Inspirasi Pagi …….!!
(@SUN-aryo)
(372)
Penerus Trah Prabu Brawijaya.
Jaka Tingkir.
Seri Danang Sutawijaya.
Dyah Ayu Angronsari kagum akan sambutan kawula Pajang di sepanjang perjalanan. Sesuatu yang tidak pernah terjadi di Jipang. Ia pun semakin kagum kepada anak muda yang selalu di sampingnya ini. Ia tampan, gagah, sakti mandraguna dan perlakuannya lembut serta perilakunya yang sopan. Berbeda sekali dengan suaminya dahulu, Sultan Harya Penangsang. Seorang yang telah lebih dari setengah baya namun tidak sabaran dan mudah marah. Perilakunya pun kasar, demikian pula kata-katanya. Dyah Ayu Angronsari tidak menyesal diboyong ke Pajang.
Ketika nama Mas Danang Sutawijaya dielu-elukan di sepanjang perjalanan, ia pun ikut menyambut dengan lambaian tangan dengan senyuman yang mengembang.
Para prajurit dengan senang hati menikmati berbagai sajian di pinggir sepanjang jalan. Aneka penganan tersaji di tambir dan tedo, ada singkong godog, uwi, gembili, gembolo, suweg, kimpul dan sebagainya, bahkan degan dan jadah tempe pun ada. Mereka, kawula Pajang itu sungguh bangga kepada para pejuang mereka. Para adipati dan para senopati serta para prajurit dari luar Pajang yang ikut tergabung juga bangga karenanya.
Di tempat lain di waktu yang telah sore hari, kawula Jepara juga telah berderet di sepanjang jalan dari Keling sampai Jepara. Mereka selama ini dibuat gelisah karena kepergian Kanjeng Ratu Kalinyamat tidak diketahui keberadaannya. Mereka mengira Kanjeng Ratu Kalinyamat mengungsi ke luar pulau. Keselamatan trah Sultan Trenggana memang selalu terancam oleh trah Pangeran Sekar Seda Lepen, terutama oleh Harya Penangsang. Dan kini ratu mereka yang sangat ia hormati dan kagumi telah kembali. Terlebih, kawula Jepara juga sudah mendengar bahwa pasukan Pajang yang diantaranya pasukan dari Jepara telah menang perang. Lebih menggembirakan karena ancaman terbesar bagi trah Trenggana telah tewas, Harya Penangsang.
Mereka pun berderet di sepanjang jalan untuk ikut meyakinkan bahwa junjungan mereka benar-benar selamat dan akan kembali menjadi ratu mereka.
Kanjeng Ratu Kalinyamat tidak mengira sedemikian besar perhatian kawula Jepara terhadap dirinya. Selama di pertapaan Danaraja, Kanjeng Ratu Kalinyamat sama sekali tidak mendengar kabar tentang kawula Jepara dan pemerintahannya.
Kawula Jepara juga ingin melihat secara langsung Sultan Hadiwijaya yang sudah mereka dengan sejak masih dikenal sebagai Jaka Tingkir. Jaka Tingkir yang mampu menaklukkan Bahurekso dan Jalumampang pimpinan perampok kondang pada masa itu. Jaka Tingkir yang mampu mengalahkan Dadung Awuk yang sakti namun sombong. Jaka Tingkir yang mampu menunundukan Kebondanu sekali pukul pecah kepalanya. Jaka Tingkir yang tak mempan dirunduk oleh para soreng.
Bagi kawula Jepara, kisah Jaka Tingkir bagai dongeng. Namun kini mereka bisa melihat secara langsung Jaka Tingkir Sultan Hadiwijaya yang bersama junjungan mereka, Kanjeng Ratu Kalinyamat.
Kawula Jepara juga pernah mendengar pendekar Tiga Serangkai dari Sela, Ki Juru Martani, Ki Pemanahan dan Ki Penjawi. Mereka bersama Sultan Hadiwijaya adalah murid Ki Ageng Sela. Yang mereka dengar ceritanya, kesaktian Ki Ageng Sela diandaikan bisa menangkap petir. Dan kini mereka bisa melihat langsung orang-orang yang mengagumkan tersebut.
Mereka berjubel di sepanjang jalan menuju ke keraton Jepara. Walau mereka tidak membunyikan tetabuhan dan menggelar penganan di sepanjang pinggir jalan, namun kekaguman mereka kepada para petinggi negeri itu tidak terkurangi.
Yang tak kalah menjadi perhatian adalah tiga orang gadis dayang yang melayani Kanjeng Ratu Kalinyamat. Semankin, Kingkin dan Mangkin tidak mengira sama sekali akan mendapat sambutan yang sedemikian mengharukan. Mereka tersenyum lebar setiap kali namanya disebut oleh mereka yang berjejer di sepanjang jalan. Mereka memang telah mendengar bahwa kepergian Kanjeng Ratu Kalinyamat bersama dengan tiga orang dayang, Semangkin, Kingkin dan Mangkin serta seorang Emban sepuh.
………….
Bersambung………..
(@SUN)
**Kunjungi web kami di Google.
Ketik; stsunaryo.com
Ada yang baru setiap hari.