Trah Prabu Brawijaya.
Seri 1016
Mataram.
Sedah Merah.
Pagi itu di pasar-pasar kabar tentang rencana pernikahan Putri Sedah Merah dengan cepat tersebar luas. Setelah dari pasar-pasar tentu akan cepat tersebar pula di kampung-kampung. Nama Raden Mas Jolang sebagai putra mahkota Mataram pun telah menjadi perbincangan pula. Namun pertempuran antara pasukan Blambangan dengan pasukan Mataram yang sempat terjadi luput dari perbincangan. Bahkan mereka tidak mendengar bahwa ada pasukan segelar sepapan dari Mataram di hutan luar kotaraja.
“Habis jualan ini aku nanti akan nonton manten…..!” Celetuk salah seorang mbok bakul.
“Aku juga akan nonton, seperti apa nanti gusti Putri Sedah Merah kalau berbusana temanten. Sedangkan tanpa riasan pun sudah cantik jelita…..!” Sahut mbok bakul yang lain. Putri Sedah Merah memang sering belanja di pasar itu.
“Akan aku kabarkan ke tetangga-tetanggaku dan nanti akan aku ajak nonton pula…..!” Berkata salah seorang pembeli.
Perbincangan seperti itu hampir merata di seluruh pasar-pasar di sekitar keraton Blambangan. Bahkan tak tertutup kemungkinan pasar-pasar yang berada jauh dari keraton. Tak heran jika kabar rencana pernikahan itu dengan cepat tersebar luas.
Para bakul yang tanggap akan peluang dagang tak menyia-nyiakan peluang tersebut. Terutama para penjual makanan dan minuman. Mereka telah berencana untuk buka lapak di sekitar gerbang keraton. Orang banyak tersebut pasti haus dan kepingin jajan.
Benar saja, mereka warga di sekitar keraton telah mulai berdatangan di sekitar alun-alun. Bahkan ketika para tamu belum berdatangan. Mereka juga ingin membuktikan kabar yang mereka dengan. Dan kabar itu memang benar adanya.
Sementara itu, para demang di sekitar keraton juga sudah menerima undangan untuk menghadiri perhelatan agung. Walau undangan secara mendadak, baru tadi malam, namun para demang itu berencana untuk hadir pula. Mereka sangat tertarik untuk menyaksikan Putri Sedah Merah dalam busana pengantin. Mereka juga ingin tahu, setampan apa putra mahkota dari Mataram itu.
“Ya pasti gagah dan tampan ta Kang…..!” Sahut salah seorang istri demang yang nanti juga akan ikut hadir.
Perbincangan seperti itu hampir merata di setiap kademangan. Hampir setiap istri demang ingin ikut hadir di keraton Blambangan nanti. Bahkan para istri tersebut lebih bersemangat dari pada para demang itu sendiri.
“Kita naik andong saja Kakang Demang agar dandananku tidak rusak…..!” Berkata salah seorang istri demang.
“Ya tentu saja….!” Jawab Ki Demang.
Di pendapa Siti Hinggil keraton Blambangan telah benar-benar siap untuk menerima tamu yang akan menghadiri perhelatan agung walau hanya dipersiapkan dalam satu malam.
“Wah seperti kisah Bandung Bandawasa dan Rara Jonggrang yang pernah aku dengar…..!” Celetuk salah seorang nayaka praja setelah melihat hasil kerja keras mereka yang hanya dalam satu malam.
“Yaaa benar, hiasan janur dan rontek juga komplit dan bagus…..!” Sahut yang lain.
Para penerima tamu undangan pun telah berderet pula mulai dari pintu gerbang keraton sampai pendapa.
Para tamu undangan telah mulai berdatangan. Mereka yang telah datang lebih dahulu justru mereka yang dari jauh. Terutama para demang dan istri. Mereka telah saling kenal antara demang yang satu dengan demang yang lainnya. Bahkan para istri pun telah saling mengenal. Mereka pun masih memperbincangkan perhelatan agung yang sangat mendadak itu. Pendapa Siti Hinggil yang telah disulap menjadi lebih agung dan megah. Bahkan permadani merah telah terhampar di sepanjang pendapa yang nanti akan dilalui oleh mempelai dan para pengiringnya.
Para nayaka praja pun telah berdatangan pula. Demikian pula para senopati dan lurah prajurit. Mereka yang semalam tidak terlibat dalam persiapan sangat heran karena tiba-tiba pendapa Siti Hinggil telah menjadi semakin agung dan megah. Demikian pula dampar pengantin yang benar-benar dilapisi dengan emas dan perak yang sesungguhnya terlihat megah dan indah.
…………
Bersambung………
***Tonton pula vidio kontens YouTube kami yang terbaru Seri Ken Sagopi dan Pitutur Jawi. Cari; St Sunaryo di Youtube atau di Facebook maupun di Instagram.