Penerus Trah Prabu Brawijaya-Part#1225

trah prabu brawijaya

Trah Prabu Brawijaya.
Seri 1225
Mataram.
Sultan Agung Hanyakrakusuma.

Setelah ayam hutan berkokok untuk yang kedua kalinya, seluruh prajurit Mataram telah bersiaga. Tinggal menunggu perintah dari sang senopati agung untuk menyerbu sasaran. Mereka semua telah mengetahui sasaran penyerbuan. Yakni sebuah kadipaten yang tidak besar namun kaya. Kadipaten yang menjadi pusat perdagangan dan pintu masuk barang-barang berharga dari luar pulau. Dermaga-nya pun cukup besar dan ramai. Bahkan sejak zaman Singosari, dermaga ini sudah dikenal. Mereka yang datang lebih banyak dari bangsa yang berkulit kuning dan bermata sipit untuk berdagang. Mereka lebih banyak berdagang kain yang ditukar dengan rempah dan hasil bumi lainnya. Namun ada pula diantara mereka yang berdagang candu dan sejenisnya. Kadipaten ini tidak pernah terlibat peperangan dengan negeri manapun. Bahkan sejak zaman Majapahit, kadipaten ini menjadi bagian penting dari negeri untuk menopang perdagangan.
Kadipaten yang tidak jauh dari Blora dan juga Jipang. Bahkan ketika di Blora dan Jipang terjadi peperangan, tempat ini tidak tersentuh oleh pertempuran. Namun kali ini, Mataram menganggap, kedekatan kadipaten ini dengan Surabaya dianggap sebuah pemberontakan. Dan juga karena kadipaten ini tidak pernah mengirim utusan ke Mataram dalam setiap pasewakan. Padahal, penguasa negeri ini menganggap, kedekatannya dengan Surabaya lebih banyak urusan perdagangan. Kadipaten itu pun tidak memiliki pasukan yang kuat untuk bertempur. Para prajuritnya lebih banyak untuk menjaga ketertiban dan keamanan perdagangan.
Dini hari itu hampir seluruh penghuni kadipaten di pesisir pantai utara itu masih tertidur lelap seperti hari-hari biasanya. Biasanya, sebelum matahari terbit, pasar-pasar telah mulai ramai. Kapal-kapal sudah mulai siap berlabuh. Ketika sedikit siang hari kapal-kapal dari luar mulai berdatangan. Lautnya yang lebih tenang dari tempat yang lain memungkinkan kapal-kapal besar dan kecil bisa berlabuh. Demikian juga dini hari itu, kebanyakan dari mereka masih tertidur lelap.

Sementara itu, di tepi hutan perbatasan yang tidak terlalu jauh dari kota itu, pasukan Mataram telah bersiaga sepenuhnya. Para senopati telah mengetahui sasaran masing. Ada yang akan menyerbu dari arah timur, ada yang dari arah selatan, ada yang dari arah barat dan ada pasukan yang akan menyerbu langsung ke dermaga tempat kapal-kapal bersandar.
Tiba-tiba senopati agung, Senopati Jaka Umbaran berseru dengan lantang; “Serbu Lasem…..!”
Tidak menunggu perintah untuk yang kedua kalinya, kuda-kuda pun segera berderap menuju sasaran masing-masing.
Pangeran Mangkubumi memimpin pasukan menuju ke arah timur. Pangeran Juminah memimpikan penyerbuan dari arah selatan. Pasukan dari barak prajurit dari Jatinom akan menyerbu langsung ke dermaga. Sedangkan senopati agung Jaka Umbaran menyerbu dari arah barat. Sebuah gabungan pasukan berkuda yang besar untuk menyerbu sebuah kadipaten yang kecil. Namun bagi senopati Jaka Umbaran ini baru langkah awal dari rencana besar yang telah dirancang. Nantinya, keberhasilan pada langkah awal akan menumbuhkan semangat dan gairah untuk langkah selanjutnya. Penyerbuan kali ini harus berlangsung dengan cepat yang tidak perlu menimbulkan banyak korban. Kuda-kuda pun terus berderap.
Warga perkampungan yang dilalui oleh pasukan-pasukan berkuda itu geragapan terbangun. Mereka terkejut mendengar derap kaki-kaki kuda yang cukup banyak.
“Ada apa Pak-ne, kok terdengar derap kuda yang sangat banyak…?” Bertanya seorang embok kepada suaminya. Ia telah terbangun sejak tadi untuk memasak.
“Entahlah…..! Biar aku tengok….!” Jawab suaminya.
“Hati-hati Pak-ne….! Jangan-jangan itu lampor….!” Berkata istrinya yang khawatir.
“Bukan….! Itu bukan lampor, tetapi benar-benar derap kaki-kaki kuda. Tetapi aku juga heran. Mengapa tak putus-putusnya….!” Berkata suaminya.
Bersambung……..

***Tonton pula vidio kontens YouTube kami yang terbaru Seri Ken Sagopi dan Pitutur Jawi. Cari; St Sunaryo di Youtube atau di Facebook maupun di Instagram.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *