Penerus Trah Prabu Brawijaya-Part#1220

trah prabu brawijaya

Trah Prabu Brawijaya.
Seri 1220
Mataram.
Sultan Agung Hanyakrakusuma.

Namun terlihat bahwa pasukan darat Mataram itu memang tangguh dan berpengalaman. Walau lawannya berkuda namun mampu mengimbangi. Pertempuran masih berlangsung sengit. Namun sesuatu yang tidak diduga oleh pasukan Tulungagung, bahkan oleh mereka yang menyaksikan. Tiba-tiba secara serentak, para prajurit Mataram memukul dengan keras dan tidak beraturan tameng-tameng tembaga mereka. Yang terjadi kemudian, kuda-kuda mereka terkejut sehingga berlarian tak terkendali. Para prajurit Tulungagung pun banyak yang kemudian terlempar jatuh dari kuda-kuda mereka.
Namun kemudian Pangeran Juminah menghentikan pertempuran.
Sorak-sorai dari mereka yang menyaksikan menggetarkan padang rumput di Lipura. Mereka menyaksikan tontonan yang lucu namun juga mengagumkan. Lucu ketika menyaksikan para prajurit Tulungagung tidak mampu mengendalikan kuda yang terkejut. Kuda-kuda yang berlarian tanpa arah. Dan bahkan banyak yang terjatuh. Mereka yang terjatuh itu kemudian diamankan oleh para prajurit Mataram. Sedangkan kuda-kuda itu tidak bisa keluar dari kepungan para penonton di tepian padang rumput. Mereka kagum karena baru kali ini menyaksikan cara mengusir pasukan berkuda. Seandainya itu terjadi dalam pertempuran yang sebenarnya, tentu pasukan berkuda itu banyak dirugikan atau bahkan menderita kegagalan.
Akhirnya seluruh kuda bisa diamankan. Dan para prajurit Mataram kemudian mendatangi para prajurit Tulungagung untuk saling bersalaman dengan akrab dan ramah. Karena mereka bukan musuh yang sebenarnya.
Setelah semuanya reda, Pangeran Mangkubumi yang memberikan sesorah. Dengan lantang ia memuji pasukan berkuda dari Tulungagung yang penuh semangat. Namun ia kemudian juga memberi masukan untuk perbaikan pasukan berkuda dari Tulungagung. Terutama, pasukan berkuda semestinya juga dilengkapi dengan pasukan panah. Mereka terdiri dari para prajurit yang mampu membidik dari punggung kuda yang sedang berlari. Namun tadi tidak ada satupun prajurit dari Tulungagung yang bersenjatankan anak panah. Disampaikan pula oleh Pangeran Mangkubumi, bagaimana cara mengendalikan kuda yang terkejut seperti itu. Bukan dengan menarik kendali dengan kuat dan memukul kuda dengan tumit dengan keras, tetapi dengan menepuk punggung kuda tidak terlalu keras. Seakan yang penunggang menenangkan kuda tunggangannya.
Mereka kagum, kagum terhadap pasukan Mataram yang memang tangguh dan berpengalaman. Mereka juga kagum dengan cara mengusir pasukan berkuda. Karena cara seperti itu bisa saja terjadi dalam pertempuran yang sebenarnya.
Panjang lebar Pangeran Mangkubumi sesorah yang memberi masukan untuk perbaikan. Perbaikan bagi pasukan Tulungagung dan juga pasukan Mataram. Namun juga bagi seluruh pasukan yang berada di padang rumput Lipura itu.
Mereka semua yang menyaksikan gladi perang tersebut sungguh terhibur. Namun mereka juga bertambah ilmu dan wawasan.
Beruntungnya, mereka tidak ada korban yang tewas, bahkan terluka parah pun tidak ada. Baik para prajurit dari Tulungagung maupun prajurit dari Mataram.
Para prajurit Tulungagung dan para prajurit dari Mataram diperkenankan untuk beristirahat.
Tidak banyak membuang waktu, gladi perang pun kemudian dilanjutkan.
Mereka bergantian saling berhadapan antara pasukan berkuda dari dari satu kadipaten melawan kadipaten yang lain. Mereka semua kebagian kesempatan untuk tampil dalam gladi perang tersebut. Hampir semuanya merasa senang dengan cara gladi seperti itu.
Hampir sepekan gladi perang di padang rumput Lipura itu berlangsung. Mereka tak berkekurangan perbekalan karena memang disediakan oleh Mataram.
Di hari terakhir, Sinuhun Hanyakrakusuma sendiri yang hadir di padang rumput Lipura.
Bersambung……..

***Tonton pula vidio kontens YouTube kami yang terbaru Seri Ken Sagopi dan Pitutur Jawi. Cari; St Sunaryo di Youtube atau di Facebook maupun di Instagram.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *