Trah Prabu Brawijaya.
Seri 1068
Mataram.
Ki Ageng Mangir
Wanabaya.
Sementara itu, Ki Patih Mandaraka alias Ki Juru Martani telah menerima dua orang prajurit sandi yang ditempatkan di Mangir. Prajurit sandi itu telah melaporkan secara rinci apa yang terjadi di Mangir. Kedua orang prajurit sandi itu saling melengkapi laporannya. Bahkan sejak baru sampai di Sendang Kasihan sampai saat terakhir berakhirnya pertunjukan wayang. Seperti pesan dari Ki Sandi Sasmita bahwa pernikahan Gusti Putri Pembayun dengan Ki Ageng Mangir Wanabaya atas kesadaran dari Gusti Putri Pembayun sendiri, tidak ada paksaan.
“Apakah ada pesan dari Nini Pembayun…..?” Bertanya Ki Patih Mandaraka karena belum disampaikan oleh dua orang prajurit sandi tersebut.
“Oooh maaf Ki Patih, Nyi Adisara pernah mengatakan bahwa pada saatnya Ki Ageng Mangir Wanabaya akan diajak menghadap Kanjeng Gusti Panembahan Senopati ke Mataram…..!” Berkata salah seorang prajurit sandi itu.
“Baiklah….., saat itulah yang kami tunggu. Harus tetap ada prajurit sandi yang berada di Mangir. Laporkan setiap ada perkembangan….!” Berkata Ki Patih Mandaraka.
“Kapan rombongan Ki Sandinama akan kembali….?” Bertanya Ki Patih Mandaraka kemudian.
“Ki Sandi Sasmita mengatakan akan secepatnya kembali ke Mataram….!”
“Baiklah….! Apakah sudah cukup laporan kalian…..?” Lanjut Ki Patih Mandaraka.
“Sepertinya sudah kami laporkan semuanya Gusti Patih…..!” Jawab salah seorang prajurit sandi.
“Terimakasih….., kembalilah…..!” Berkata Ki Patih Mandaraka.
“Ooh maaf Gusti Patih, apakah kami masih harus menghadap Kanjeng Panembahan Senopati….?” Bertanya salah seorang prajurit sandi
“Sudah cukup, biar aku yang menyampaikannya…..!” Jawab Ki Patih Mandaraka.
Ki Patih Mandaraka segera menghadap Panembahan Senopati di keraton Mataram. Saat itu Kanjeng Panembahan Senopati memang sedang berada di keraton.
“Marilah Uwa….!” Berkata Panembahan Senopati menerima kedatangan dari Ki Patih Mandaraka.
Setelah saling berkabar keselamatan sesuai sopan santun keraton, Ki Patih Mandaraka kemudian menyampaikan kabar tentang Mangir seperti yang telah disampaikan oleh prajurit sandi.
“Terimakasih Uwa, Danang tidak menyalahkan Putri Pembayun. Namun rencana semula tetap tidak boleh ditinggalkan. Telatah Mangir harus menjadi bagian dari Mataram. Tidak ada negeri di dalam negeri….!” Tanggapan dari Kanjeng Panembahan Senopati.
“Nini Pembayun juga telah merencanakan untuk mengajak Ki Ageng Mangir Wanabaya untuk menghadap ke Mataram, seorang menantu menghadap kepada mertua….!” Imbuh Ki Patih Mandaraka.
“Ya Uwa….., saat itu kita tunggu….!” Berkata Kanjeng Panembahan Senopati.
“Tetapi saat menghadap itu belum tentu dalam waktu dekat….!” Berkata Ki Patih Mandaraka kemudian.
“Ya tidak apa-apa Uwa. Kita sabar menanti…! Berkata Panembahan Senopati.
Dalam kesempatan itu, Panembahan Senopati juga memperbincangkan tentang bangsa kulit putih yang telah kembali membangun barak di telatah Sunda Kelapa. Namun belum terpikirkan untuk mengusir mereka dari telatah tersebut.
“Kita perkuat dulu kesatuan bang kulon, bang tengah dan bang wetan….!” Saran dari Ki Patih Mandaraka yang telah semakin Sepuh itu.
“Ya Uwa….!” Jawab Kanjeng Panembahan Senopati.
Sementara itu rombongan Ki Sandinama, yakni; Ki Sandinama sendiri, Ki Sandi Sasmita, Nyi Adisara, Ki Jaya Supanta dan Ki Suradipa yang menjadi rombongan teledek telah moWanabaya kepada Ki Ageng Mangir Wanabaya dan Nyi Ageng Mangir Wanabaya untuk pulang ke dusun Gendingan Kalasan. Mereka masih menyembunyikan jati diri mereka. Bahwa sesungguhnya mereka dari keraton Mataram. Biarlah nanti Gusti Putri Pembayun yang juga menamakan Ni Madusari yang membuka diri.
“Titip salam bakti untuk bapak simbok di Kalasan, Paman….!” Berkata Gusti Putri Pembayun yang kini menjadi Nyi Ageng Mangir Wanabaya.
“Demikian sungkemku untuk bapak simbok mertua di Kalasan. Suatu saat kami akan sowan ke Kalasan….!” Berkata Ki Ageng Mangir Wanabaya.
………
Bersambung……..
***Tonton pula vidio kontens YouTube kami yang terbaru Seri Ken Sagopi dan Pitutur Jawi. Cari; St Sunaryo di Youtube atau di Facebook maupun di Instagram.