Categories: Cerbung

Penerus Trah Prabu Brawijaya-Part#375

Inspirasi Pagi …….!!
(@SUN-aryo)
(375)
Penerus Trah Prabu Brawijaya.
Jaka Tingkir.
Seri Danang Sutawijaya.

Para prajurit yang dari kadipaten-kadipaten yang jauh dari Pajang juga kagum akan sambutan kawula Pajang. Tak sia-sia mereka ikut berjuang bersama pasukan Pajang. Hari itu mereka benar-benar pesta besar, tak ubahnya dengan hajatan pernikahan.

Sementara itu, di Siti Hinggil, Kanjeng Sultan tengah dihadap oleh para adipati, para senopati dan para pimpinan prajurit dari berbagai kadipaten.
Kanjeng Sultan menyampaikan terimakasih yang besar kepada seluruh prajurit yang telah ikut berjuang dalam menghadapi pasukan Jipang dan sekutunya.
Kemudian Kanjeng Sultan Hadiwijaya menyampaikan, sebagai tanda terimakasih dari Pajang, kadipaten-kadipaten yang ikut mengirimkan pasukan ke Jipang akan dibebaskan dari upeti selama tiga tahun. Namun mereka tetap harus hadir setiap ada pisowanan agung. Para adipati pun menyambut gembira kebijakan dari Kanjeng Sultan Hadiwijaya tersebut. Penghargaan yang sepadan dengan pengorbanan mereka.
Dalam pada itu, dalam kesempatan tersebut juga disampaikan bahwa Ki Penjawi diberi kuasa atas telatah Pati mulai saat itu. Sedangkan Ki Juru Martani diangkat sebagai warangka dalem – sebagai pepatih negeri Pajang. Ki Juru Martani juga diangkat sebagai penasehat utama untuk Sultan Pajang. Sedangkan untuk Ki Ageng Pemanahan dimohon bersabar untuk menerima telatah Alas Mentaok. Kanjeng Sultan Hadiwijaya merasa, Alas Mentaok belum layak untuk diserahkan kepada Ki Pemanahan karena masih berupa hutan belantara.
Ki Pemanahan hanya mengangguk-angguk tak memberi jawaban apapun.

Namun akhirnya pisowanan pun usai.
Malam itu mereka, para prajurit yang berasal dari berbagai daerah masih bermalam di kotaraja Pajang. Mereka telah disiapkan barak-barak sementara di padang rumput tak jauh dari alun-alun.
Di pagi harinya seluruh prajurit telah bersiap kembali ke kadipaten asal mereka masing-masing.
Demikian pula Ki Penjawi dengan gembira segera menuju ke Pati. Di Pati Ki Penjawi diangkat sebagai Adipati.

Sementara itu, ada rasa kecewa di hati Ki Pemanahan. Ia telah membayangkan akan seperti Ki Penjawi yang menerima telatah Pati dan ia akan menerima telatah Mentaok. Meskipun telatah Mentaok itu masih berupa hutan belantara, tidak masalah bagi Ki Pemanahan.
Ki Juru Martani bisa memahami perasaan dari adik iparnya itu. Ia pun meminta agar Ki Pemanahan bersabar. Ia yakin bahwa maksud dari Kanjeng Sultan Hadiwijaya pasti baik.
“Baik Kakang….., aku mencoba memahami maksud Kanjeng Sultan. Namun demikian, untuk menenangkan hati, aku ingin berkunjung ke Pengging dan Sela. Sudah lama kita tidak menengok ke Sela. Aku ingin bersih-bersih makam Ki Ageng Sela….!” Berkata Ki Pemanahan.
“Baiklah Adi, tetapi jangan terlalu lama……!” Pesan dari Ki Juru Martani.

Di hari berikutnya, Ki Pemanahan benar-benar meninggalkan Pajang tanpa berpamitan kepada Kanjeng Sultan Hadiwijaya. Ia hanya berpamitan kepada Ki Juru Martani. Dan jika suatu saat Kanjeng Sultan Hadiwijaya menanyakan keberadaan Ki Pemanahan agar dijawab sedang nyekar di makam Ki Ageng Sela.
Bahkan kepada Raden Mas Danang Sutawijaya anak kandungnya ia juga tidak berpamitan.

Dengan perasaan kecewa, Ki Pemanahan berkuda dengan lambat. Kuda sama sekali tidak dihela. Dibiarkannya kuda melangkah dengan sendirinya, namun tetap dikendalikan agar tidak asal berbelok. Tujuan Ki Pemanahan sudah pasti, yakni ke makam Ki Ageng Sela. Ia pun ingin mengunjungi Pengging. Di Pengging banyak kerabatnya. Ia memang tidak tergesa-gesa dan tidak ada kata terlambat. Yang ia inginkan adalah agar ia tidak bersua dengan Kanjeng Sultan Hadiwijaya dengan alasan yang bisa diterima.
Ketika Ki Pemanahan mampir ke warung untuk jajan sekedarnya dan untuk memberi kesempatan kuda beristirahat, ia heran karena kabar kemenangan pasukan Pajang terhadap pasukan Jipang masih selalu menjadi perbincangan yang hangat. Mereka yang berkunjung di warung itu bercerita ngalor ngidul seakan mereka lebih tahu. Padahal mereka juga mendengar dari cerita orang yang juga hanya mendengar.
………….
Bersambung………..
(@SUN-aryo).

**Kunjungi web kami di Google.
Ketik; stsunaryo.com
Ada yang baru setiap hari.

St. Sunaryo

Pensiunan pegawai PT Telkom Indonesia. Sekarang bertempat tinggal di Kapanewon Kalasan, Kabupaten Sleman, Daerah Istimewa Yogyakarta. Kunjungi website https://stsunaryo.com , ada yang baru setiap hari.

Recent Posts

Penerus Trah Prabu Brawijaya-Part#885

Trah Prabu Brawijaya.(@SUN-aryo)(885)Mataram. Senopati Kalingga bertempur sambil tertawa-tawa. Ia memang lincah dan gesit. Meloncat ke…

12 jam ago

Penerus Trah Prabu Brawijaya-Part#884

Trah Prabu Brawijaya.(@SUN-aryo)(884)Mataram. Murid orang bercambuk itu terus memburu senopati Pati yang pongah itu. Sedangkan…

2 hari ago

Penerus Trah Prabu Brawijaya-Part#883

Trah Prabu Brawijaya.(@SUN-aryo)(883)Mataram. Senopati Darudeksa yang telah setengah baya itu berkata dengan lantang; "Akan aku…

2 hari ago

Penerus Trah Prabu Brawijaya-Part#882

Trah Prabu Brawijaya.(@SUN-aryo)(882)Mataram. Sementara itu, perjalanan pasukan Pati masih diikuti oleh pasukan Mataram pimpinan Raden…

3 hari ago

Beda Chromebook dengan Laptop yang Harus Anda Tahu

Perbedaan Sistem Operasi Beda Chromebook dengan Laptop - Salah satu perbedaan paling mencolok antara Chromebook…

4 hari ago

Harga iPhone 13 dan iPhone 15 Sudah Turun. Buruan Beli!

Penurunan Harga iPhone 15 dan iPhone 13 di Indonesia Pada bulan November 2024, pasar gadget…

4 hari ago