Penerus Trah Prabu Brawijaya-Part#1178

trah prabu brawijaya

Trah Prabu Brawijaya.
Seri 1178
Mataram.
Sinuhun Hanyakrawati.

Mereka, para penghuni keraton yang kebanyakan para wanita itu ketakutan. Mereka mengira ada pohon atau bangunan yang disambar geledek. Namun herannya saat itu tidak ada hujan tidak ada angin. Sebelumnya mereka sudah mendengar sayup-sayup ledakan cambuk. Namun yang terakhir tadi sungguh sangat berbeda dengan sebelumnya.
Pangeran Jayaraga tak mengira sama sekali, warok andalannya tak mampu menandingi senopati Mataram. Ia masih terpaku di pendapa keraton Ponorogo. Sedangkan dua orang senopati pengapitnya pun tidak melakukan seperti yang direncanakan. Ia telah merencanakan untuk meringkus anak muda yang kemudian ia ketahui sebagai calon putra mahkota keraton Mataram, dia adalah Raden Mas Rangsang. Karena tidak seperti yang diperkirakan, bahwa Ki Suranggala akan membinasakan lawannya dan kemudian mengarahkan cambuknya ke arah para prajurit Mataram yang menyaksikan. Dan baru kemudian mereka berdua akan meringkus Raden Mas Rangsang. Namun yang terjadi justru sebaliknya.
Yang terjadi adalah, cambuk milik Ki Suranggala rantas – hancur, sedang tangkainya terlepas dari genggaman Ki Suranggala. Sedangkan Ki Suranggala sendiri terpental jatuh terjengkang kebelakang. Ia masih mampu mengerang kesakitan. Namun tak mampu untuk berdiri. Terlihat telapak tangan kanannya gosong seperti terbakar. Tangan yang sebelumnya memegang tangkai cambuk miliknya. Ki Suranggala gemetar, membayangkan jika cambuk lawannya itu diarahkan ke tubuhnya, pasti sudah hancur menjadi sak walang-walang – tercerai berai menjadi kecil-kecil sekecil belalang. Sedangkan lawannya masih berdiri kokoh tegap sambil memegang cambuknya yang tidak lebih panjang dari cambuk milik Ki Suranggala. Jika lawannya itu menghendaki untuk menghantamkan cambuknya ke dirinya, tentu ia tak akan mampu memberi perlawanan apapun. Dan bahkan jika cambuk lawannya itu dihantam ke pendapa keraton Ponorogo pasti akan hancur.
Tiba-tiba Ki Suranggala berkata dengan terbata-bata; “Aku menyerah senopati bercambuk dari Mataram….!”
“Baiklah Ki…..! Lukamu itu masih bisa disembuhkan….!” Jawab orang bercambuk yang lansing namun kokoh itu.
Baru beberapa saat kemudian terdengar sorak sorai dari para prajurit Mataram. Mereka memang terlambat menyadari apa yang sesungguhnya terjadi. Karena mereka pun juga terguncang ketika mendengar gelegar beradunya dua ilmu lewat juntai cambuk dari dua orang yang sakti Mandraguna.
“Jaya Mataram….. jaya Mataram….. jaya Mataram…..!” Bersahut-sahutan.
Bahkan yang di alun-alun pun ikut berteriak bersahut-sahutan pula. Walau mereka tidak tahu apa yang terjadi, namun mereka bisa memastikan bahwa Mataram telah unggul.
Ketika Pangeran Jayaraga dan dua orang pengapitnya masih terpaku di pendapa keraton Ponorogo, pendapa itu telah dikepung oleh para prajurit Mataram dari segala arah. Hampir tidak mungkin ketiga orang petinggi Ponorogo itu memberi perlawanan.
Bahkan ketika kemudian Raden Mas Rangsang berjalan mendekatinya dengan diiringi beberapa senopati Mataram. Juga terlihat pula orang bercambuk yang baru saja melumpuhkan Ki Suranggala itu mengirimgi Raden Mas Rangsang. Jika mereka mengadakan perlawanan, sama saja dengan bunuh diri.
“Menghaturkan sembah bakti Paman Pangeran Jayaraga…..!” Sapa Raden Mas Rangsang dengan sopan.
“Oooh…. Raden….!” Jawab Pangeran Jayaraga canggung karena tidak mengira akan mendapat perlakuan sopan dan hormat dari Raden Mas Rangsang. Ia mengira akan mendapat perlakuan kasar dan umpatan kebencian, namun yang terjadi justru sebaliknya.
“Kami menyerah, Raden…..!” Lanjut Pangeran Jayaraga.
“Sembah bakti kami belum diterima, Paman…..!” Berkata Raden Mas Rangsang dengan tersenyum.
“Ooh yaaa…. Raden….! Kami terima dengan senang hati bakti Raden kepada pamanmu ini….!” Berkata Pangeran Jayaraga.
Bersambung……..

***Tonton pula vidio kontens YouTube kami yang terbaru Seri Ken Sagopi dan Pitutur Jawi. Cari; St Sunaryo di Youtube atau di Facebook maupun di Instagram.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *