Trah Prabu Brawijaya.
Seri 1166
Mataram.
Sinuhun Hanyakrawati.
Dalam pada itu, Pangeran Jagaraga di Ponorogo sedang mengumpulkan para warok di pendapa kadipaten. Para warok yang berkumpul cukup banyak. Para warok yang memiliki ilmu kanuragan dan jaya kawijayan yang tinggi. Mereka pun dikenal memiliki kesetiaan yang tinggi terhadap negeri. Dalam hal ini negeri Ponorogo sebagai sebuah kadipaten. Pangeran Jayaraga tahu hal itu. Mereka adalah kekuatan bagi Ponorogo yang tidak bisa dikesampingkan. Apalagi jika melibatkan para murid dari para warok tersebut. Kebanyakan dari para murid dari para warok tersebut adalah para para pemain reog dan tentu saja juga pada pemain barong. Hampir semua pemain reog dan pemain barong tersebut memiliki ketahan tubuh yang kuat. Dan mereka pun dibekali ilmu olah kanuragan oleh para warok. Para warok yang hampir semua bersenjata cambuk itu akan sulit ditandingi oleh lawan yang bersenjata lebih pendek. Apalagi jika cambuk itu di tangan orang yang berilmu tinggi.
Pangeran Jayaraga mengutarakan niatnya untuk mengangkat harkat dan martabat negeri Ponorogo. Ponorogo adalah kadipaten yang kuat. Mereka tidak perlu tunduk kepada Mataram. Bahkan Mataram yang harus tunduk kepada Ponorogo. Apalagi jika para warok bersama para muridnya bergabung dengan para prajurit Ponorogo tentu akan menjadi kekuatan yang tangguh. Diutarakan pula oleh Pangeran Jayaraga bahwa ia telah menghubungi kadipaten-kadipaten tetangga seperti, kadipaten Trenggalek, kadipaten Pacitan dan kadipaten Tulungagung. Semua kadipaten tersebut telah bersepakat untuk bergabung menyatukan kekuatan untuk menyerbu Mataram. Para pimpinan kadipaten-kadipaten tersebut juga akan melibatkan para warok dan para muridnya seperti di Ponorogo ini. Para warok pun senang dan bangga dilibatkan untuk ikut bela negeri.
“Kami dukung niat dari Kanjeng Adipati Jayaraga. Selama ini kami para warok belum pernah dilibatkan untuk ikut bela negeri…..!” Berkata warok Ki Suranggala yang disegani oleh para warok lainnya.
“Bagus…..! Itulah yang kami harapkan. Dalam waktu dekat tekat ini akan kita wujudkan. Di kadipaten-kadipaten tetangga saat juga sedang menggalang kekuatan seperti ini Jika kita bergabung, Mataram tidak akan mampu menghadang kita…..!” Berkata Pangeran Jayaraga sebagai adipati Ponorogo.
“Kami masing-masing memiliki puluhan bahkan ada yang lebih dari seratusan murid, Kanjeng….!” Berkata warok Ki Dipasura.
“Terimakasih Ki Dipa. Sepekan lagi kita berkumpul di alun-alun sambil menunggu pasukan dari kadipaten tetangga. Kita bisa gladi bersama para prajurit…..!” Berkata Pangeran Jayaraga.
Hampir semua warok tumbuh gairah yang tinggi untuk ikut bela negeri. Mereka membayangkan, Ponorogo akan menjadi pusat pemerintahan di tlatah wetan. Mereka akan mengangkat kembali kejayaan masa lalu seperti negeri Majapahit atau Singasari ataupun Kediri.
“Kita pasti mampu berjaya kembali seperti pada zaman Majapahit….!” Berkata Pangeran Jayaraga menumbuhkan semangat dan tekat.
Dalam pada itu, selagi mereka berbincang, datang dengan terengah-engah seorang prajurit yang basah oleh keringat. Pangeran Jayaraga tidak segera mengenali siapa yang datang tersebut.
“Menghaturkan bakti, Kanjeng Pangeran. Hamba adalah prajurit telik sandi yang bertugas di Mataram….!” Berkata orang yang baru datang tersebut.
Setelah saling berkabar keselamatan sesuai adat yang berlaku. Pangeran Jayaraga segera minta kepada prajurit tersebut untuk menyampaikan apa yang akan diutarakan.
Dengan nafas yang masih terengah-engah, prajurit itu menyampaikan bahwa pasukan berkuda dari Mataram yang jumlahnya cukup banyak sedang dalam perjalanan menuju Ponorogo. Ia, prajurit itu telah mendengar bahwa pasukan berkuda itu akan menyerbu Mataram. Dan kemungkinan sekali, pasukan itu telah memasuki telatah Ponorogo saat ini.
Bersambung……..
***Tonton pula vidio kontens YouTube kami yang terbaru Seri Ken Sagopi dan Pitutur Jawi. Cari; St Sunaryo di Youtube atau di Facebook maupun di Instagram.

