Categories: Cerbung

Penerus Trah Prabu Brawijaya-Part#386

Inspirasi Pagi …….!!
(@SUN-aryo)
(386)
Penerus Trah Prabu Brawijaya.
Jaka Tingkir.
Seri Danang Sutawijaya.

Raden Mas Danang Sutawijaya yang mengaku bernama Jebeng itu mengangguk-angguk sambil memikul bumbung. Ia kemudian teringat peristiwa kemarin di pasar Prambanan. Anak Ki Reja tersebut kemungkinan juga menyaksikan atau paling tidak mendengar.
“Apakah setiap hari berlangsung seperti itu, Paman…..!” Bertanya Raden Mas Danang Sutawijaya kemudian.
“Yaaa setiap hari. Kalau aku sendiri sudah jarang ke Pasar Prambanan…..!” Jawab Ki Reja.
Jarak yang tidak jauh, akhirnya sampai juga di rumah Ki Reja.
“Mbok-ne……., ada tamu ini lho……!” Berkata Ki Reja setelah sampai di rumah. Mereka berdua langsung menuju rumah bagian belakang yang digunakan sebagai dapur.
“Ooh…. yaaa… Pak-ne…..! Lhooh…… lha kok disuruh mikul legen ta Pak-ne…..!” Tegur Mbok Reja yang melihat Jebeng memikul legen.
“Maaf Bi…..! Bukan Ki Reja yang menyuruh, tetapi aku sendiri yang minta…..!” Sahut Jebeng.
“Ooh…., terimakasih Den Mase…..! Dasar Pak-ne yang males….!” Gerutu Mbok Reja.
Ki Reja hanya tersenyum, ia telah hafal kebiasaan istrinya itu.
“Mari Gus…. kita jagongan di emper depan saja…..!” Ajak Ki Reja.
Ki Reja telah menduga bahwa anak muda itu pasti akan bertanya tentang suara gemuruh yang tadi malam ia dengar juga.

Rumah yang tidak terlalu besar namun cukup bersih dan rapi. Halaman samping kiri kanan dan depan pun bersih dan masih tampak bekas sapu sada yang teratur. Pekarangan di sekitarnya pun terasa sejuk dengan berbagai tetumbuhan tanaman buah. Di sudut agak jauh terlihat tanaman pohon pisang yang subur. Di samping dapur tadi Jebeng melihat tanaman bayam yang hijau segar pula.
Sungguh suasana alam yang adem ayem sejuk damai.
“Silahkan duduk di amben ini, Gus….!” Berkata Ki Reja.
“Terimakasih Paman, sungguh menyenangkan tinggal di tempat ini….!” Berkata Jebeng.
“Bukankah di Granting keadaannya tidak jauh berbeda…..?” Sahut Ki Reja yang kemarin ingat bahwa anak muda yang mengaku bernama Jebeng itu berasal dari Granting.
Jebeng sedikit tergagap namun segera menyadari bahwa ia kemarin pernah mengaku berasal dari Granting. Ia sendiri memang pernah mengembara sampai kabekelan Granting yang tak jauh dari puncak Merapi.
“Di sana lebih banyak pasir dan batu, Paman. Dan sering terjadi hujan abu. Tanaman seperti bayam tak sempat tumbuh…..!” Jebeng berdalih.

Beberapa saat mereka berbincang ngalor ngidul tentang berbagai hal. Jebeng lah yang lebih banyak bertanya. Namun akhirnya ada kesempatan bagi Jebeng untuk bertanya tentang yang ia lihat dan dengar dalam setengah kesadarannya tadi malam. Ia kemudian menceritakan apa yang ia alami itu.
“Aku sudah menduga bahwa Den Bagus akan bercerita dan bertanya seperti itu. Aku dan Mbok-ne juga mendengar, tetapi sama dengan yang dialami oleh Den Bagus. Kami juga tidak mampu bangkit, dan terasa hanya bagai mimpi. Kejadian seperti ini jarang terjadi, namun memang pernah tiga atau empat kali kami alami…..! Kami hanya mendengar, tetapi tidak bisa melihat dari rumah ini….!” Berkata Ki Reja.
“Apakah banyak orang yang mendengar dan menyaksikan kejadian seperti itu, Paman…..?” Bertanya Jebeng.
“Biasanya banyak yang mendengar, tetapi sangat jarang orang yang beruntung bisa melihat seperti yang dialami oleh Den Baguse tadi malam….!” Lanjut Ki Reja.
“Sesungguhnya apa yang terjadi, Paman…..? Jika itu sebuah mimpi, tentu tidak mungkin akan ada mimpi yang sama yang dialami oleh banyak orang…..!” Berkata Jebeng yang tak lain adalah Raden Mas Danang Sutawijaya.
Belum sempat Ki Reja menjawab ketika Mbok Reja telah membawa nampan bambu dengan batok kelapa berisi minuman hangat.
“Silahkan diminum Den….., tetapi masih panas. Ini wedang jahe legen. Buatan sendiri…..!” Berkata Mbok Reja ramah.
“Yaa terimakasih Mbok…..!” Jawab Jebeng.
Sajian minuman dengan batok kelapa terasa menarik. Walau ketika dalam pasukan perang, para prajurit juga menggunakan batok kelapa itu ketika minum.
…………….
Bersambung………..
(@SUN)

**Kunjungi web kami di Google.
Ketik; stsunaryo.com
Ada yang baru setiap hari.

St. Sunaryo

Pensiunan pegawai PT Telkom Indonesia. Sekarang bertempat tinggal di Kapanewon Kalasan, Kabupaten Sleman, Daerah Istimewa Yogyakarta. Kunjungi website https://stsunaryo.com , ada yang baru setiap hari.

View Comments

Recent Posts

Penerus Trah Prabu Brawijaya-Part#806

Trah Prabu Brawijaya.(@SUN-aryo)(806)Mataram. Guru orang bercambuk itu tahu bahwa Pangeran Pangiri sama sekali tidak ada…

10 jam ago

Penerus Trah Prabu Brawijaya-Part#805

Trah Prabu Brawijaya.(@SUN-aryo)(805)Mataram. Para prajurit sandi itu juga bisa menjadi bagian pasukan tempur jika diperlukan.…

1 hari ago

Chipset A Bionic: Kenapa iPhone Selalu Lebih Cepat?

Di era teknologi yang terus berkembang pesat, kecepatan serta performa perangkat menjadi faktor penting dalam…

2 hari ago

Penerus Trah Prabu Brawijaya-Part#804

Trah Prabu Brawijaya.(@SUN-aryo)(804)Mataram. Senopati Wirosekti mengangguk-angguk kemudian katanya; "Baik Pangeran, saya tidak berkeberatan. Biarlah nanti…

2 hari ago

Penerus Trah Prabu Brawijaya-Part#803

Trah Prabu Brawijaya.(@SUN-aryo)(803)Mataram. Di barak prajurit di Jatinom, Pangeran Benawa tidak lama. Yang paling utama…

3 hari ago

Penerus Trah Prabu Brawijaya-Part#802

Trah Prabu Brawijaya.(@SUN-aryo)(802)Mataram. Pangeran Benawa dan Senopati barak prajurit itu kemudian berbincang berdua saja. Pangeran…

4 hari ago