Trah Prabu Brawijaya.
Seri 1251
Mataram
Sultan Agung Hanyakrakusuma.
Beberapa langkah utusan itu terus melangkah. Mereka belum menyadari bahwa mereka masuk dalam jebakan jurang grawah. Namun salah seorang dari utusan itu tiba-tiba menghentikan langkahnya. “Ada beberapa orang di sekitar kita. Kita harus berhati-hati….!” Berkata yang seorang.
“Yaaa…. aku merasakan itu….!” Jawab kawannya.
Senopati dari barak prajurit di Jatinom mendengar percakapan itu. Itu pertanda bahwa dua orang utusan itu pasti berilmu tinggi.
“Mungkin orang kampung, atau orang yang akan mencegat kita….!” Sahut kawannya.
“Jika berani mencegat kita, mereka hanya ingin cari mati….!” Sahut kawannya.
“Siapkan senjata….!” Pinta kawannya.
“Heeee… keluar dari persembunyian, cucurut-cucurut….!” Teriak prajurit dari Pasuruhan itu.
“Tidak perlu berteriak-teriak….! Menyerahlah prajurit Pasuruhan….!” Sahut senopati telik sandi dari Mataram yang telah berada di depan dua orang prajurit Pasuruhan.
Salah seorang prajurit dari Pasuruhan itu tidak perlu berbasa-basi setelah yakin yang mencegat adalah prajurit lawan. Kata-kata agar menyerah meyakinkan hal itu. Tiba-tiba saja ia langsung menyerang dengan pedang telanjang. Jika yang diserang adalah prajurit kebanyakan tentu sudah putus lehernya. Namun yang diserang adalah seorang senopati telik sandi yang telah kaya pengalaman. Satu-satunya cara menghindar adalah dengan meloncat mundur sejauh mungkin sambil bersiap untuk melawan.
Namun prajurit Pasuruhan yang telah menyerang tersebut sempat berbisik kepada sejawatnya; “Biar aku hadapi pencegat ini, kau segera melarikan diri agar pasukan kita yang besar selamat….!”
Sejawatnya segera tanggap, ia percaya bahwa kawannya itu akan mampu mengatasi keadaan. Yang paling penting adalah mengabarkan pencegatan ini kepada pasukan yang besar agar tidak terjebak. Ia pun segera meloncat ingin masuk ke gerumbul-gerumbul di tepi jalan itu dan kemudian berlari kembali ke pasukan yang tengah berjalan jauh di belakang. Namun ia terkejut bukan kepalang ketika tiba-tiba ia jatuh tersungkur. Sedangkan pedangnya jatuh terlempar. Sedangkan kakinya terasa amat sakit. Dan kemudian, tiba-tiba saja seseorang telah meringkusnya ketika ia masih tengkurap di tanah. Kedua tangannya telah diringkus di punggungnya. Beberapa prajurit pencegat segera berdatangan. “Ikat kedua tangannya dengan janget….!” Perintah orang yang meringkus prajurit utusan dari Pasuruhan tersebut. Ia tak lain adalah senopati dari barak prajurit di Jatinom. Ia memang tidak ingin berbasa-basi dan penjajagan ilmu lawannya. Ia ingin segera melumpuhkannya agar lawannya tidak sempat masuk gerumbul di kegelapan dini hari itu. Jika ia terlanjur masuk di kegelapan tentu akan sulit untuk mengejar. Maka ketika orang itu berlari segera ia serimpung kakinya dengan sabuk kulit yang panjang. Lawan yang sama sekali tidak mengira itu tak sempat menghindar. Jatuhlah ia tertelungkup dan pedangnya terlepas.
Sementara itu di jalan telah terjadi perkelahian antara prajurit utusan dari pasukan Pasuruhan melawan senopati telik sandi. Senopati telik sandi termasuk senopati pilihan yang tentu berilmu tinggi pula. Walau para prajurit yang menyertainya telah ikut mengepung, namun ia mencegah para prajurit itu untuk ikut mengeroyok. Ia justru khawatir jika lawannya itu ingin mencari korban di antara prajurit Mataram atau menyandera. Ia merasakan bahwa prajurit dari Pasuruhan itu memiliki bekal ilmu yang cukup.
“Ayo keroyok aku biar cepat selesai tugasku….!” Teriak prajurit Pasuruhan untuk mengangkat kepercayaan dirinya sendiri.
“Ayo aku ladeni seorang diri, prajurit Pasuruhan…!” Jawab senopati telik sandi.
Prajurit dari Pasuruhan itu pun kemudian menyerang dengan kecepatan yang tinggi. Namun senopati telik sandi telah bersiaga. Namun senopati telik sandi itu telah memiliki bekal yang lebih dari cukup sehingga dipercaya sebagai senopati telik sandi.
Bersambung……..
***Tonton pula vidio kontens YouTube kami yang terbaru Seri Ken Sagopi dan Pitutur Jawi. Cari; St Sunaryo di Youtube atau di Facebook maupun di Instagram.

