Trah Prabu Brawijaya.
Seri 1252
Mataram
Sultan Agung Hanyakrakusuma.
Perkelahian berlangsung seru. Namun senopati telik sandi lebih banyak bertahan dan tidak lengah. Karena ia tahu bahwa para prajuritnya telah mengepung tempat itu. Akhirnya senopati telik sandi itu mendengar bahwa prajurit Pasuruhan yang tadi ingin melarikan diri telah diringkus dengan cepat. Ia kagum terhadap sahabatnya, senopati dari barak prajurit di Jatinom. Tanpa banyak keributan telah berhasil menangkap lawannya di gelapnya dini hari. Ia memang telah mengetahui bahwa sahabatnya itu berilmu tinggi. Dan ia pun yakin bahwa sekarang ini ia pasti sedang mengawasi perkelahian ini. Ini membuatnya semakin tenang. Namun prajurit dari Pasuruhan itu juga mendengar bahwa kawannya telah tertangkap. Ia berpikir, yang paling penting adalah mengabarkan ke pasukan induk tentang penghadangan ini. Jangan sampai penghadangan terjadi pada pasukan yang besar oleh pasukan yang besar pula. Maka terpikir olehnya untuk melarikan diri mumpung dini hari basih gelap berembun. Ia pun segera menyerang lawannya dengan membadai agar kemudian berkesempatan untuk meloncat melarikan diri.
Benar saja yang terjadi ketika lawannya sibuk menangkis serangannya, ia kemudian meloncat ke arah kiri jalan ingin menyusup di antara gerumbul-gerumbul perdu. Namun yang terjadi terulang seperti yang dialami oleh sejawatnya. Ia tiba-tiba telah tersungkur sambil mengeluh tertahan. “Auuuhc….!” Ia berusaha bangkit berdiri. Namun sebuah tendangan menghantam lambungnya. Ia pun kembali mengeluh tertahan dan pedangnya pun jatuh terlempar. Sedangkan para prajurit Mataram telah mengepung orang itu.
“Ringkus orang itu….! Perlakukan seperti temannya tadi….!” Perintah orang yang melumpuhkan prajurit Pasuruhan itu. Ia adalah senopati prajurit dari barak pasukan di Jatinom. Ia kembali menyerimpung prajurit sandi itu seperti sebelumnya. Ia memang tidak ingin berbasa-basi dan berlama-lama. Ia sadar bahwa tugas besar telah menanti, yakni menghadang pasukan Pasuruhan yang besar. Mereka harus bergerak cepat agar pasukannya segera bersiaga. Ia bersama senopati telik sandi segera menyerahkan tawanan itu kepada para prajuritnya. Dan kemudian mereka berdua berlari untuk segera menemui senopati Jaka Umbaran.
Senopati Jaka Umbaran bersama para senopati memang masih berkumpul untuk menunggu perkembangan. Ketika kemudian senopati telik sandi bersama senopati prajurit dari barak pasukan di Jatinom datang.
Senopati telik sandi-lah yang kemudian melaporkan penangkapan dua orang prajurit dari Pasuruhan yang telah terjadi.
“Kedua prajurit Pasuruhan itu, sahabat-ku ini yang berhasil meringkusnya….!” Berkata senopati telik sandi yang mengakui kelebihan dari sahabatnya.
Senopati Jaka Umbaran tersenyum. Ia memang telah mengetahui kelebihan dari senopati dari barak prajurit di Jatinom itu. Ia kemudian mengucapkan terimakasih atas keberhasilan mereka.
Mereka kemudian berembug untuk menentukan langkah berikutnya, secepatnya.
Senopati telik sandi-lah yang lebih banyak menguasai medan jalur jalan dari Porong sampai ke Surabaya. Oleh karena itu ia kemudian menyampaikan usulannya tentang tempat yang tepat untuk menghadang pasukan Pasuruhan.
Senopati Jaka Umbaran tak ingin bertele-tele dalam berembug. Mereka harus bisa memanfaatkan waktu dini hari yang tersisa. Sebelum matahari semburat merah, pasukan Mataram harus sudah menyergap pasukan Pasuruhan. Lagi pula sebelum telah dirembug pula. Tinggal kepastian tempat yang tepat untuk menyergap.
Senopati Jaka Umbaran segera mengatur pasukan yang besar itu seperti yang direncanakan.
Mereka akan kembali memakai gelar perang Jurang Grawah yang besar. Seperti ketika pasukan kecil dari Mataram menyergap dua orang prajurit Pasuruhan. Namun kali ini oleh pasukan yang melibatkan seluruh pasukan Mataram.
Bersambung……..
***Tonton pula vidio kontens YouTube kami yang terbaru Seri Ken Sagopi dan Pitutur Jawi. Cari; St Sunaryo di Youtube atau di Facebook maupun di Instagram.

