Trah Prabu Brawijaya.
Seri 1017
Mataram.
Sedah Merah.
Di halaman depan gerbang pendapa Siti Hinggil, kawula Blambangan dari sekitar keraton telah berdatangan pula. Dari sedikit agak jauh, mereka bisa melihat kemegahan pendapa. Para prajurit tidak melarangnya. Mereka ingin ikut menyaksikan perhelatan agung yang diselenggarakan secara mendadak itu. Para tamu pun semakin banyak yang berdatangan. Namun ada sisi tempat duduk yang masih kosong sama sekali. Para penerima tamu belum mempersilahkan mereka yang datang untuk menempati sisi tempat yang kosong cukup banyak itu.
“Mungkin itu diperuntukkan untuk para nayaka praja…..!” Tebak salah seorang tamu.
“Mungkin juga untuk para adipati dan rombongannya…..!” Sahut yang lain.
“Mungkin tidak sempat mengundang bupati manapun. Baru tadi malam rencana perhelatan agung ini…..!” Sahut seseorang yang sedikit lebih tahu.
Dalam pada itu, mereka yang berada di sekitar alun-alun terkejut bukan kepalang. Mereka mendengar derap kaki kuda yang banyak. Dan beberapa saat kemudian telah berdatangan ratusan penunggang kuda dengan pakaian prajurit. Kedatangan mereka mendapat perhatian dari mereka yang telah melihatnya. Namun beberapa prajurit dan para pekatik dari Blambangan telah menyambut para penunggang kuda tersebut. Para penunggang kuda tersebut segera berloncatan turun. Kuda-kuda segera ditambatkan di pinggir alun-alun yang memang telah dibuatkan tambatan sebelumnya. Para prajurit Blambangan dengan ramah menyambut kehadiran rombongan besar yang juga berpakaian prajurit tersebut. Mereka kemudian diarahkan untuk menuju ke pendapa Siti Hinggil. Senopati Prastawa yang menjadi senopati utama dari para prajurit yang baru datang itu berjalan di paling depan. Para prajurit yang baru datang tersebut memang para prajurit dari Mataram. Kehadiran tamu undangan yang berpakaian prajurit yang ratusan jumlahnya itu menjadi pusat perhatian dari mereka yang telah datang terlebih dahulu. Bahkan kemudian terdengar tepuk tangan dari mereka yang hadir di luar gerbang pendapa Siti Hinggil.
“Prajurit Mataram tiba…., prajurit Mataram tiba…., prajurit Mataram tiba…..!” Bergeremang banyak orang setelah mereka tahu bahwa yang hadir adalah pasukan Mataram.
Bahkan tanpa ada yang meminta para tamu undangan yang telah hadir lebih dahulu telah berdiri menyambut kehadiran rombongan besar yang berpakaian prajurit tersebut. Seorang pranata adi cara telah menyambut dengan rangkaian kata-kata yang bagus.
“Selamat datang para tamu yang istimewa, para prajurit dari Mataram yang kami hormati…..!” Salah satu kata-kata sambutan dari sang pranata adi cara yang fasih bertutur kata.
Tanpa diminta, para tamu undangan yang berdiri yang telah hadir sebelumnya bertepuk tangan menyambut kehadiran para prajurit dari Mataram tersebut.
Dalam pada itu, Gusti Putri Sedah Merah di kaputren yang tak jauh dari pendapa Siti Hinggil tersebut tertegun mendengar tepuk tangan dari arah pendapa tersebut.
‘Ada apa di pendapa, Mbok Emban….?” Bertanya Putri Sedah Merah yang heran.
“Hamba juga belum tahu, Gusti Putri…..!” Jawab salah seorang Mbok Emban yang mendampingi Putri Sedah Merah.
Namun segera diketahui bahwa yang datang adalah para prajurit Mataram sebagai tamu undangan dalam perhelatan tersebut. Bukan lagi mereka sebagai kesatuan prajurit yang ingin bertempur.
Gusti Putri Sedah Merah yang telah berbusana serba mewah dan indah itu pun telah bersiap menuju ke pendapa Siti Hinggil. Pakaian pengantin yang berhias emas permata yang sesungguhnya sungguh gemerlap sangat indah. Dipadu dengan kalung dan gelang mas berlian sungguh menakjubkan. Bahkan cunduk mentul di gelung konde yang terbuat dari emas dan perak yang sesungguhnya itu menambah keanggunan dan keagungan sang calon mempelai wanita tersebut.
Siapa pun yang menyaksikan sang calon mempelai wanita pasti akan berdecak kagum dibuatnya. Sang Putri Sedah Merah sungguh bagai bidadari dari kahyangan yang ngeja wantah turun ke bumi Blambangan.
………..
Bersambung………
***Tonton pula vidio kontens YouTube kami yang terbaru Seri Ken Sagopi dan Pitutur Jawi. Cari; St Sunaryo di Youtube atau di Facebook maupun di Instagram.