Penerus Trah Prabu Brawijaya-Part#1043

Trah Prabu Brawijaya.
Seri 1043
Mataram.
Ki Ageng Mangir
Wanabaya.

Ni Madusari yang adalah Gusti Putri Pembayun sebagai putri sang penguasa Mataram memang cantik jelita. Untuk memuji kecantikan Gusti Putri Pembayun sampai kehabisan kata-kata entek golek, kurang amek – kata pepatah Jawa. Seakan dari ujung rambut sampai ujung kaki tiada celanya.
Malam hari itu Ni Madusari ditemani oleh Nyi Pinjung. Nyi Pinjung dengan senang hati mendampingi Ni Madusari.
Seorang emban dari kedaton Mangir telah memberi tahu bahwa besuk pagi-pagi benar harus sudah mulai dirias. Dua orang perias, besuk sebelum fajar sudah akan datang di bangsal. Nyi Pinjung menyarankan, agar Ni Madusari segera beristirahat, karena seharian tadi tidak beristirahat sama sekali. Dan besuk pun pasti tidak akan sempat beristirahat pula. Sedangkan seorang mempelai harus selalu tampak segar dan bugar. Namun demikian, Ni Pinjung yang adalah Nyi Adisara yang seorang prajurit wanita yang berilmu tinggi harus selalu siaga menjaga keselamatan Gusti Putri Pembayun. Seperti pesan Ki Patih Mandaraka sebelum berangkat mbarang, yakni yang utama adalah keselamatan Gusti Putri Pembayun.
Seperti yang disarankan oleh Nyi Adisara, Gusti Putri Pembayun malam itu harus bisa beristirahat sebaik-baiknya.

Sementara itu, di pendapa kedaton Mangir terjadi kesibukan yang luar biasa. Pendapa itu harus dihias sebaik mungkin karena akan diselenggarakan perhelatan agung. Pernikahan sang penguasa telatah Mangir yang masih perjaka itu harus berlangsung dengan meriah. Mereka harus juga memasang teratak yang tidak sedikit jumlahnya. Demikian pula menata kursi dan meja serta perlengkapan lainnya. Itu semua dipersiapkan hanya dalam satu malam. Seakan seperti kisah Bandung Bandawasa yang membuat Candi Sewu di Prambanan yang hanya dalam satu malam.
Para penari dan para wiyaga, yakni para penabuh gamelan harus pula berlatih kembali malam itu. Ki Sandiguna dan kawan-kawan pun ikut dalam latihan tersebut. Terlebih Ki Sandiguna yang akan mendalang besuk malam. Ia mesti menyelaraskan iringan gending dengan para wiyaga. Karena mereka harus bisa menampilkan yang terbaik besuk pagi.
Mereka memperkirakan, para tamu dan para penonton tentu akan jauh lebih banyak dibandingkan yang kemarin.
Benar saja, kabar tentang akan adanya perhelatan agung esok hari memang telah tersebar luas. Telah Mangir yang tidak terlalu luas itu dengan cepat menerima kabar. Hampir semua orang memperbincangkan pertunjukkan teledek tadi siang dan rencana perhelatan agung esok hari. Mereka tak ingin melewatkan acara tersebut. Mereka juga ingin menyaksikan pentas wayang yang akan dipentaskan besuk malam. Mereka ingin tahu bagaimana pimpinan rombongan teledek yang akan mendalang besuk malam. Ni Inten Pramesti, adik dari Ki Ageng Mangir Wanabaya ikut pula dalam persiapan. Bahkan Ki Ageng Mangir Wanabaya sendiri ikut pula memberi arahan kepada mereka. Ia selalu tersenyum karena hampir semua perangkat dan para pengawal tanah perdikan Mangir ikut terlibat mempersiapkan. Ia sungguh bangga karenanya.
Para demang, para bekel dan para bayan pun telah menerima undangan resmi dari Ki Wanakerta sebagai yang bertanggung jawab. Mereka pun tak ingin melewatkan acara perhelatan agung besuk.
Tak kalah sibuknya mereka yang di dapur. Mereka harus menyiapkan sekian banyak hidangan untuk tamu esok hari. Beruntungnya, mereka tidak kekurangan bahan masakan. Seberapa pun akan mudah didapatkan. Telatah Mangir yang subur mampu mencukupi segala kebutuhan mereka sendiri. Tak kalah sibuknya adalah para jagal. Malam itu mereka memotong lima ekor kerbau jantan yang besar. Karena dikerjakan oleh banyak orang, maka penyembelihan kerbau pun cepat selesai pula.
Demikian pula di alun-alun telah disiapkan pula arena-arena untuk pentas besuk sore.
……….
Bersambung……..

***Tonton pula vidio kontens YouTube kami yang terbaru Seri Ken Sagopi dan Pitutur Jawi. Cari; St Sunaryo di Youtube atau di Facebook maupun di Instagram.