Penerus Trah Prabu Brawijaya-Part#1216

trah prabu brawijaya

Trah Prabu Brawijaya.
Seri 1216
Mataram.
Sultan Agung Hanyakrakusuma.

Setelah beberapa waktu, di kadipaten-kadipaten telah terbentuk pasukan berkuda. Paling tidak, setiap kadipaten terdapat empat atau lima bregada prajurit berkuda. Namun, para prajurit itu memerlukan gladi perang yang lebih berat. Jika nantinya terlibat dalam peperangan yang sesungguhnya tidak akan canggung lagi. Dalam suatu kesempatan, setiap kadipaten diminta untuk mengirim bregada prajurit berkuda untuk gladi perang yang terpusat di Mataram.
Benar saja, bregada-bregada prajurit berkuda itu kini telah berdatangan di Mataram. Namun untuk gladi perang akan tetap dilaksanakan di Lipura. Karena di Lipura telah lengkap segala keperluan untuk berlatih menunggang kuda. Bahkan telah komplit pula perlengkapan untuk gladi perang.
Para prajurit pun senang dan berbangga bisa ikut bergabung dalam gladi perang bersama para prajurit dari berbagai kadipaten di negeri Mataram ini. Mereka sudah mendengar bahkan sudah tahu bahwa pasukan berkuda dari Mataram sungguh tangguh. Dalam setiap pertempuran selalu dapat menaklukkan lawan. Bahkan lawan yang jauh lebih banyak jumlah prajuritnya. Oleh karena itu, mereka ingin seperti prajurit Mataram itu.
Kini padang rumput yang cukup luas di Lipura itu telah dipenuhi oleh para prajurit berkuda dari berbagai kadipaten. Mereka senang karena juga bisa bertemu dengan sesama prajurit dari berbagai kadipaten. Mereka saling berkenalan sebelum gladi perang dilaksanakan.
Para pelatih dari Mataram yang dikirim ke berbagai kadipaten itu ikut mendampingi para prajurit binaannya. Kebanyakan dari mereka adalah para prajurit Mataram dari kesatuan prajurit Gagak Ireng. Dan sekarang mereka juga berpakaian serba hitam. Dengan demikian mudah dikenali.
Setelah diadakan tata upacara penyebutan seperlunya, gladi perang pun dimulai.
Pada tahap pertama diadakan uji tarung antar kadipaten. Pertemuan antar kadipaten itu dengan cara diundi. Mereka akan bertempur yang akan disaksikan oleh seluruh mereka yang hadir. Namun demikian, mereka tidak dengan senjata yang sesungguhnya, tetapi dengan pedang bambu atau tombak bambu. Dengan demikian tidak akan jatuh korban hingga meninggal.
Para pelatih yang berpakaian serba hitam itu akan menjadi yuri pengadil.
Pangeran Mangkubumi dan Pangeran Juminah yang memimpin gladi perang tersebut.
Pangeran Mangkubumi kemudian sesorah menyampaikan tata aturan dalam gladi perang tersebut. Mereka semua memahami apa yang disampaikan oleh Pangeran Mangkubumi tersebut karena sebelumnya telah disampaikan oleh para pelatih di masing-masing kadipaten.
Terdengar sorak sorai membahana ketika kemudian diumumkan bahwa yang akan bertempur adalah pasukan prajurit berkuda dari Lumajang melawan pasukan berkuda dari Bagelen. Para prajurit berkuda dari kedua kadipaten yang disebutkan tersebut bergembira karena akan bisa menunjukkan kemampuannya dengan disaksikan oleh banyak prajurit dari berbagai kadipaten dan oleh para pelatih dan petinggi negeri Mataram. Terlebih mereka mendapat kesempatan yang pertama.
Mereka yang menyaksikan membentuk lingkaran yang cukup luas di padang rumput yang memang luas itu. Namun demikian, jumlah mereka yang akan bertempur dibatasi dan dengan jumlah yang sama. Masing-masing pasukan teridiri dari seratus prajurit. Padahal setiap kadipaten kebanyakan mengirim lebih dari seratus lima puluh prajurit. Dengan demikian, ada sebagian prajurit yang tidak ikut ditunjuk untuk terlibat dalam gladi perang tersebut. Tentu saja mereka yang tidak ditunjukkan akan merasa kecewa. Namun sebaliknya, mereka yang ditunjuk akan bangga dan bergembira.
Kini kedua pasukan telah bersiap. Mereka berada saling berseberangan.
Walaupun ini hanya sebuah gladi perang, namun mereka ingin menunjukkan kemampuan terbaiknya.
Bersambung……..

***Tonton pula vidio kontens YouTube kami yang terbaru Seri Ken Sagopi dan Pitutur Jawi. Cari; St Sunaryo di Youtube atau di Facebook maupun di Instagram.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *