Trah Prabu Brawijaya.
Seri 1074
Mataram.
Ki Ageng Mangir
Wanabaya.
Di saat negeri Mataram yang tenang tidak bergejolak itu, Kanjeng Panembahan Senopati ingin nganglang – ingin pergi ke bang wetan dengan menyamar sebagai seorang pengembara. Tujuannya jelas, ke seberang laut di timur pulau ini, Pulau Bali.
Selama ini, Bali belum tersentuh oleh kuasa Mataram. Ia ingin menjajagi kemungkinan untuk menjalin hubungan dengan penguasa negeri itu. Yang ia dengar, di pulau itu banyak para punggawa dan narapraja Majapahit ketika bedah Majapahit dahulu yang melarikan diri ke pulau itu. Dan kemudian mereka tidak kembali ke Majapahit dan menetap di sana. Mereka mempertahankan keyakinan yang mereka anut sejak di Majapahit.
Ia ingin pergi seorang diri dengan menunggang kuda yang biasa saja. Jika ia menunggang kuda yang teji dan bagus tentu akan menarik perhatian di sepanjang perjalanan sehingga bisa mengganggu perjalanan. Ia pun tak mengkhawatirkan keselamatan diri. Ia akan mampu melindungi dirinya sendiri. Pada masa mudanya ia gemar berpetualang untuk menuntut ilmu.
Sebelum berangkat, ia telah banyak berbincang dengan Ki Patih Mandaraka. Terutama tentang pemerintahan Mataram. Demikian pula kepada sang putra Mahkota, Raden Mas Jolang. Ia ingin memberi kesempatan kepada putranya itu untuk belajar menangani pemerintahan. “Banyaklah minta bimbingan kepada eyangmu, Ki Patih Mandaraka…..!” Pesan Kanjeng Panembahan Senopati sebelum berangkat.
“Baik Kanjeng Rama…..!” Jawab Raden Mas Jolang.
“Dua lapan lagi akan ada pasewakan agung. Seluruh Adipati dan para senopati kita harapkan kehadirannya. Kau urus para utusan untuk mengingatkan para adipati. Dan perintahkan senopati agung untuk menghadirkan para senopati saat nanti…..!” Perintah Kanjeng Panembahan Senopati selanjutnya.
Di rencanakan ia akan kembali ke Mataram sebelum pasewakan agung, dua lapan lagi.
Kanjeng Panembahan Senopati juga telah berpesan kepada Baron Sekeber untuk membuat taman yang indah di salah satu keputren tempat tinggal istri selirnya. Baron Sekeber diajaknya mengelilingi tempat yang akan dibuat taman berserta kelengkapannya.
“Di tempat yang cekung itu cocok jika dibuat sendang untuk pemandian. Bisa dibuat pancuran pula….!” Usul dari Baron Sekeber.
“Aku percayakan kepadamu. Buatlah taman yang indah seperti di negerimu dahulu…..!” Berkata Kanjeng Panembahan Senopati.
“Baik Kanjeng, akan kami laksanakan sebaik mungkin….!” Jawab Baron Sekeber.
“Aku akan meninggalkan Mataram untuk beberapa waktu. Jika ada permasalahan silahkan berhubungan dengan Uwa Patih Mandaraka….!” Lanjut Kanjeng Panembahan Senopati.
“Baik Kanjeng….!” Jawab Baron Sekeber.
Baron Sekeber masih banyak menyampaikan gagasannya untuk membuat taman yang indah di kaputren tersebut.
“Jangan khawatirkan tentang biaya yang harus ditanggung. Nanti bisa berhubungan dengan Mas Jolang….!” Lanjut Kanjeng Panembahan Senopati.
Namun akhirnya Kanjeng Panembahan Senopati benar-benar meninggalkan Mataram. Matahari belum semburat merah ketika seorang yang berpenampilan sebagai sebagai seorang pengembara berkuda ke arah timur. Tak seorang pun yang mengetahui bahwa ia adalah Kanjeng Panembahan Senopati sendiri. Kanjeng Panembahan Senopati ingin mengenang masa-masa mudanya, berkelana. Namun sekarang tujuannya jelas, Pulau Bali yang mulai dikenal sebagai pulau Dewata. Kanjeng Panembahan Senopati sendiri belum pernah sampai ke pulau itu. Namun ia sudah banyak bertanya kepada prajurit sandinya yang ia tempatkan di sana. Jalan-jalan yang harus ditempuh dan nantinya harus menyeberangi lautan dengan perahu.
Ia pun telah berpesan kepada prajurit sandi itu bahwa ia akan menemui prajurit sandi yang ada di sana.
Dua orang prajurit sandi telah mendahului berangkat sejak kemarin petang. Ia akan memberikan tanda-tanda sandi di setiap tikungan yang perlu atau di tempat-tempat yang diperlukan.
………..
Bersambung……..
***Tonton pula vidio kontens YouTube kami yang terbaru Seri Ken Sagopi dan Pitutur Jawi. Cari; St Sunaryo di Youtube atau di Facebook maupun di Instagram.