Home » Cerbung » Penerus Trah Prabu Brawijaya-Part#1072

Penerus Trah Prabu Brawijaya-Part#1072

trah prabu brawijaya

Trah Prabu Brawijaya.
Seri 1072
Mataram.
Ki Ageng Mangir
Wanabaya.

Alam di sekitar Sendang Kasihan memang sungguh sejuk rindang teduh adem. Siapa pun akan kerasan menikmati indahnya alam di sekitar sendang itu. Ki Ageng Mangir Wanabaya memilih untuk duduk di sebuah akar pohon besar di sisi atas dari sendang itu. Dari sana ia leluasa memperhatikan ke segala arah.
“Ayo mbok ikut mandi. Aku mandi di pancuran, kalian bisa di sendangnya…..!” Ajak Nyi Ageng Mangir Wanabaya.
“Gantian saja…..! Kalian berdua boleh mandi, aku menunggui dulu…..!” Mbok emban inang pengasuh yang paling tua menawarkan.
Setelah menempuh perjalanan beberapa saat, mereka pasti gerah dan berkeringat. Air sendang yang jernih sangat menggoda untuk mandi. Dua orang mbok emban pun tak menolak untuk mandi terlebih dahulu. Namun mereka memilih yang memakai gayung batok kelapa, bukan terjun masuk ke sendang.
Nyi Ageng Mangir Wanabaya telah menikmati sejuknya air pancuran yang tidak terlalu deras. Namun sungguh pas menerpa punggung putih mulus dari sang putri. Ia pun sangat menikmati sejuknya air pancuran. Ia elus perutnya yang baru mulai membuncit. Seakan ia elus sang jabang bayi yang ada di rahimnya. “Nikmati sejuknya air pancuran ini, buah hati ku…..!” Batinnya. Nyi Ageng Mangir Wanabaya sangat puas karena keinginannya terpenuhi.
Dua orang mbok emban yang lain pun menikmati sejuk segarnya air sendang. Walaupun di sekitar kedaton Mangir juga ada belik yang airnya jernih yang berada di tepi sungai kecil, namun mandi di Sendang Kasihan itu terasa beda. Tentu saja mereka mandi basahan dengan kemben – kain jarik yang masih melilit tubuhnya. Namun demikian, lekuk tubuhnya tetap tercetak di kain yang basah. Namun demikian tempat itu tempat yang terlindung tak akan ada yang bisa melihatnya. Sedangkan mbok emban yang paling tua menunggui tak jauh dari pancuran tempat Nyi Ageng Mangir sedang mandi. Gemericiknya air pancuran terdengar merdu dari tempat itu.
Ki ageng Mangir Wanabaya pun ikut menikmati sejuk segarnya alam di sekitar sendang itu. Ia duduk di bawah pohon besar yang rindang.
Namun tiba-tiba ia mendengar jeritan dari arah pancuran, jeritan sang istri.
“Tolooong…..!”
Ki Ageng Mangir Wanabaya secepat kilat meloncat bagai terbang dan tiba di pancuran.
Mbok emban yang lain pun segera mendatangi Nyi Ageng Mangir Wanabaya.
“Ada apa Nyi…..?” Bertanya Ki Ageng Mangir yang melihat sang istri ketakutan.
“Ul… ul…ulaaar….! Itu….!” Berkata Nyi Ageng Mangir Wanabaya terbata sambil menunjuk ke bawah akar pohon. Dan memang benar di bawah akar itu ada ular yang cukup besar.
“Tenang saja Nyi….! Biar aku tangkapnya ular itu…..!” Berkata Ki Ageng Mangir Wanabaya.
“Jangan Kangmas….! Marilah kita pulang saja….!” Bujuk Nyi Ageng Mangir Wanabaya yang ketakutan. Dan takut pula akan keselamatan sang suami.
Nyi Ageng Mangir pun segera membenahi pakaiannya yang tidak utuh yang membelit sebagian tubuhnya.
Ki Ageng Mangir pun tersenyum kecil agar sang istri menjadi tenang.
Namun Ki Ageng Mangir Wanabaya memang ingin menyingkirkan ular yang cukup besar itu. Tetapi ia tidak akan membunuhnya. Jika ular itu dibiarkan tetap di situ, tentu akan membuat takut orang-orang yang akan mandi nantinya. Dan mungkin sekali ular itu akan dibunuh orang. Para mbok emban pun ikut merubung tempat itu.
Ular yang cukup besar itu sebagian tubuhnya melingkar dan kepalanya menjulur melihat orang yang mendekat. Ekornya pun kopat-kapit bergerak ke kiri ke kanan seakan memperingatkan seseorang agar jangan mendekat. Namun Ki Ageng Mangir Wanabaya dengan tenang mendekati ular itu.
“Jangan Kangmaaas…..!” Seru sang istri yang khawatir akan keselamatan sang suami.
“Tenang saja Nyi…..!” Berkata Ki Ageng Mangir Wanabaya dengan tenang.
Kini kepala ular menjulur lebih tinggi, dan kemudian condong ke belakang. Ki Ageng Mangir Wanabaya tahu bahwa ular berancang-ancang untuk menyerang dengan jangkauan yang lebih panjang.
………..
Bersambung……..

***Tonton pula vidio kontens YouTube kami yang terbaru Seri Ken Sagopi dan Pitutur Jawi. Cari; St Sunaryo di Youtube atau di Facebook maupun di Instagram.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *