Inspirasi Pagi …….!!
(@SUN-aryo)
(316)
Penerus Trah Prabu Brawijaya.
Jaka Tingkir.
Seri Arya Penangsang.
Pekatik yang sebelumnya tak berdaya itu, namun nalarnya masih normal. Ia yang mengetahui seluruh peristiwa itu. Tak salah jika orang sederhana setengah baya itu menunjuk dirinya untuk bersaksi. Ia kini tidak takut kepada orang-orang yang berwajah sangar itu. Ternyata orang-orang itu tak berdaya menghadapi orang yang telah memijitnya itu.
“Ooh Kang Sukro….! Benarkah demikian…..?” Bertanya Ki Jagabaya yang telah mengenal pekatik itu dengan baik.
“Benar Ki Jaga….., saya yang menjadi saksi…..!” Jawab pekatik yang dipanggil dengan nama Sukra itu.
“Apakah benar mereka akan merampas kuda-kuda yang tegar itu….?” Bertanya Ki Jagabaya.
“Benar Ki Jaga…..! Kuda-kuda mereka yang ditambatkan di sana. Kuda-kuda yang biasa-biasa saja. Mereka sudah mulai melepas kuda-kuda tegar ini, tetapi tiba-tiba mereka menjerit kesakitan. Kaki-kaki mereka terluka, kemudian baru aku tahu bahwa Kisanak ini yang telah menyerang orang-orang itu. Saya melihat ada sendok, garpu dan batu yang untuk melumpuhkan mereka berempat……!” Berkata Sukra.
Ki Jagabaya percaya kepada Sukra, karena ia telah mengenal pekatik itu sebagai seorang yang jujur.
“Aku percaya Sukra…..!” Berkata Ki Jagabaya.
Ki Jagabaya yakin bahwa orang sederhana ini bukanlah orang sembarangan. Terbukti dengan mudah bisa melumpuhkan empat orang perampok yang tentunya mereka memiliki bekal ilmu pula.
Kemudian katanya kepada dua orang yang ikut berkerumun, mereka adalah warga kademangan itu.
“Kau Bera dan Rebon…..! Cepat panggil prajurit yang berjaga tak jauh dari pasar itu ….!” Perintah Ki Jagabaya.
Mereka berdua pun segera berlari menuju ke tempat prajurit jaga seperti yang diperintahkan oleh Ki Jagabaya.
Ki Jagabaya kemudian menyapa dengan hormat kepada orang yang telah melumpuhkan para perampok itu.
Orang itu memiliki kuda yang sedemikian bagus, besar dan kekar, tentu memiliki kedudukan yang terhormat pula.
“Maaf Kisanak, bolehkah kami mengetahui siapakah Kisanak ini….?” Bertanya Ki Jagabaya dengan hati-hati.
“Kami bertiga, Ki Jagabaya….! Di sana adik-adikku….! Kami adalah pedagang kuda yang akan mengantar kuda-kuda itu ke Keling…..!” Berkata Ki Juru Martani yang mengatakan tidak sebenarnya.
Tanpa disadari, Ki Jagabaya kemudian mengangguk hormat kepada Sultan Hadiwijaya dan Ki Pemanahan yang berdiri di depan warung.
Ki Jagabaya tidak menyanggah kata-kata yang disampaikan oleh Ki Juru Martani. Walaupun ia ragu dengan yang dikatakan oleh orang sederhana itu. Ki Jagabaya pun heran kepada dua orang yang berdiri di depan warung itu. Mereka begitu tenang dan seakan tidak mengalami peristiwa yang berbahaya. Namun Ki Jagabaya merasakan pancaran wibawa dari dua orang itu pula.
Ki Juru Martani kemudian berkata tentang empat orang itu.
“Mereka adalah gerombolan perampok yang sangat berbahaya, Ki Jagabaya. Namun untuk beberapa saat mereka tidak berdaya. Kaki-kaki mereka memerlukan waktu untuk pulih. Sebaiknya ditahan di kadipaten saja…..!” Berkata Ki Juru Martani.
“Baiklah Kisanak, kami masih menunggu para prajurit yang datang. Mereka yang akan kami serahi para perampok itu….!” Berkata Ki Jagabaya.
Ki Juru Martani khawatir, jika para prajurit berdatangan, mungkin saja ada yang mengenali Sultan Hadiwijaya. Oleh karena itu, ia kemudian akan segera meninggalkan tempat itu. Permasalahannya sudah jelas. Pekatik itu yang bisa dimintai keterangan jika diperlukan.
“Maaf Ki Jagabaya….! Waktu kami sangat terbatas. Kami harus segera meninggalkan tempat ini….!” Berkata Ki Juru Martani.
“Sebaiknya Kisanak bertiga singgah di kademangan kami. Ki Demang pasti sangat senang menerima kunjungan kalian bertiga…..!” Berkata Ki Jagabaya.
Namun Ki Juru Martani tetap ingin segera meninggalkan tempat itu.
“Lain waktu kamilah yang akan berkunjung ke kademangan ini, Ki Jagabaya…..!” Berkata Ki Juru Martani.
Ki Jagabaya tak kuasa menahan mereka bertiga.
Ki Pemanahan telah membayar jajanan yang lebih dari yang seharusnya.
“Maaf Den….! Ini uangnya sangat berlebih…..!” Berkata Mbok Bakul.
…………….
Bersambung…………
(@SUN)