Trah Prabu Brawijaya.
Seri 1222
Mataram.
Sultan Agung Hanyakrakusuma.
Pagi hari itu, kawula Mataram yang berada di kotaraja heran. Mengapa berdatangan pasukan berkuda yang begitu banyak. Pasukan itu kemudian bekumpul di alun-alun belakang. Alun-alun yang juga cukup luas dan tertutup oleh beteng. Setiap gerbang alun-alun pun dijaga oleh prajurit Mataram. Dengan demikian tidak mudah bagi orang yang tidak diharapkan bisa masuk. Para prajurit jaga itu telah diperintahkan untuk mencegah agar tidak ada prajurit telik sandi lawan yang masuk ke alun-alun belakang.
Saat itu memang para prajurit berkuda yang sebelumnya gladi perang di Lipura telah menuju ke alun-alun belakang. Namun demikian, para prajurit Mataram telah bersiap menyambut kedatangan mereka.
Mereka, para prajurit yang datang dari Lipura itu telah dijamu secukupnya. Karena sesungguhnya mereka memang telah ditunggu kedatangannya. Persiapan para prajurit Mataram pun tidak gaduh riuh yang menimbulkan perhatian. Sinuhun Hanyakrakusuma memang telah merencanakan penyerbuan ke sebuah kadipaten yang diketahui menjadi sekutu dari kadipaten Surabaya. Sebuah kadipaten yang tidak terlalu besar, namun menjadi pintu masuk para pedagang dari luar pulau. Kadipaten itu pun termasuk kadipaten yang kaya dan makmur. Adipati di kadipaten itu juga tidak pernah hadir dalam setiap pasewakan di keraton Mataram.
Rencana penyerbuan itu jangan sampai bocor ke pihak yang akan diserbu. Bahkan para prajurit pun belum mengetahui rencana itu. Yang ia tahu, mereka harus bersiap untuk berperang dalam jangka waktu yang bisa lama. Hanya beberapa senopati terpercaya saja yang telah mengetahui rencana itu. Bahkan ada beberapa bregada prajurit yang telah lebih dahulu meninggalkan kota raja. Mereka menunggu di sekitar candi Kalasan. Dan bregada prajurit yang lain telah menunggu di Kemuda. Pasukan Mataram yang besar tidak akan berangkat dari kotaraja Mataram secara bersama-sama. Dengan demikian tidak terlalu menarik perhatian.
Bahkan Sinuhun Hanyakrakusuma juga sudah memerintahkan pasukan prajurit yang berada di Jatinom. Pasukan dari Jatinom pun juga pasukan berkuda yang dipimpin oleh senopati muda yang berilmu tinggi.
Mereka diminta untuk menunggu di Sela. Seluruh prajurit gabungan yang besar, nantinya akan berkumpul di Sela. Mereka, para senopati dan para prajurit dari barak pasukan itu pun belum tahu tujuan dari pasukan itu. Hanya senopati utama saja yang telah mengetahui.
Benar saja, pasukan yang datang dari Lipura tidak beristirahat berlama-lama di alun-alun belakang yang juga sering disebut alun-alun kidul itu.
Mereka segera beriringan ke luar ke arah timur. Mereka, para prajurit dan beberapa senopati juga belum mengetahui tujuan dari pasukan itu. Namun mereka tetap bersemangat dan bergembira karena menjadi bagian pasukan Mataram yang besar. Mereka pun berbangga karena berkesempatan untuk berperang dalam pertempuran yang sebenarnya. Terutama mereka yang belum pernah merasakan ganasnya peperangan.
Kawula Mataram yang menyaksikan terheran-heran karena tiba-tiba telah beriringan pasukan berkuda yang cukup panjang. Bahkan sebelumnya mereka telah menyaksikan beberapa bregada prajurit yang berangkat terlebih dahulu.
Yang lebih heran adalah para prajurit sandi dari berbagai negeri yang melihat iring-iringan pasukan berkuda yang cukup besar itu. Mereka sebelumnya tidak pernah mendengar kesiapan prajurit. Tetapi pagi ini telah beriringan pasukan berkuda yang sangat panjang. Mereka pun berusaha mencari tahu tujuan dari pasukan itu. Namun tidak mereka dapatkan. Mereka pun tidak mudah untuk mengikuti pasukan berkuda itu. Karena di belakang pasukan berkuda itu tentu di kawalan oleh pasukan pilihan pula. Dan para prajurit telik sandi itu juga tidak mungkin mengikuti dengan berjalan kaki atau berlari.
Bersambung……..
***Tonton pula vidio kontens YouTube kami yang terbaru Seri Ken Sagopi dan Pitutur Jawi. Cari; St Sunaryo di Youtube atau di Facebook maupun di Instagram.

