Trah Prabu Brawijaya.
Seri 1091
Mataram.
Ki Ageng Mangir
Wanabaya.
Baron Sekeber diantar oleh prajurit jaga menuju ke taman bagian belakang dari kepatihan. Taman yang sejuk rimbun yang sedikit jauh dari bangunan utama.
Baron Sekeber terkejut ketika mengetahui bahwa Kanjeng Panembahan Senopati juga berada di kepatihan – tempat tinggal Ki Patih Mandaraka di taman itu Namun ia berusaha bersikap sewajarnya walau hatinya berdebar- debat. Ia hanya heran mengapa prajurit tadi tidak mengatakan bahwa Kanjeng Panembahan Senopati berada di kepatihan pula. Bagaimana pun juga peristiwa di bangsal kaputren tetap menghantuinya. Ia merasa sangat bersalah.
Setelah saling berkabar keselamatan selaras dengan adat istiadat keraton, Ki Patih Mandaraka-lah mengatakan bahwa yang memanggil Baron Sekeber bukan dirinya, tetapi Kanjeng Panembahan Senopati sendiri yang kebetulan berada di kepatihan.
“Daulat Gusti Patih….!” Jawab Baron Sekeber yang telah fasih berbahasa Jawa secara halus.
Baron Sekeber tetap berusaha untuk bersikap sewajarnya. Ia yakin bahwa Gusti Anem tidak akan mengatakan kepada siapa pun peristiwa malam itu. Karena hal itu juga akan mempermalukan dirinya sendiri.
Kanjeng Panembahan Senopati tak ingin banyak berbasa-basi. Kemudian ia bertanya kepada Baron Sekeber apakah Baron Sekeber pernah memiliki dan bisa menggunakan senjata ledak. Baron Sekeber heran karena perbincangannya justru tentang senjata ledak. Bukan masalah taman atau bangunan yang sedang dikerjakan. Namun demikian Baron Sekeber berkata jujur bahwa ia bisa dan pernah menggunakan senjata ledak. Karena dahulu ketika berlayar dengan kapal bersama dengan kawan-kawannya, mereka juga dipersenjatai dengan senjata ledak tersebut. Namun seluruh senjata itu telah terhempas badai bersama kapal yang mereka tumpangi. Kapal hancur dan seluruh isinya tenggelam di laut, termasuk senjata-senjata ledak yang puluhan jumlahnya bersama dengan para pemiliknya. Ia belum mengerti arah pembicaraan dari Kanjeng Panembahan Senopati. Ketika kemudian Kanjeng Panembahan Senopati mengeluarkan sepucuk senjata ledak yang tadi telah dibungkus dengan kain. Baron Sekeber terkejut karena senjata itu mirip dengan yang ia miliki dahulu. Namun ia juga heran bagaimana Kanjeng Panembahan Senopati bisa memiliki senjata itu.
Kanjeng Panembahan Senopati kemudian mengatakan bahwa ia ingin tahu caranya, bagaimana menggunakan senjata itu. Dengan senang hati Baron Sekeber memberi tahukan cara penggunaan senjata ledak tersebut. Ia mengatakan bahwa senjata itu harus dipasang peluru terlebih dahulu di tempat yang telah ada.
“Apakah peluru seperti yang kau sebut seperti ini…..?” Bertanya Kanjeng Panembahan Senopati sambil memperlihatkan peluru yang dimaksud.
“Benar Kanjeng Panembahan…..!” Jawab Baron Sekeber.
“Coba pasangkan dan beri tahu kepadaku cara penggunaannya…!” Lanjut Kanjeng Panembahan Senopati.
Tanpa ragu, bahkan bangga Baron Sekeber memberi tahukan caranya. Bahkan harus dikokang terlebih dahulu senjata itu. Ada tuas yang cukup panjang yang harus ditarik terlebih dahulu.
“Jika sudah seperti ini, senjata ini telah siap diledakkan dengan menarik pelatuk ini…..!” Berkata Baron Sekeber.
Baron Sekeber juga mengatakan bahwa agar arahnya tepat sasaran maka harus dilihat dengan memicingkan sebelah mata dengan melihat sari lingkaran kecil yang ada di bagian atas dari senjata itu.
“Demikian caranya….!” Berkata Baron Sekeber sambil memberi contoh.
Kanjeng Panembahan Senopati kemudian mencoba seperti yang dicontohkan oleh Baron Sekeber. Ia mencoba dengan mengarahkan moncong senjata itu ke arah Baron Sekeber. Baron Sekeber bersikap tenang karena tidak mungkin Kanjeng Panembahan Senopati akan menarik pelatuk senjata itu. Namun yang dikira tidak mungkin itu benar-benar terjadi. Terdengar suara letusan yang keras. Berbarengan dengan itu Baron Sekeber terkapar di tanah.
“Kanjeng Panembahan…..!” Seru Ki Patih Mandaraka.
Bersambung……..
***Tonton pula vidio kontens YouTube kami yang terbaru Seri Ken Sagopi dan Pitutur Jawi. Cari; St Sunaryo di Youtube atau di Facebook maupun di Instagram.