Penerus Trah Prabu Brawijaya-Part#1118

trah prabu brawijaya

Trah Prabu Brawijaya.
Seri 1118
Mataram.
Sinuhun Hanyakrawati.

Senjata bandil tidak bisa dijadikan senjata utama. Bandil hanya bisa digunakan untuk mengganggu atau menghambat laju lawan. Batu-batu yang dilontarkan jarang bisa membunuh lawan. Tetapi bisa melukai lawan karena batu-batu itu hanya bisa ditangkis dengan tameng. Pasukan bandil itu tetap dilengkapi dengan senjata yang lain seperti pedang dan tombak.

Hari ke dua belas sebelum bulan purnama telah tiba. Pasukan Mataram telah bersiaga. Kali ini Mataram benar-benar mengerahkan pasukan yang cukup banyak untuk mengimbangi atau bahkan melebihi gabungan pasukan Demak. Para petinggi Mataram telah mendengar bahwa pasukan gabungan Demak akan menyerbu Mataram pada saat sehari menjelang bulan purnama. Mereka tidak ingin pasukan Demak menyerbu Mataram. Pasukan Mataram-lah yang akan menyerbu Demak.
Pasukan dari pegunungan Sewu pimpinan Ki Tambakbaya putra Ki Ageng Giring pun telah tiba. Ada dua belas bregada prajurit yang terdiri para pengawal pilihan. Walaupun kebanyakan dari mereka belum berpengalaman dalam perang yang sesungguhnya, namun mereka telah digembleng langsung oleh Ki Tambakbaya.
Pasukan dari Menoreh pun telah tiba di Mataram pula. Ki Gede Menoreh yang muda yang memimpin pasukan yang cukup besar itu. Ada lebih dari tiga puluh bregada prajurit dari Menoreh yang telah tiba di Mataram.
Demikian pula pasukan dari Bagelen yang seimbang dengan pasukan Menoreh telah tiba pula di Mataram. Berdatangan pula para pengawal kademangan dari sekitar Mataram yang ikut bergabung dengan pasukan Mataram.
Telah berangkat pula para murid dari perguruan Kaliangkrik, dari Bukit Tidar dan dari Lembah Merapi Merbabu. Mereka akan berkumpul di sekitar Kopeng. Telah ikut bergabung pula para murid dan guru mereka dari beberapa perguruan dari sekitar gunung Merapi dan Merbabu. Bagi mereka, saat itu menjadi kesempatan yang baik untuk unjuk kemampuan tanpa harus berselisih dengan perguruan-perguruan lain. Sedangkan pasukan Banyubiru telah bersiaga di tepi Rawapening. Mereka akan langsung menuju gunung Kendeng pada saat yang telah disepakati.
Demikian pula pasukan dari Panjang juga akan langsung menuju gunung Kendeng. Mereka akan bergabung dengan pasukan dari barak prajurit dari Jatinom di sekitar Sela dan kemudian berangkat bersama.
Pasukan berkuda dari Blambangan juga sudah meninggalkan Blambangan. Walaupun bukan pasukan yang besar, namun terdiri dari para prajurit pipilihan. Mereka dipimpin oleh seorang senopati andalan dari Blambangan, Menak Sakti. Prabu Siung laut ingin membantu sang menantu, Raden Mas Jolang yang kini sebagai Sinuhun Hanyakrawati. Putri Sedah Merah – putri dari Prabu Siung laut telah disunting oleh Raden Mas Jolang. Sang Prabu Siung Laut yang sudah sepuh itu tidak ikut pergi ke medan laga.

Sementara itu, Adipati Demak – Pangeran Puger geram bahkan mengumpat-umpat. Ia telah menerima laporan bahwa pasukan Mataram telah berangkat menuju Demak sebelum pasukan gabungan dari Demak berkumpul. Karena rencana mereka akan menyerbu Mataram menjelang bulan purnama. Dengan marah sang adipati segera memerintahkan kepada Ki Gending dan Ki Panjer untuk segera menyiapkan pasukan. Demikian pula pasukan dari beberapa kadipaten harus segera mengirimkan pasukan ke Demak. Dalam dua tiga hari mereka sudah harus berkumpul di Demak.
Demikian pula Adipati Demak segera memerintahkan kepada Ki Tandanegara untuk menyiapkan pasukan Demak sebanyak yang bisa dihimpun. Ki Tandanegara marah besar kepada senopati telik sandi dari Demak yang lalai dan abai terhadap pasukan lawan. Pasukan Mataram terlambat diketahui bahwa akan menyerbu Demak. Diketahui setelah mereka berangkat ke medan laga, maju sepuluh hari dari rencana penyerbuan pasukan Demak ke Mataram.
Bersambung……..

***Tonton pula vidio kontens YouTube kami yang terbaru Seri Ken Sagopi dan Pitutur Jawi. Cari; St Sunaryo di Youtube atau di Facebook maupun di Instagram.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *