Trah Prabu Brawijaya.
Seri 1015
Mataram.
Sedah Merah.
Sepanjang malam itu kesibukan keraton Blambangan hampir terjadi di seluruh sudut. Hampir semua abdi dalem terlibat dalam persiapkan perhelatan besar yang sangat mendadak itu. Bahkan para prajurit dari kesatuan btegada dalam keraton pun ikut terlibat pula. Mulai dari persiapan tempat sampai menghias dengan hiasan janur dan dedaunan serta beraneka bunga. Demikian pula mempersiapkan tratag dan panggang pe dengan blegketepe daun-daun kelapa. Tak kalah sibuknya adalah para embok emban dan para abdi wanita yang menyiapkan aneka suguhan di dapur.
Hampir tidak ada orang yang berpangku tangan terutama mereka yang tinggal di dalam lingkungan dalam beteng keraton.
Telah mereka dengar bahwa pasukan berkuda dari Mataram yang besar akan ikut diundang dalam perhelatan tersebut. Yang mereka dengar, pasukan dari Mataram itu ada lebih dari lima ratus prajurit. Tak kalah sibuknya adalah para pekatik yang mengurusi kuda. Mereka akan menerima titipan kuda lebih dari lima ratus ekor. Tentu perkerjaan yang tidak ringan karena juga harus menyediakan pakan serta merawatnya.
Sampai menjelang matahari terbit hampir tidak ada yang sempat tertidur. Mereka bekerja dengan penuh kegembiraan. Mereka bersyukur karena tidak terjadi pertempuran yang berkepanjangan yang bisa memakan banyak korban. Mereka pun bergembira karena sang sekar kedaton kebanggaan mereka – Putri Sedah Merah telah mendapatkan jodoh yang sepadan, putra mahkota negeri Mataram yang sedang berkembang namun telah dengan cepat menjadi besar.
Dalam pada itu, sejak sebelum malam, Raden Mas Jolang telah dipingit di bangsal tersendiri yang di jaga oleh para prajurit. Mas Jolang pun dengan senang hati dipisahkan dengan sang pujaan hati – Putri Sedah Merah karena itu merupakan bagian adat istiadat yang berlaku.
Sementara itu tak jauh berbeda dengan yang dialami oleh Putri Sedah Merah. Ia pun dipingit di kaputren namun selalu ditemani oleh beberapa mbok emban yang saling bergantian. Bahkan juga oleh juru rias yang melulur sang sekar kedaton. Demikian pula telah dipersiapkan busana pengantin yang paling indah. Demikian pula perhiasan-perhiasan yang selama ini belum pernah dipakai.
Namun demikian perputaran waktu tidak berhenti. Sang mentari telah bangun dari tidurnya. Ufuk timur telah semburat Merah. Namun belum ada dari para abdi dalem yang sempat beristirahat. Kerja keras mereka tak sia-sia. Di sekitar pendapa siti hinggil telah disulap menjadi semakin indah dan telah siap menerima kehadiran para tamu yang nanti akan hadir.
Demikian pula aneka suguhan sebagian besar telah siap pula. Sang permaisuri pun sempat mengunjungi dapur yang sangat sibuk itu. Para abdi dalem wanita bangga akan kehadiran sang permaisuri. Kemudian sang permaisuri itu menunggui sang putri di kaputren.
Prabu Siung Laut sempat berkeliling di berbagai sudut keraton. Beliau sangat puas atas kesigapan para punggawa keraton yang dengan gigih dan cekatan mempersiapkan segala sesuatunya. Mereka pun bangga ketika sang raja mengunjunginya. Bahkan Prabu Siung Laut berterimakasih dan memuji mereka yang telah bekerja keras sepanjang malam. Dan hasilnya pun telah terlihat, keraton telah siap menerima tamu untuk lebih dari seribu orang.
Tak ketinggalan para penari pun telah dipersiapkan untuk menghibur para tamu dan terutama untuk kedua mempelai nantinya. Tari gandrung banyuwangen yang paling digemari oleh orang-orang Blambangan.
Tak kalah bergembiranya adalah para prajurit di hutan di luar kota raja. Mereka sejak dini hari telah saling bergantian ke sungai terdekat untuk mandi dan segala keperluan. Mereka tidak menyangka akan diundang untuk menghadiri pesta pernikahan yang diselenggarakan di keraton. Sungguh sebuah penghormatan yang tinggi bagi mereka. Mereka memuji keberanian Raden Mas Jolang yang masuk kaputren yang tentu sangat berbahaya. Namun hasilnya nyata, mendapat putri kedaton sang Putri Sedah Merah.
………
Bersambung………
***Tonton pula vidio kontens YouTube kami yang terbaru Seri Ken Sagopi dan Pitutur Jawi. Cari; St Sunaryo di Youtube atau di Facebook maupun di Instagram.