Trah Prabu Brawijaya.
Seri 1024
Mataram.
Ki Ageng Mangir
Wanabaya.
Dalam pada itu, rombongan Raden Mas Jolang telah disusul oleh rombongan Prabu Siung Laut. Sang permaisuri Blambangan, ibunda dari Putri Sedah Merah sengaja membawa beberapa perias dan segala perlengkapan pengantin. Ia tak ingin pengantin dari Blambangan itu hanya berhias seadanya. Paling tidak seperti ketika pernikahan di Blambangan. Oleh karena itu sang permaisuri mendesak sang Prabu Siung Laut untuk menyusul sang putri.
Dalam pada itu, Kanjeng Adipati Pati, Adipati Pragola memerlukan hadir atas pernikahan sang keponakan. Walau ia pernah berselisih dengan Raden Mas Jolang dan pasukannya saat itu. Namun hubungan Pati dengan Mataram telah dipulihkan. Bagaimanapun Adipati Pragola adalah adik dari permaisuri Mataram, Kanjeng Gusti Waskita Jawi. Kanjeng Adipati Pragola datang dengan sang putra mahkota kadipaten Pati beserta para pengiringnya.
Walau semua serba mendadak, namun bukan menjadikan halangan.
Ketika rombongan dari Pati tiba di Mataram, para undangan yang lain telah berdatangan. Kanjeng Panembahan Senopati sendiri yang menyambut kehadiran sang adik ipar, Adipati Pragola.
Di alun-alun, kawula Mataram juga sudah berjubel ingin menyaksikan perhelatan agung tersebut.
Namun seluruh yang berada di alun-alun dikejutkan oleh kedatangan rombongan prajurit berkuda yang sangat banyak. Mereka pun kemudian tahu bahwa yang datang adalah rombongan Raden Mas Jolang dan Gusti Putri beserta para prajurit berkuda dari Mataram. Raden Mas Jolang dan Gusti Putri Sedah Merah yang sempat dirias sebagai sepasang pengantin ketika di Prambanan. Demikian pula Prabu Siung Laut beserta permaisuri telah berhias pula. Dan bahkan para pangombyong dari Blambangan telah berhias layaknya pangombyong pengantin dengan dandanan ala Blambangan yang berbeda dengan Mataram.
Dengan kereta terbuka yang berhias, kawula Mataram yang berada di alun-alun bisa melihat Raden Mas Jolang dan sang Putri Sedah Merah. Mereka sungguh takjub menyaksikan kecantikan dari Putri Blambangan tersebut. Sungguh sangat serasi berpasangan dengan Raden Mas Jolang yang gagah dan tampan.
Di Siti Hinggil telah terdengar alunan Gending Wilujeng untuk menyambut kehadiran mempelai yang telah turun dari kereta. Pager ayu pager bagus telah berderet di kiri dan kanan jalan yang akan dilalui sang mempelai. Mempelai berdua berjalan alon – lambat namun anggun berwibawa. Semua mata tertuju kepada sang mempelai berdua yang sungguh menakjubkan. Dandanan yang serba emas dan perak dan berkalung dan bergelang emas berlian sungguh sangat elok mempesona. Alunan gending telah berganti dengan ladrang Kebo Giro yang mengiringi langkah sang mempelai.
Sang mempelai berdua bagai dewa dewi yang ngejawantah. Bagai Batara Kamajaya dan Kamaratih yang turun ke marcapada.
Mereka yang menyaksikan hanya bisa berdecak kagum. Seumur-umur, mereka belum pernah menyaksikan seorang putri yang secantik dan mempesona seorang mempelai putri tersebut. Mereka kemudian tahu bahwa putri dari Blambangan tersebut bernama Putri Sedah Merah. Di belakang mempelai berdua telah diketahui bahwa yang berjalan berdampingan itu adalah Prabu Siung Laut dan permaisuri. Mereka pun kagum kepada Sang Prabu Siung Laut yang telah lebih dari separuh baya itu namun masih tampak gagah dan kekar. Mereka pun pernah mendengar bahwa Prabu Siung Laut itu berilmu tinggi. Di belakangnya lagi beriringan Pepatih Blambangan dengan Adipati Pasuruhan. Dan kemudian disambung para pengiring, yakni pager ayu pager bagus.
Ki Patih Mandaraka ikut menyambut mempelai dan para pengiringnya. Demikian pula Kanjeng Panembahan Senopati beserta sang permaisuri, Kanjeng Ratu Waskitajawi.
Dampar pengantin yang sebelumnya masih diselubungi, kini telah dibuka. Dampar pengantin yang dilapisi emas dan perak sungguh sangat indah.
……….
Bersambung………
***Tonton pula vidio kontens YouTube kami yang terbaru Seri Ken Sagopi dan Pitutur Jawi. Cari; St Sunaryo di Youtube atau di Facebook maupun di Instagram.