Trah Prabu Brawijaya.
Seri 1224
Mataram.
Sultan Agung Hanyakrakusuma.
Malam yang pendek itu dimanfaatkan benar oleh para prajurit Mataram di sekeliling api abadi di Mrapen. Para prajurit dapur pun menyiapkan untuk sarapan yang mudah saja. Semuanya berkejaran dengan waktu. Sarapan untuk pagi nanti adalah umbi garut dan ganyong serta minuman wedang jahe gula aren. Cukup dimasak tanpa ribet membuat bumbu. Para prajurit, bahkan para pangeran pun tak akan mengeluh dengan sajian sarapan seperti itu. Mereka pasti menyadari agar semuanya bisa berjalan dengan cepat.
Benar saja ketika sedikit lewat tengah malam, para prajurit telah terbangun. Sebelum ayam hutan berkokok untuk pertama kali, mereka harus sudah bersiap. Mereka sempat ke sungai kecil yang mengalir di sekitar tempat itu. Para senopati memang memang memperhitungkan waktu. Sebelum matahari terbit, mereka harus sudah sampai di tepi hutan perbatasan dari kadipaten yang menjadi sasaran. Sekarang para senopati telah diberi tahu arah dan tujuan penyerbuan. Namun para prajurit belum diberitahu. Seperti yang sudah sering dijalankan oleh pasukan Mataram, bahwa penyerbuan dadakan akan lebih besar kemungkinannya untuk berhasil. Namun demikian, senopati Jaka Umbaran tetap membutuhkan prajurit sandi untuk memberi laporan perkembangan. Terutama kotaraja yang akan menjadi sasaran. Apakah di sana ada pergerakan yang mencurigakan. Namun ketika iring-iringan prajurit itu sudah melaju, seorang prajurit sandi melaporkan bahwa kota sasaran tidak ada pergerakan sama sekali. Dengan demikian pasukan bisa melanjutkan perjalanan sesuai rencana.
“Kembalilah ke kotaraja lewat jalan lain. Kami akan berhenti di hutan perbatasan. Kami akan menyerbu dari tiga sisi, dari timur, dari selatan dan dari barat. Namun demikian ada sepasukan prajurit yang akan menyerbu pelabuhan. Jangan sampai ada yang sempat melarikan diri lewat lautan. Laporkan jika ada perkembangan….!” Perintah dari senopati Jaka Umbaran.
“Baik gusti senopati….!” Jawab prajurit sandi itu yang segera kembali ke tempat tugasnya lewat jalan lain.
Senopati Jaka Umbaran telah membagi tugas.
Pasukan dari barak prajurit dari Jatinom mendapat tugas untuk menyerbu dermaga jangan sampai ada kapal yang sempat melarikan diri. Pasukan itu akan dibantu oleh pasukan panah dan lembing dari sebagian pasukan Mataram. Pasukan yang menyerbu dari timur akan dipimpin oleh Pangeran Mangkubumi. Sedangkan pasukan yang menyerbu dari arah selatan akan dipimpin oleh Pangeran Juminah. Senopati Jaka Umbaran sendiri akan memimpin penyerbuan dari arah barat. Semua penyerbuan akan dilakukan serentak. Dengan demikian lawan tidak ada yang sempat menggalang kekuatan. Namun demikian, Senopati Jaka Umbaran masih menunggu laporan perkembangan terakhir dari prajurit telik sandi. Bagi Senopati Jaka Umbaran, laporan dari prajurit telik sandi memiliki peran yang sangat penting.
Seluruh prajurit yang berada di hutan perbatasan yang tidak terlalu jauh dari pusat kotaraja semuanya telah siaga. Tinggal menunggu perintah dari sang senopati.
Namun yang ditunggu akhirnya datang juga. Dua orang prajurit sandi yang didampingi oleh senopati telik sandi telah menghadap senopati Jaka Umbaran. Prajurit sandi itu melaporkan bahwa di keraton kadipaten tidak ada pergerakan sama sekali. Bahkan di barak prajurit pun tanpa ada kegiatan apapun. Hanya ada prajurit jaga seperti hari-hari sebelumnya.
“Bagaimana dengan Kanjeng Adipati, apakah berada di istana kadipaten….?” Bertanya senopati Jaka Umbaran.
“Laporan yang kami terima bahwa Kanjeng Adipati tidak keluar dari istana….!” Jawab prajurit sandi itu.
“Kami minta empat orang prajurit sandi untuk mendampingi para senopati di ujung depan agar pasukan tidak salah jalan….!” Berkata senopati Jaka Umbaran.
Bersambung……..
***Tonton pula vidio kontens YouTube kami yang terbaru Seri Ken Sagopi dan Pitutur Jawi. Cari; St Sunaryo di Youtube atau di Facebook maupun di Instagram.

