Inspirasi Pagi …….!!
(@SUN-aryo)
(345)
Penerus Trah Prabu Brawijaya.
Jaka Tingkir.
Seri Arya Penangsang.
Walaupun mereka sudah tidak sabar karena terlalu lama menunggu, namun mereka tetap menunggu perintah Ki Patih Mentahun. Karena Ki Patih Mentahun sebagai Senopati Agung gabungan seluruh pasukan Jipang.
Ki Patih Mentahun sendiri patuh terhadap saran dari Kanjeng Sunan Kudus. Tinggal beberapa hari lagi Sultan Harya Penangsang akan selesai menjalani laku tapa brata.
Sementara itu pasukan Pajang setelah bermalam dua malam, kini telah sampai di daerah Ngraho. Para prajurit Pajang yang sebelumnya telah mendahului telah menemukan tempat di dekat aliran sebuah sungai yang tak terlalu besar namun airnya jernih. Tanah berkapur yang kurang subur. Namun justru cocok untuk berkemah para prajurit Pajang.
Tempat yang tidak terlalu jauh dengan tepian Bengawan di seberang kotaraja Jipang. Mereka masih bisa bermalam di tempat itu.
Ki Juru Martani, Ki Pemanahan, Ki Penjawi yang sering disebut tiga serangkai dari Sela itu sedang berembug bersama para senopati dan juga Raden Mas Danang Sutawijaya.
Senopati prajurit sandi menyampaikan kabar bahwa hari ini adalah hari terakhir Harya Penangsang menjalani laku.
Seandainya hari ini bisa menyerang pasukan Jipang, tentu pasukan Jipang tanpa pimpinan karena Sultan Harya Penangsang masih menjalani laku.
Tetapi pemikiran Ki Juru Martani justru berbeda.
“Jika hari ini menyerang tentu sulit untuk memancing Harya Penangsang keluar dari sarang karena masih menjalani laku. Kita pancing besuk agar ia keluar dari sarang…..!” Berkata Ki Juru Martani.
“Bagaimana caranya untuk memancing Harya Penangsang……?” Bertanya Ki Pemanahan.
“Besuk kita buat surat tantangan yang bisa membakar amarahnya. Kita tahu bahwa Harya Penangsang sangat mudah tersulut api amarah……!” Lanjut Ki Juru Martani.
“Kita bakar hatinya agar ia terpancing dan menyeberangi Bengawan. Pada saat itu, seluruh pasukan juga harus sudah bersiaga di tepian dengan berbagai senjata lontar. Kita siapkan anak panah sebanyak mungkin…..!” Berkata Ki Penjawi.
“Jangan sampai kita yang terpancing menyeberangi Bengawan. Karena pada saat menyeberang itulah titik lemah pasukan…..!” Berkata Ki Juru Martani.
“Yaaa….., aku mengerti…..!” Berkata Ki Pemanahan.
“Yang kita pancing bukan hanya amarah Harya Penangsang, tetapi juga kudanya yang kondang itu, kuda Gagak Rimang…..!” Imbuh Ki Juru Martani.
“Maksud Kakang Juru…..?” Bertanya Ki Pemanahan.
“Kuda jantan yang tegar itu akan kita goda dengan kuda betina cantik yang sedang birahi…..!” Berkata Ki Juru Martani.
Mereka yang mendengar gagasan Ki Juru Martani itu tersenyum, namun juga masuk akal. Mereka memang telah mengenal Ki Juru sebagai seorang yang cerdik dalam berbagai hal.
“Ada-ada saja Kakang Juru ini…..!” Berkata Ki Panahan.
Para senopati telah memahami rencana dari para petinggi pasukan Pajang itu. Mereka kemudian menyiapkan pasukan masing-masing untuk pertempuran esok hari. Terlebih senopati pasukan panah. Kali ini akan dituntut perannya kembali setelah berhasil melumpuhkan pasukan Jipang di jembatan Masaran. Namun kali ini yang akan disiapkan adalah gandewa dan anak panah yang lebih besar, karena sasarannya pada jarak yang lebih jauh.
Senopati pasukan lembing juga telah mempersiapkan diri. Mereka juga akan menghujani pasukan lawan dengan lembing kayu yang berujung baja yang tajam.
Bahkan ada pula pasukan bandil batu. Bandil yang terbuat dari tali rangkap yang ada tempat untuk meletakkan batu sebesar telur ayam atau beberapa batu sebesar telur puyuh. Batu yang berada dalam telangkup itu akan diayun-ayunkan berputar dan kemudian dilontarkan. Batu-batu itu mungkin tidak akan membunuh lawan, namun jika mengenai kepala atau jidat pasti akan sangat mengganggu.
Sepeninggal para senopati, Ki Juru Martani kemudian kembali berembug dengan Ki Pemanahan, Ki Penjawi dan Raden Mas Danang Sutawijaya.
………………
Bersambung……….
(@SUN)
**Kunjungi web kami di Google.
Ketik; stsunaryo.com
Ada yang baru setiap hari.
Trah Prabu Brawijaya.(@SUN-aryo)(873)Mataram. Benar juga, dengan gerak cepat saat itu juga Senopati Widarba segera bertindak.…
Trah Prabu Brawijaya.(@SUN-aryo)(872)Mataram. Raden Mas Jolang telah memiliki bekal ilmu yang lebih dari cukup. Ia…
Trah Prabu Brawijaya.(@SUN-aryo)(871)Mataram. Sedangkan Adipati Pragola menganggap bahwa kedudukan Kadipaten Pati itu sejajar dengan Mataram.…
Trah Prabu Brawijaya.(@SUN-aryo)(870)Mataram. Di kademangan, pasukan Mataram disambut dengan suka cita. Walau semuanya serba mendadak,…
Di era digital yang cepat ini, akses terhadap berbagai sumber informasi dan literatur menjadi semakin…
Trah Prabu Brawijaya.(@SUN-aryo)(869)Mataram. Bagaimana pun juga, Kanjeng Adipati Rangga Jumena harus menerima kenyataan. Madiun kini…