Penerus Trah Prabu Brawijaya-Part#1198

trah prabu brawijaya

Trah Prabu Brawijaya.
Seri 1198
Mataram.
Sultan Agung Hanyakrakusuma.

Raden Mas Rangsang percaya dengan rancangan dari Ki Patih Mandaraka tersebut. Harapannya jika rancangan itu berjalan jangan sampai menimbulkan gejolak. Oleh karena itu ia sepakat dengan Ki Patih Mandaraka bahwa batu dan daun jangan sampai mendengar. Biarlah wisuda besuk berjalan sesuai rencana.
Yang merasa keheranan adalah Ki Tumenggung Singaranu. Bagaimana mungkin Ki Patih Mandaraka merestui wisuda nata bagi Pangeran Martapura yang jiwanya tidak sehat. Bahkan jauh dari kewajaran sebagai seorang anak muda. Ia pun heran kepada Raden Mas Rangsang, mengapa dia pun tidak mencegah wisuda nata di hari besuk. Bahkan Ki Tumenggung Mandurareja yang sebagai putra dari Ki Patih Mandaraka pun heran, mengapa ayahandanya merestui wisuda nata besuk. Dan bahkan ia yang dipercaya sebagai yang bertanggung jawab atas terselenggaranya perhelatan agung tersebut. Namun sebelumnya diselenggarakan tata upacara penghormatan terakhir sebelum jasad Sinuhun Hanyakrawati disemayamkan.
Garwa Selir selalu mendekati Ki Tumenggung Mandurareja untuk meyakinkan bahwa wisuda nata pasti akan terselenggara.
Sementara malam semakin larut. Namun kawula Mataram yang ikut tuguran di pendapa keraton Mataram masih berjubel. Mereka pun berbincang tentang berbagai hal. Namun yang selalu menjadi pertanyaan adalah, bagaimana mungkin Sinuhun Hanyakrawati yang berilmu tinggi itu seakan begitu mudah gugur di krapyak – kandang kijang. Dan bagaimana mungkin tidak ada yang menyaksikan kejadian itu. Namun itulah yang telah terjadi. Raja mereka yang mereka cintai telah terbaring diam di pendapa keraton. Walau dengan berat hati, mereka harus merelakan kepergian sang raja. Namun perbincangan yang merebak hampir diseluruh pendapa, dan bahkan mungkin sampai kepelosok negeri adalah rencana wisuda nata setelah pemakaman besuk. Dan yang akan menggantikan Sinuhun Hanyakrawati adalah Raden Mas Wuryah dengan gelar Pangeran Martapura. Mereka semua tahu keadaan sang pangeran tersebut.
Bahkan mereka prihatin ketika melihat Pangeran Martapura berjalan hilir mudik sambil tersenyum-senyum sendiri. Bahkan sering pula ngomyang – omong sendiri ngelantur asal ucap. Berpakaiannya pun asal-asalan walau bahannya dari kain batik tulis yang tentu saja sangat mahal. Kerisnya pun bertereteskan emas berlian, tentu sebuah benda pusaka yang sangat bernilai. Itu pasti ibundanya yang mendandani.
“Besuk beliau itu akan menjadi raja kita….!” Bisik-bisik banyak orang di setiap sudut pendapa. Yang lain pun hanya menganguk-angguk tak memberi tanggapan, takut salah.
Namun dari jarak yang tidak terlalu jauh, seorang senopati kepercayaan Garwa Selir selalu mengawasi polah tingkah dari Pangeran Martapura. Ia yang bertanggung jawab atas keselamatan dari calon raja tersebut. Namun dalam kekurangannya, Pangeran Martapura tidak pernah berbuat onar yang mengganggu ketertiban. Namun demikian, hampir semua sentana – trah dari Ki Ageng Pemanahan yang mendirikan keraton Mataram ini sangat prihatin. Bagaimana mungkin, negeri yang harus membabat hutan Alas Mentaok dengan penuh perjuangan itu, kini akan dipimpin oleh seorang yang kurang waras. Tak kurang para sentana di Mataram yang mumpuni untuk memimpin negeri ini. Tetapi bukan Pangeran Martapura itu. Dan mereka menilai yang paling layak dan paling berhak adalah Raden Mas Rangsang. Namun mereka mereka mengira bahwa Raden Mas tidak peduli bahwa waris tahta tidak jatuh padanya. Sepertinya tidak ada upaya sedikitpun untuk menggagalkan wisuda nata esok hari. Negeri ini harus menerima kenyataan akan dipimpin oleh orang yang kurang genap kejiwaannya. Mereka bahkan hampir semua orang khawatir, Mataram tidak lagi memiliki wibawa terhadap negeri-negeri yang selama ini bernaung di bawah kuasa Mataram.
Bersambung……..

***Tonton pula vidio kontens YouTube kami yang terbaru Seri Ken Sagopi dan Pitutur Jawi. Cari; St Sunaryo di Youtube atau di Facebook maupun di Instagram.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *