Inspirasi Pagi …….!!
(@SUN-aryo)
(351)
Penerus Trah Prabu Brawijaya.
Jaka Tingkir.
Seri Arya Penangsang.
Sementara itu, Ki Juru Martani, Ki Pemanahan, Ki Penjawi tiga serangkai dari Sela serta Raden Mas Danang Sutawijaya telah bersiaga di tepi kali Bengawan Sore. Mereka berharap-harap cemas terhadap pancingannya kepada Harya Penangsang. Jika Harya Penangsang seorang diri, mereka besar harapannya pancingannya akan berhasil. Namun jika para pendampingnya mampu meredakan amarah Harya Penangsang, kecil kemungkinan pancingannya akan berhasil.
Raden Mas Danang Sutawijaya telah bersiap dengan kuda betina cantik yang sedang birahi. Ekor kuda betina itupun diikatnya ke atas, sehingga akan merangsang birahi setiap kuda jantan yang melihatnya.
Tiga serangkai dari Sela itu pun telah bersiaga dengan peran masing-masing. Ki Pemanahan dan Ki Penjawi akan mendampingi Raden Mas Danang Sutawijaya agar jangan sampai celaka. Sedangkan Ki Juru Martani berjaga jika ada kejadian yang tidak terduga.
Pasukan Pajang yang menampakkan diri di padang rumput tidaklah besar. Sebagai dari para prajurit itu adalah pasukan dari Pengging dan Sela serta pasukan dari kademangan-kademangan di sekitar Pajang, termasuk pasukan kecil dari para pengawal kademangan Masaran.
Mereka ingin memberi kesan kepada pasukan Jipang bahwa pasukan Pajang hanyalah pasukan kecil hanya dari Pengging, Sela dan kademangan-kademangan. Sedangkan pasukan yang lebih besar bersembunyi di balik pepohonan maupun bebatuan dan lereng perbukitan. Pasukan yang besar itu pun telah bersiaga sepenuhnya sewaktu-waktu mendapat aba-aba. Pasukan panah dan pasukan senjata lontar lainnya telah bersiaga pula tak jauh dari tepian kali.
Sementara itu, telah terjadi kegaduhan yang luar biasa di pakuwon pasukan gabungan Demak Jipang. Mereka, para prajurit itu sama sekali tidak mengira bahwa saat itu juga harus bersiaga untuk bertempur menghadapi pasukan Pajang. Mereka banyak yang sedang bercanda ria melepas kejenuhan.
Namun demikian, sebagai seorang prajurit, mereka harus patuh kepada perintah senopati atau bahkan adipati mereka masing-masing. Mereka segera bersiap dengan serba tergesa-gesa.
Namun demikian, pasukan yang telah terlatih dan terdiri dari para prajurit pilihan itu pun segera bersiap. Mereka telah dikumpulkan di padang rumput tak jauh dari tepian kali Bengawan Sore yang berseberangan dengan pasukan Pajang.
“Jangan ada yang menyeberang kali Bengawan. Pancinglah agar pasukan lawan yang menyeberang dan kemudian mereka kita tumpas di tepian kali……!” Salah satu pesan dari seorang senopati.
Mereka pun paham maksud dari senopati tersebut. Mereka sadar bahwa titik lemah sebuah pasukan adalah ketika sedang menyeberangi sungai. Mereka pun segera berbaris dengan berbagai umbul-umbul, panji maupun pataka kebesaran masing-masing bregada prajurit menuju ke tepian kali.
Pasukan yang besar yang pasti akan menciutkan nyali pasukan lawan manapun.
Mereka pun meneriakkan kata-kata pembakar semangat.
Mereka telah menenteng senjata andalan masing-masing. Mereka elus tajamnya senjata itu seakan ingin meyakinkan bahwa saatnya senjata andalan itu akan memakan korban.
Kini semangat bertempur mereka telah terungkit kembali.
Kawula di sekitar tepian kali itu sudah beberapa waktu diungsikan ke tempat yang aman. Mereka tahu bahwa kejamnya peperangan akan sangat berbahaya bagi mereka yang bukan seorang prajurit.
Sementara itu, Sultan Harya Penangsang telah meloncat di atas punggung kuda kebanggaannya, kuda Gagak Rimang. Tak ketinggalan keris pusaka andalannya terselip di punggungnya, keris pusaka Setan Kober. Tak akan ada orang yang akan mampu bertahan dari goresan kecil keris pusaka Setan Kober, Jaka Tingkir pun tak akan tahan. Terlebih senjata pusaka di tangan seorang yang sakti mandraguna seperti Sultan Harya Penangsang itu.
Dengan kemarahan yang bergolak, Sultan Harya Penangsang memacu kuda Gagak Rimang yang teji tinggi besar itu ke tepian kali. Ia seorang diri, belum ada pimpinan Jipang yang sempat mengejar Sultan Harya Penangsang. Kanjeng Sunan Kudus tak sempat mengejar murid kesayangannya itu.
……………..
Bersambung………..
(@SUN)
Trah Prabu Brawijaya.(@SUN-aryo)(873)Mataram. Benar juga, dengan gerak cepat saat itu juga Senopati Widarba segera bertindak.…
Trah Prabu Brawijaya.(@SUN-aryo)(872)Mataram. Raden Mas Jolang telah memiliki bekal ilmu yang lebih dari cukup. Ia…
Trah Prabu Brawijaya.(@SUN-aryo)(871)Mataram. Sedangkan Adipati Pragola menganggap bahwa kedudukan Kadipaten Pati itu sejajar dengan Mataram.…
Trah Prabu Brawijaya.(@SUN-aryo)(870)Mataram. Di kademangan, pasukan Mataram disambut dengan suka cita. Walau semuanya serba mendadak,…
Di era digital yang cepat ini, akses terhadap berbagai sumber informasi dan literatur menjadi semakin…
Trah Prabu Brawijaya.(@SUN-aryo)(869)Mataram. Bagaimana pun juga, Kanjeng Adipati Rangga Jumena harus menerima kenyataan. Madiun kini…