dari Raden Mas Danang Sutawijaya itu merasa sangat terbantu. Sebagai rasa terimakasihnya, ia pun berseru.
“Hidup Raden Mas Danang……! Hidup Raden Mas Danang…..! Hidup Raden Mas Danang……!”
Yang kemudian di sahut oleh yang lainnya.
Hidup Raden Mas Danang……! Hidup Raden Mas Danang…..! Hidup Raden Mas Danang……!” Bersahut-sahutan.
“Cukup…..! Cukup…..! Cukup…..! Tak perlu itu…..!” Berkata Raden Mas Danang Sutawijaya.
Orang-orang yang berdatangan dan yang sedang lewat menjadi yakin bahwa orang yang disebut Raden Mas Danang itu memang luar biasa.
“Apakah Raden Mas Danang itu sama dengan Raden Mas Danang Sutawijaya putra petinggi Mataram yang sedang dibangun itu…..?” Berkata salah seorang dari para penonton itu.
“Yaaa….., aku juga pernah mendengar nama itu…..!” Sahut salah seorang dari mereka. Orang itu rupanya penduduk setempat, dusun Pingit.
Dusun Pingit yang juga merupakan bagian dari telatah Mataram yang tak jauh dari Karangwaru. Juga tidak terlalu jauh dengan Papringan yang sedang dibangun jalan menuju Kotagede. Hampir semua orang di dusun Pingit dan Karangwaru telah mendengar tentang pembuatan jalan baru tersebut serta pembangunan pemukiman di Kotagede. Namun mereka belum pernah melihat Raden Mas Danang Sutawijaya, tetapi telah mendengar nama itu. Dan kini bisa menyaksikan sendiri bahwa orang muda itu memang luar biasa.
“Lhaaah….., yang kita dengar dari mereka ini, batu-bata dan genteng itu juga akan diangkut ke Kotagede untuk membangun pemukiman…..!” Berkata salah seorang dari mereka.
Dan kini, gerobak yang ketujuh telah siap untuk ditarik dan didorong oleh mereka. Seperti sebelumnya, Raden Mas Danang Sutawijaya berada di belakang gerobak dan di tengah-tengah telah siap untuk mendorong.
Raden Mas Danang Sutawijaya telah mendengar bahwa kuda-kuda dari arah barat sudah semakin dekat. Namun demikian mengabaikan mereka, ia tetap ikut mendorong gerobak itu.
Benar dugaan dari Raden Mas Danang Sutawijaya, ketika ia sekilas menoleh ke belakang ada empat orang penunggang kuda.
Namun Raden Mas Danang Sutawijaya tetap melanjutkan mendorong gerobak itu.
Sementara itu ke empat penunggang kuda itu berhenti untuk menyaksikan orang-orang yang sedang mendorong gerobak penuh muatan batu bata. Mereka kagum akan kerja gotongroyong yang mereka lakukan.
Namun tiba-tiba terdengar ringkik kuda yang cukup keras, kuda teji – tinggi besar yang tertambat tak jauh dari tempat itu. Mungkin kuda itu melihat kedatangan kuda-kuda yang berpenumpang itu.
“Wuiiih….., besar dan bagus sekali kuda itu. Pemiliknya pasti bukan orang kebanyakan…..!” Berkata salah seorang dari penunggang kuda itu.
Kuda itu memang jauh lebih besar dan tinggi serta terawat dengan baik.
Dan mereka melihat pelananya pelana yang bagus, jauh lebih bagus dari pada yang mereka tunggangi.
“Kuda milik Siapakah itu……?” Berkata salah seorang dari mereka.
“Kita sama-sama belum tahu……!” Sahut yang lain.
Dan mereka pun tertawa ringan.
Tiba-tiba keempat orang yang semua bersenjatakan pedang itu terkejut, mereka mendengar hampir semua orang mengelu-elu-kan sebuah nama.
“Hidup Mas Danang…..! Hidup Mas Danang……! Hidup Mas Danang……!” Bersahut-sahutan.
……………..
Bersambung…………
(@SUN-aryo)