Categories: Cerbung

Penerus Trah Prabu Brawijaya-Part#365

Inspirasi Pagi …….!!
(@SUN-aryo)
(365)
Penerus Trah Prabu Brawijaya.
Jaka Tingkir.
Seri Danang Sutawijaya.

Raden Mas Danang Sutawijaya akan kembali ke Pajang bersama-sama rombongan besar pasukan Pajang. Ia akan naik kereta bersama putri boyongan dari Demak Jipang, Dyah Ayu Angronsari dengan naik kereta.

Sementara itu, Tiga Serangkai dari Sela, Ki Juru Martani, Ki Pemanahan dan Ki Panjawi telah melaju dengan kecepatan sedang kembali ke Pajang. Dengan tiga ekor kuda pilihan, mereka berharap akan lancar dalam perjalanan. Mereka ingin segera menyampaikan kabar kemenangan pasukan Pajang atas pasukan Demak Jipang kepada Kanjeng Sultan Hadiwijaya. Terutama tentang telah tewasnya Harya Penangsang. Karena kabar tewasnya Harya Penangsang juga harus segera sampai kepada Kanjeng Ratu Kalinyamat yang sekarang masih bertapa brata di sebuah gua di hutan Danaraja.

Perjalanan mereka memang lancar, walau harus beberapa kali berhenti untuk memberi kesempatan kepada kuda-kuda mereka beristirahat serta makan dan minum. Juga bagi mereka untuk jajan di warung.

Sultan Hadiwijaya terkejut ketika mengetahui Tiga Serangkai dari Sela telah kembali. Namun hati Kanjeng Sultan sedikit tenang karena wajah-wajah cerah dari mereka yang baru datang. Kanjeng Sultan pun sedikit heran, mengapa tidak bersama Raden Mas Danang Sutawijaya.
Mereka bertiga pun segera diterima di pringgitan keraton Pajang.
Mereka kemudian saling berkabar keselamatan sesuai unggah-ungguh sopan-santun yang berlaku di keraton Pajang.
Kemudian Ki Juru Martani yang menyampaikan peristiwa di tepian sungai Bengawan Sore dari awal sampai akhir. Di ceritakan secara rinci namun tidak berlebihan. Puncak dari kabar itu adalah gugurnya Harya Penangsang.
“Berkat iguh pretikel dari Adi Penjawi dan Adi Pemanahan, Angger Jebeng Sutawijaya berhasil melontarkan tombak Kiai Plered yang merobek perut Harya Penangsang. Namun Harya Penangsang tidak segera tewas. Berkat saran dari adi berdua ini, Angger Jebeng Sutawijaya berhasil memancing Harya Penangsang untuk melolos keris pusaka Kiai Setan Kober. Akhirnya Harya Penangsang benar-benar telah tewas.
Begitu gembira Sultan Hadiwijaya sehingga segera ia mengatakan bahwa janji yang pernah disampaikan tidak akan diingkari.
“Kakang sekalian bertiga, saya tidak akan ingkar, pasti terbunuhnya Harya Penangsang berkat pemikiran kakang bertiga serta peran dari Danang Sutawijaya. Kakang Juru Martani akan selalu aku minta untuk mendampingi aku dalam pemerintahan di Pajang ini sebagai warangka – patih kerajaan. Juga untuk membimbing Danang Sutawijaya dalam berbagai hal agar menjadi seorang ksatria yang berbudi luhur.
Telatah Pati aku serahkan kepada Kakang Penjawi, sedangkan telatah Alas Mentaok aku serahkan kepada Kakang Pemanahan. Maaf Kakang Pemanahan, Alas Mentaok masih berwujud hutan belantara…..!” Berkata Kanjeng Sultan Hadiwijaya.

Tiga serangkai dari Sela tidak mengira bahwa Kanjeng Sultan Hadiwijaya pada saat itu juga langsung menyerahkan hadiah yang pernah dijanjikan. Sabda pandita ratu datan wola-wali – Sabda seorang raja tak akan dicabut lagi.
“Terimakasih Yayi Sultan, saya dengan senang hati menerima kepercayaan yang diembankan kepada saya sebagai warangka kerajaan…..!” Berkata Ki Juru Martani.
“Terima kasih yang tak terhingga saya ucapkan atas hadiah Bumi Pati kepada diri saya……!” Berkata Ki Penjawi.
“Menjadi tantangan bagi kami untuk mengembangkan Alas Mentaok menjadi sebuah negeri. Pada suatu saat kami akan babat alas Mentaok…..!” Berkata Ki Pemanahan.

Masih beberapa saat mereka berbincang. Namun kemudian Kanjeng Sultan Hadiwijaya mengutarakan niatnya. Bahwa hari ini pula akan segera berangkat ke hutan Danaraja untuk menemui Kanjeng Ratu Kalinyamat. Sultan Hadiwijaya tidak tega terhadap Kanjeng Ratu Kalinyamat yang telah beberapa waktu menjalani tapa brata yang tidak biasa. Lebih cepat lebih baik agar Kanjeng Ratu Kalinyamat segera menghentikan laku tapa brata yang berat itu.
…………….
Bersambung…………
(@SUN)

**Kunjungi web kami di Google.
Ketik; stsunaryo.com
Ada yang baru setiap hari.

Terimakasih kepada para pembaca Penerus Trah Prabu Brawijaya yang telah satu tahun tetap setia membacanya. Semoga tulisan yang sederhana ini memberi penghiburan bagi kita…… 🙏🙏🙏

St. Sunaryo

Pensiunan pegawai PT Telkom Indonesia. Sekarang bertempat tinggal di Kapanewon Kalasan, Kabupaten Sleman, Daerah Istimewa Yogyakarta. Kunjungi website https://stsunaryo.com , ada yang baru setiap hari.

View Comments

  • Luar biasa pak Sunaryo, cerita bersambung seputar Penerus Trah Brawijaya ini, sangat menghibur bagi sy yg suka dgn cerita2 kolosal. Imajinasi sy bermain begitu liar membayangkan scene2 pertempuran di beberapa BAB terakhir. Lanjutkan terus karya ini utk menambah khasanah budaya Indonesia. Sukses terus pak Sunaryo

Recent Posts

Penerus Trah Prabu Brawijaya-Part#806

Trah Prabu Brawijaya.(@SUN-aryo)(806)Mataram. Guru orang bercambuk itu tahu bahwa Pangeran Pangiri sama sekali tidak ada…

17 jam ago

Penerus Trah Prabu Brawijaya-Part#805

Trah Prabu Brawijaya.(@SUN-aryo)(805)Mataram. Para prajurit sandi itu juga bisa menjadi bagian pasukan tempur jika diperlukan.…

2 hari ago

Chipset A Bionic: Kenapa iPhone Selalu Lebih Cepat?

Di era teknologi yang terus berkembang pesat, kecepatan serta performa perangkat menjadi faktor penting dalam…

3 hari ago

Penerus Trah Prabu Brawijaya-Part#804

Trah Prabu Brawijaya.(@SUN-aryo)(804)Mataram. Senopati Wirosekti mengangguk-angguk kemudian katanya; "Baik Pangeran, saya tidak berkeberatan. Biarlah nanti…

3 hari ago

Penerus Trah Prabu Brawijaya-Part#803

Trah Prabu Brawijaya.(@SUN-aryo)(803)Mataram. Di barak prajurit di Jatinom, Pangeran Benawa tidak lama. Yang paling utama…

4 hari ago

Penerus Trah Prabu Brawijaya-Part#802

Trah Prabu Brawijaya.(@SUN-aryo)(802)Mataram. Pangeran Benawa dan Senopati barak prajurit itu kemudian berbincang berdua saja. Pangeran…

5 hari ago